Tinta Media

Jumat, 26 April 2024

Judi Online Makin Marak, Upaya Penyelesaian Pemerintah Dinilai Tidak Solutif

Tinta Media - Upaya penyelesaian oleh penguasa atau pemerintah Indonesia terhadap judi online yang semakin marak dinilai Muslimah Media Center (MMC) tidak solutif.

"Bertambahnya korban dan pelaku judi online sebenarnya memperlihatkan upaya yang dilakukan oleh penguasa tidak solutif," ujar Narator dalam tayangan Serba-Serbi: Jutaan Warga Terjerat Judi Online, Pemberantasannya Mandul dalam Kapitalisme, di kanal YouTube MMC, Ahad (21/4/2024).

Ia mengungkapkan bahwa judi online bukan masalah baru. Keburukan dan kesengsaraan yang dihasilkan dari aktivitas ini telah terkuak semakin jelas.

"Penguasa mengklaim sudah melakukan usaha semaksimal mungkin dengan memblokir situs-situs judi online. Anehnya, data korban maupun pelaku judi online kian hari semakin bertambah," ungkap Narator.

Ia pun mengkritisi, pemblokiran situs judi online tanpa edukasi yang mengubah perilaku masyarakat jelas tidak akan menyelesaikan masalah.

Berkaitan dengan itu, Narator menuturkan, Syekh Taqiyyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Nizhamul Islam bab Thariqul Iman menjelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi pemahaman mereka terhadap sesuatu, sementara sebuah pemahaman tergantung pada cara berpikir seseorang terhadap sesuatu saat ini.

Mirisnya, Narator mengungkapkan, saat ini masyarakat termasuk para pemuda justru masih banyak yang menganggap judi adalah permainan yang menyenangkan.

"Pelaku merasa senang untuk bertaruh. Terlebih jika mereka pernah menang permainan judi, timbul rasa candu ingin terus memenangkan permainan," ungkapnya.

Sementara sambungnya, para pemilik modal kemudian memanfaatkan kondisi ini untuk mendulang keuntungan yang berlipat ganda.

"Mereka masih menggunakan berbagai platform judi online disertai dengan slogan-slogan yang menarik para korban," ungkapnya lagi.

Ketika cara berpikir masyarakat termasuk para pemuda rusak karena hanya memikirkan kesenangan sesaat, dan para pemilik modal dengan bebas membuka platform judi online, maka terang Narator,  judi online akan terus bermunculan meskipun telah diberantas beribu-ribu kali.

"Seharusnya penguasa memahami pangkal masalah ini, sehingga solusi yang mereka berikan bukan hanya sekadar memblokir situs-situs judi online," kritiknya.

Selain itu, Narator menyampaikan, seharusnya sanksi yang diberikan kepada pelaku judi online juga harus tegas dan membuat jera.

"Namun alih-alih memberikan edukasi dan sanksi jera, menurut hasil laporan analisis Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan atau PPATK malah ada dugaan transaksi judi online sebesar Rp155,4 triliun yang mengalir ke sejumlah pihak, termasuk oknum anggota polisi. Berita ini dilansir dari tribunnews.com 15 September 2022," bebernya.

Ia lantas mengatakan, judi online bagaikan lingkaran setan yang susah untuk diberantas. "Seperti inilah ketika penguasa maupun masyarakat terjebak dengan cara pandang sistem sekularisme kapitalisme," pungkasnya.

Diketahui, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan saat ini setidaknya 2,7 juta warga Indonesia terjerat judi online. Dari jumlah tersebut, mayoritas yang terjerat adalah kalangan muda. "Dari 2,7 juta penjudi yang ada ini ternyata cukup banyak yang kaum muda, ya paling enggak [usia] 17 sampai 20-an lah," kata Budi di Ruang Rapat Lantai 7 Kementerian Kominfo, Jumat (19/4).

Budi juga mengatakan, pihaknya selama ini sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memberantas judi online. Ia menyebut, selama delapan bulan menjabat sebagai Menkominfo pihaknya sudah memblokir 1,6 juta konten judi online. [] Muhar

PKAD: Senjata Kapitalis dalam Konflik Papua adalah HAM

Tinta Media - Analisis Senior Pusat Analisis Kajian Data (PKAD) Dr. Agus Kiswantono menuturkan senjata yang paling terdepan yang dilakukan oleh negeri-negeri kapitalis penjajah itu adalah HAM.

