Tinta Media: surat pembaca
Tampilkan postingan dengan label surat pembaca. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label surat pembaca. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 April 2024

Ramadhan Momen Pengemis Mengais Rezeki

Tinta Media - Seperti yang kita ketahui  bahwa bulan Ramadhan  adalah bulan yang berlimpah pahala dari  Allah SWT. Sebagian umat Muslim menjadikan momen ini sangat di memanfaatkan untuk mengerjakan amal salih. Seperti bersedekah berjumlah banyak maupun kecil.

Tetapi momen ini dimanfaatkan juga oleh para pengemis untuk mengemis. Mereka berdatangan dari berbagai daerah menuju kota-kota besar. Mereka mengemis di tempat keramaian meminta belas kasihan kepada para dermawan yang ingin beramal mengeluarkan sedekah atau zakat.

Kadang ada beberapa hal yang mendorong mereka terpaksa untuk mengemis atau mencari  sumbangan. Sebagian karena ketidakberdayaan,  kefakiran, dan kemiskinan. Mereka tidak mempunyai keahlian apa pun untuk menghasilkan uang  sehingga mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ada juga mengemis karena terkena musibah hingga mengakibatkan ia cacat fisik. Sehingga ia terpaksa meminta- minta. Ada juga yang  mengemis dijadikan mata pencaharian mereka.

Karena di sistem kapitalis yang bersandar pada asas manfaat menjadikan banyaknya pengemis. Sebenarnya mereka masih usia produktif. Sehingga mereka sehat dan kuat, masih sanggup mendapatkan uang dengan bekerja atau berdagang. Masyarakat hari ini mereka memilih mengemis karena lebih mudah dan tidak memerlukan modal besar.

Memang di sistem kapitalis telah menjadikan  kesengsaraan kehidupan rakyat semakin parah. Di negri ini selain serba sulit, kesenjangan antar kaya dan miskin juga semakin melebar. Karena  sistem ini membolehkan adanya kebebasan kepemilikan. Di tambah abai nya negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Keadaan ini makin memperburuk keadaan rakyat.

Di dalam Islam mengemis atau meminta minta untuk kepentingan pribadi bukan untuk kemaslahatan agama atau kepentingan kaum Muslim. Mengemis atau meminta-minta tidak di anjurkan dalam Islam. Terlebih dengan cara menipu atau berdusta dengan menampakkan diri  seolah-olah ia sedang kesulitan atau sangat membutuhkan biaya maka hukumnya haram. 

Sebuah hadis yang di riwayatkan dari Umar ra, ia berkata bahwa Rasulullah  Saw bersabda seseorang senantiasa meminta minta kepada orang lain. Sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada daging sepotong pun di wajahnya. Dan banyak lagi hadis-hadis lain.

Namun demikian, Islam  memang tidak mengharamkan orang yang mengemis atau meminta minta untuk sekedar mempertahankan hidup  yang sangat dibutuhkan  untuk keluarga tetapi Islam tidak menganjurkannya. Islam memuliakan umatnya yang mau berlelah-lelah dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Ummu Nizam 
Sahabat Tinta Media 

Selasa, 09 April 2024

Idul Fitri dan Spirit Perubahan

Tinta Media - Sebulan sudah umat muslim seluruh dunia menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, termasuk di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Ramadhan bulan suci bagi umat muslim nyatanya bukan hanya memberikan keberkahan bagi muslim sendiri namun juga umat agama lainnya. Utamanya menjelang perayaan Idul Fitri atau lebaran, beberapa pedagang non muslim seperti penjual pakaian dan sebagainya mendapatkan kelimpahan berkah dengan naiknya pendapatan penjualan menjelang hari raya Idul Fitri.

Bulan Ramadhan menjadi momentum bagi umat muslim melatih diri, bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga namun juga berusaha menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak diridhoi Allah. Sehingga hari raya Idul Fitri menjadi salah satu momen kemenangan bagi umat muslim yakni kemenangan mengendalikan hawa nafsu. Tentunya ini menjadi pendidikan penting bagi umat muslim untuk menuju perubahan yang lebih baik menuju ketakwaan bagi setiap individu masyarakat. Ramadhan dan Idul Fitri sudah semestinya bukan hanya menumbuhkan ketakwaan bagi setiap individu namun juga bagi seluruh kaum muslimin.

Di sisi lain nyatanya umat muslim belum sepenuhnya dapat melaksanakan ketakwaan secara total, dengan belum diterapkan aturan syariat Islam secara menyeluruh. Sistem kapitalis yang masih dijunjung tinggi, menjadikan umat muslim terbatas dalam menerapkan aturan syariat dalam kehidupan. Hampir segala aspek kehidupan mulai sistem pendidikan, kesehatan, ekonomi sampai aturan bernegara. Sistem kapitalis yang memisahkan aturan kehidupan dengan agama, membuat segala aktivitas agama hanya berputar pada ibadah spiritual saja seperti sholat, puasa dan sebagainya. Sehingga spirit membangun keimanan dan ketakwaan belum sepenuhnya mampu diraih oleh umat muslim saat ini. 