"Senjata yang paling terdepan yang dilakukan oleh negeri-negeri kapitalis penjajah itu adalah manakala mereka punya kepentingan dan mereka ada ketidakberdayaan, itu adalah yang diajukan. Itu adalah senjata HAM," ujarnya dalam Kabar Petang Menumpas OPM dan Sayap-sayap Politiknya di kanal Youtube Khilafah News, Senin (15/4/2024).

"Sementara manakala kita sebagai warga asli yang punya hak untuk mengatur wilayah kita, maka yang mayoritas itu akan dituduh melakukan pelanggaran HAM," tegasnya.

Menurutnya, sejak dulu kalau kepentingan kapitalis lemah, maka HAM itu akan dikedepankan, tapi kalau kepentingan kapitalis kuat maka arogansi yang akan ditampilkan.

"Jadi ini sangat basis sekali. Jadi yang dilakukan oleh Amerika yang kemarin, Amerika di Israel seperti itu. Jadi kalau mereka kuat, itu arogan. Mereka lemah, maka HAM itu akan dikedepankan, seperti itulah dinamika negara-negara penjajah dan itu sangat terasa di Papua," ungkapnya.

Agus bersyukur karena Allah memberikan  keluasan potensi sumber alam mineral yang sangat luar biasa dalam bentuk emas di Papua.

Agus menilai ini sebenarnya sangat luar biasa kontradiktif sebetulnya, kekayaan sangat luar biasa pasti akan menjadi magnet atau akan menjadi satu barometer negara-negara lain untuk melakukan pencaplokan.

"TNI dengan beragam infrastruktur yang ada pasti paham, untuk melakukan tindakan yang terstruktur, yang terukur untuk melakukan penanganan dan pengamanan wilayah Papua tersebut dengan memberikan sanksi yang tegas kepada OPM," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Solusi Tuntas Sampah dengan Mindset Islam

Tinta Media - Kaum muslim saat ini masih dalam suasana suka cita setelah merayakan hari kemenangan Idul Fitri. Namun, di balik kebahagiaan momen tersebut  ternyata tersimpan cerita miris, yaitu timbulnya peningkatan volume sampah. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar, Prima Mayaningtyas mengatakan bahwa buangan sampah dari kawasan Bandung Raya ke TPK Sarimukti selama Ramadan mencapai 1.611,23 ton atau sekitar 347 truk per hari. Jumlah tersebut berasal dari Kota Bandung 32.807,35 ton, Kota Cimahi 4.066,47 ton, Kabupaten Bandung 5.669,64 ton, dan Kabupaten Bandung Barat 4.182,61 ton.

Jadi, selama Ramadan total ritasi 10.065 truk, total tonase sebanyak 46.726,06 ton. Dari data yang ada, Kota Bandung masih menempati urutan tertinggi volume sampah yang dibuang ke TPK Sarimukti. Hal itu karena Kota Bandung merupakan kota metropolitan yang berpotensi menghasilkan sampah lebih banyak. 

Memang, di setiap momen hari raya penumpukan sampah acapkali terjadi. Tempat wisata dan pusat kegiatan keagamaan, serta tempat kumpul-kumpul biasanya mengalami lonjakan volume sampah. Walaupun pasukan kebersihan telah dikerahkan hingga 2 kali lipat serta adanya imbauan kepada masyarakat untuk menerapkan konsep kurangi, pisahkan, dan manfaatkan sampah (kangpisman) organik dan anorganik, tetapi penumpukan sampah tak kunjung teratasi, bahkan menggunung. Tak hanya di tempat pembuangan akhir (TPA), bahkan sering kita temui di pinggir-pinggir lahan kosong. 

Walaupun pemerintah telah menggandeng perusahaan swasta untuk pengelolaan sampah dan co-firing sampah untuk dijadikan bahan baku terbarukan, tetapi sepertinya hal itu baru wacana saja. Faktanya, penumpukan sampah terus terjadi dan anehnya hal ini terjadi di banyak daerah di negeri ini. 

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati setiap 21 Februari. Sayangnya, meski peringatan demi peringatan dilewati setiap tahun, tetapi tidak menyolusi masalah sampah. Padahal, Indonesia telah mengonfirmasi kesiapannya dalam melaksanakan komitmen Zero Waste Zero Emission 2050. Akankah hal ini terealisasi di tengah minimnya penegakan hukum dan anggaran pengelolaan sampah oleh pemerintah?

Penumpukan sampah bukan hanya lahir dari kegiatan masyarakat, peningkatan jumlah penduduk, perubahan musim, ataupun momen tertentu. Pangkal dari permasalahan sampah muncul dari pola hidup konsumtif masyarakat yang berbelanja bukan untuk memenuhi kebutuhan, tetapi untuk memuaskan keinginan yang tak ada habisnya. 

Masyarakat kerap kali membeli barang karena ingin tampil beda, show off barang baru untuk mendapatkan pujian ataupun prestise dari orang lain. Walaupun tak jarang kegiatan tersebut didukung dengan modal dari hasil berutang ataupun terjerat pinjol, terlebih jika ada diskon yang sering terjadi pada momen hari raya. Ini menjadikan mereka gelap mata. 

Pakaian hingga makanan diskon sering kali dibeli, baik secara langsung maupun online. Nyatanya, setiap produk yang dibeli akan dibungkus minimal dengan kantung plastik yang akan menghasilkan sampah. 

Inilah yang menjadikan salah satu sebab penumpukan sampah terjadi saat momen hari raya, terkhusus Idul Fitri yang menjadi hari kemenangan umat Islam yang mayoritas di Indonesia. 

Perilaku konsumtif masyarakat seperti itu tercipta karena adanya kepuasan saat berbelanja. Pola hidup ini menjadi cara pandang hidup masyarakat yang lahir dari ideologi kapitalisme yang menjadikan kepuasan individu sebagai tolok ukur kebahagiaan manusia. Ideologi ini mengusung sekularisme, yaitu paham yang memisahkan agama dari kehidupan. 

Dengan ideologi ini, manusia tidak memikirkan bahwa sikap boros dan membuang-buang harta kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. di hari akhir. 

Allah Swt. berfirman dalam surat al-Isra ayat 26 dan 27 yang artinya: 

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." 

Seharusnya, masalah sampah juga menjadi tanggung jawab negara. Namun, sistem kapitalisme yang diusung negeri ini tak akan pernah mengurus dan memedulikan rakyat secara tulus, tidak memperhatikan kerusakan lingkungan dan memedulikan keselamatan manusia. 

Hal utama yang menjadi perhatian para penguasa dan pejabat dalam sistem ini ialah mendapatkan keuntungan dan terpenuhinya kepentingan saat berkuasa. Berbagai solusi dan inovasi telah dilakukan. Namun, sampah menjadi persoalan yang tak pernah bisa terurai, bahkan setiap kebijakan untuk mengatasinya pun selalu pragmatis. 

Permasalahan sampah seharusnya diatasi dari akar masalah yang utama, yakni mengubah mindset konsumtif masyarakat. Pola konsumtif inilah yang seharusnya diubah dengan pola konsumsi yang benar yang ada pada Islam. 

Islam mendorong manusia untuk memiliki gaya hidup bersahaja, mengonsumsi sesuai kebutuhan, dan melarang untuk menumpuk tanpa pemanfaatan. Hal ini akan terwujud karena dorongan keimanan yang muncul karena penerapan sistem Islam.  

Masalah sampah juga menjadi tanggung jawab negara. Islam mengharuskan negara menjalankan fungsinya sebagai pengurus rakyat dengan mengedukasi bahaya sampah bagi kehidupan. Islam memiliki sistem pengelolaan sampah yang sistematik. 

Sejarah kekhilafahan Islam telah mencatat hal tersebut sejak abad 9 hingga 10 Masehi. Pada masa Bani Umayyah, jalan-jalan di kota Cordoba bersih dari sampah karena adanya mekanisme menyingkirkan sampah di perkotaan yang idenya dibangun oleh Qusta bin Luqo, ar-Raszi, Ibnu al-Jazzar, dan Al-Masihi. Tokoh-tokoh ini telah mengubah sistem pengelolaan sampah yang awalnya diserahkan kepada masing-masing individu beralih ke negara. Wallahu’alam bisshawwab.

Oleh: Thaqiyunna Dewi, S.I.Kom
Sahabat Tinta Media

Saatnya Kaum Muslimin Lebaran di Gaza


Tinta Media - Hari raya Idul Fitri memanglah hari bahagia buat umat Islam sedunia, tetapi tidak untuk warga Gaza Palestina. Mereka justru merayakan dengan kesedihan karena masih dalam cengkeraman Zionis Yahudi dan masih belum dipastikan kapan akan berakhir.

Memang ada perayaan hari raya Idul Fitri di Gaza. Namun, mereka (Zionis Yahudi) melakukan tindakan yang brutal pada kaum muslimin di sana. Bahkan tidak main-main, Yahudi Zionis melakukan genosida di beberapa titik di wilayah Gaza. Mereka sampai mengirimkan pesawat tempur dan juga tank-tank hanya untuk menyerang anak-anak dan kaum muslimin yang tak berdaya. 