Maka sudah seharusnya adanya perubahan terhadap aturan yang ada, aturan yang mampu menghantarkan umat menuju perubahan. Perubahan terhadap aturan kehidupan yang bersinergi dengan aturan agama. Sehingga hal menjadikan umat muslim melaksanakan segala aktivitas kehidupan yang berlandaskan dengan aturan syariat secara keseluruhan. Perubahan yang bukan hanya menghantarkan terbatas pada individu ataupun masyarakat namun juga negara ke arah yang lebih baik. 

Oleh: Putri YD
Sahabat Tinta Media 

Senin, 08 April 2024

Marak Kriminalitas di Bulan Suci, kok Bisa?

Tinta Media - Miris, sangat mengherankan bahwa menjelang akhir bulan suci Ramadhan angka kriminalitas justru meningkat. Kesucian dan keagungan bulan ini telah ternodai oleh maraknya kejahatan di tengah masyarakat.

Dikutip dari Radar Bogor, Polresta Bogor Kota mengimbau masyarakat Bogor untuk mewaspadai kerawanan kejahatan selama bulan suci Ramadan. Kejahatan tersebut di antaranya berupa pencurian kendaraan bermotor serta barang-barang berharga lainnya. Adapun hukuman untuk si pelaku akan dijerat penjara, selama-lamanya 7 tahun penjara (14/3/2024).

Bulan suci yang seharusnya menjadi bulan penuh ketenangan dan kedamaian justru menjadi bulan penuh kejahatan dan kelalaian. Hal ini tentu berakibat dari kelemahan iman masyarakat dan ketiadaan penerapan syariat Islam secara keseluruhan. Pasalnya jika tidak karena demikian, maka tidak akan marak kriminalitas di bulan suci.

Dapat dikatakan bahwa kedua pemicu kriminalitas ini merupakan imbas dari penerapan sistem Kapitalisme Sekularisme. Sistem yang secara terang-terangan memisahkan aturan agama dari kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, tak heran jika masyarakat sistem ini mengalami kelemahan iman.

Masyarakat juga tak akan segan untuk melakukan kriminalitas karena tiadanya penerapan syariat Islam yang akan mencegah dan menghukum pelakunya secara efektif, optimal, dan maksimal. Maka dari itu, masyarakat membutuhkan solusi hakiki dari permasalahan publik ini.

Tak lain dan tak bukan ialah menerapkan sistem Islam secara keseluruhan. Karena sistem Islam akan membuat masyarakat mengerti akan hakikat dosa dan pahala ketika melakukan suatu perbuatan. Juga sistem Islam akan membangun kehidupan yang aman dan tenteram dengan kekuatan tiga pilar yaitu ketaqwaan individu, masyarakat yang peduli, dan negara yang menerapkan syariat Islam, termasuk sistem sanksi yang tegas dan menjerakan.

Oleh: Nabila Andifa
Santri Ideologis


Sabtu, 06 April 2024

Polemik Gaji dan THR Dipangkas PPH

Tinta Media - Banyak orang terkejut dan protes melihat besarnya potongan pajak atas penghasilan dan tunjangan hari raya (THR) mereka di bulan Maret, biang keroknya adalah skema baru perhitungan dan pemungutan pajak penghasilan (pph) yang di terapkan Januari 2024, (BBC news, 29/3/2024)

Miris dalam kondisi yang serba sulit seperti ini di tengah-tengah harga pangan yang melambung tinggi ,rakyat di suguhkan kembali dengan adanya potongan pajak tunjangan hari raya (THR). 

Sejatinya THR merupakan  bonus tahunan yang didapat karyawan dari perusahaan untuk pemenuhan kebutuhan di hari raya, adanya potongan tersebut sangat meresahkan warga apalagi yang memiliki keluarga dan mengurusi orang tua ketar ketir untuk mengatur ulang dan mencukup cukupkan biaya kebutuhan .

Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat memberatkan rakyat seharusnya negara menjamin kesejahteraan rakyat bukan memotong pajak dari hasil keringat rakyat.

Dalam bingkai kapitalisme pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara dibanding sumber yang lainnya, padahal Indonesia kaya akan sumber daya alam tetapi hasilnya sangat minim, hubungan negara dengan rakyat hanya sebatas sebagai pemungut pajak saja bukan periayah, hampir semua dipajaki, hasil uang pajak pun berupa layanan publik seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur rakyat pun harus bayar mahal, sungguh sangat ironis sekali. 

Berbeda dengan lingkup Islam, pajak bukanlah sumber utama negara, Islam mengoptimalkan pendapatan dari pengelolaan sumber daya alam, adapun pungutan pajak itu pun tidak memberatkan rakyat seperti zakat mal, jizyah, kharaj dan lainnya. Dari semua itu akan mendapatkan pemasukan yang besar sehingga tidak perlu utang dan menarik pajak. Pajak hanya di tarik dari orang kaya saja itu pun jika kas negara kosong dengan begitu Islam mampu mewujudkan ekonomi mandiri tanpa harus memungut pajak. 

Berdasarkan fakta di atas sangat jelas sekali  solusi yang