Lebih parah lagi, para penguasa di negeri-negeri muslim hanya berani mengecam, tidak berani melakukan tindakan yang nyata untuk mengusir para Zionis keluar dari negeri Palestina.

Kebanyakan kaum muslimin hanya bermain retorika seolah-olah menutupi kebusukannya. Namun, secara diam-diam melakukan hubungan diplomasi dan kerja sama dengan penjajah Yahudi Zionis. 

Maka dari itu, di momentum lebaran ini, saatnya umat Islam bersatu untuk melakukan suatu tindakan yang nyata untuk mengusir penjajah dengan mengirimkan tentara untuk mengusir mereka. 

Idul fitri adalah hari raya umat Islam. Di hari ini, umat Islam berkumpul merayakan kegembiraannya. Dengan kegembiraan itu, seharusnya kaum muslimin juga memikirkan kegembiraan saudaranya di Gaza Palestina.

Kegembiraan warga Gaza saat ini belum sepenuhnya terpenuhi karena masih dalam cengkeraman Zionis Yahudi. Agar kegembiraan itu mampu di ciptakan, caranya adalah dengan mengusir penjajah Yahudi Zionis dari tanah Palestina. 

Karena Palestina adalah tanah kharajiyah, yaitu tanah yang dibebaskan oleh kaum muslimin melalui jihad fisabilillah di masa kekhilafahan Umar bin Khattab. Karena itu, tanah Palestina menjadi milik kaum muslim dan berlaku sampai hari Kiamat.

Klaim bahwasanya tanah itu milik Yahudi hanyalah klaim yang tidak hanya klaim biasa, tanpa ada bukti nyata. Faktanya, dari masa ke masa, Yahudi hanyalah kaum yang terusir. Bahkan pendirian negara Zionis terbukti ada campur tangan dari Inggris.

Untuk membebaskannya, kaum muslimin tidak hanya cukup dengan kecaman ataupun boikot saja. Memang bisa, tetapi tidaklah efektif dan solutif. Tidak ada cara lain, harus secara militer untuk mengusirnya. Itulah yang paling efektif. Itu adalah solusi yang ditakuti oleh Zionis Yahudi. Buktinya, negeri kaum muslimin dibuat sekat-sekat nasionalisme yang merupakan penjara pemikiran bagi kaum muslimin.

Dengan terusirnya penjajah Yahudi Zionis ini, warga Gaza akan merayakan hari raya dengan bahagia, sama dengan kaum muslimin yang lain. Bahkan, kaum muslimin mampu merayakan hari raya ini di mana saja, bahkan di Gaza Palestina sekalipun, tanpa adanya sekat-sekat yang memisahkannya.


Oleh: Setiyawan Dwi 
Jurnalis

Game Online Mengancam Generasi, Bukti Negara Abai


Tinta Media - Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat, seperti televisi, internet, alat-alat komunikasi, dan barang-barang mewah berteknologi canggih yang menawarkan berbagai aplikasi hiburan bagi orang tua, muda, bahkan anak-anak. Termasuk di dalamnya adalah game online yang mewabah, terutama di kalangan generasi muda saat ini. Awalnya, game online ini hanya memberikan hiburan. Pada akhirnya, game online menjadi momok yang menakutkan karena banyak anak yang kecanduan, hingga merusak moral dan sarafnya.

Hal ini pula yang mendasari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak pemerintah agar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memblokir game online yang mengandung unsur kekerasan dan seksualitas atau pornografi.

Menkominfo, Budi Arie Setiadi, siap memblokir atau men-takedown game online yang terbukti bermuatan kekerasan dan pornografi. Budi Arie juga meminta kerja sama orang tua dan pihak sekolah untuk melaporkan game online yang memberi dampak buruk.

Perkembangan teknologi tentu harus diiringi dengan kemajuan berpikir manusia. Namun sayangnya, kemajuan teknologi ini malah membawa dampak buruk, seperti game online yang mewabah di kalangan generasi muda. Selain itu, game online ini juga disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Menurut KPAI banyak tindak kejahatan yang terjadi akibat dampak dari game online, seperti pembunuhan, perdagangan orang, pornografi anak, dan banyak lagi kasus kriminal lainnya. Pengaruh buruk game online ini begitu tampak. Namun, sepertinya negara tidak serius menanganinya hingga berdampak buruk ini.

Buktinya, di tengah ancaman pengaruh buruk game online, negara malah ingin mengembangkan industri game online dengan dalih untuk meningkatkan devisa. Artinya, sama saja negara dengan sengaja membiarkan anak-anak penerus bangsa ini kecanduan, sehingga moral dan sarafnya pun akan rusak. Apakah generasi seperti ini yang diinginkan negara untuk membangun bangsa?

Di sisi lain, kemajuan teknologi begitu penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan teknologi canggih, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif, variatif juga menyenangkan. Kemampuan literasi digital pun menjadi kompetensi wajib bagi guru dan siswanya.

Namun, kemajuan teknologi ini juga berpotensi lain. Penyalahgunaan perangkat digital ini oleh kaum pelajar tak bisa terhindarkan. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan adanya warung-warung internet yang bertebaran, ikut andil dalam persoalan ini.

Mirisnya, negara sebagai pengurus rakyat telah abai. Tidak adanya tindakan tegas dari negara terhadap peredaran game online berkonten kekerasan dan pornografi telah menambah deretan kasus lainnya. Maka dari itu, tidak cukup hanya men-takedown atau memblokir saja.

Inilah bukti ketika sistem sekularisme kapitalisme diterapkan. Negara mencetak masyarakat yang hanya berorientasi pada kesenangan duniawi saja, sekalipun hal itu tidak berguna dan membahayakan. Negara bergandengan tangan dengan para kapital menjadikan rakyat sebagai pasar bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan besar.

Para pengusaha provider internet dan para pengembang game online pun memperoleh keuntungan dari pasar ini. Otomatis, pajak yang didapatkan negara pun luar biasa. Oleh karena itu, permintaan dan desakan untuk memblokir game online ini sangat mustahil terealisasi dalam sistem sekuler kapitalisme.

Persoalan ini hanya bisa diselesaikan dengan cara mengubah aturan. Penerapan sistem Islam oleh negara adalah satu-satunya solusi yang hakiki. Islam tidak pernah melarang umatnya untuk menggunakan teknologi digital. Jauh sebelum itu, Islam telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat yang menjadi kiblat para ilmuwan masa kini.

Islam memandang teknologi merupakan bagian dari ayat-ayat Allah yang harus digali dan dicari kebenarannya. Allah Swt. berfirman, 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang berakal (yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka, perihalalah kami dari siksa neraka " (TQS.Al.Imran ayat 190-191).

Negara yang menerapkan sistem Islam (khilafah) akan mencetak generasi berkualitas. Sejarah mencatat bahwa hampir 14 abad khilafah mampu menyejahterakan rakyat. Kejayaan ini akibat dari penerapan sistem ekonomi Islam sehingga hasil dari kekayaan alam yang melimpah mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat. 

Khilafah tidak akan mencari sumber pendapatan lain yang akan menimbulkan kemudaratan bagi rakyat, seperti mengizinkan pihak asing mengelola SDA atau mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi yang membahayakan rakyat. Hal tersebut tidak akan pernah terjadi dalam Islam.

Selain itu, khilafah akan bertanggung jawab penuh atas pembentukan generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkepribadian Islam, yaitu dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sehingga generasi yang lahir memiliki akidah yang kuat, tidak mudah terpengaruh pemahaman asing, mampu mengontrol diri dalam beraktivitas, dan pastinya setiap amal perbuatannya sesuai hukum syara'. 

Artinya, hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, akan terbentuk masyarakat yang memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam.

Oleh karena itu, khilafah akan memberikan fasilitas terbaiknya, termasuk menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat, terkhusus para pelajar. Masyarakat akan disuguhi aplikasi-aplikasi yang tidak melanggar syariat, tetapi aplikasi yang justru meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka.

Sangat berbeda dengan sistem sekuler kapitalisme, aplikasi-aplikasi yang disuguhkan banyak yang memberikan dampak buruk. Dari sisi ini saja sudah sangat berbeda. Penggunaan teknologi di tangan khilafah memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Andaipun terjadi pelanggar dalam menggunakan teknologi, maka akan dikenakan sanksi berupa takzir oleh hakim sesuai kadar kesalahannya. 

Inilah bukti betapa pedulinya khilafah terhadap generasi masa depan. Hanya dengan Islam, teknologi digital mampu memberikan manfaat, karena diatur oleh hukum syara'. Wallahualam.


Oleh: Neng Mae
Sahabat Tinta Media
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab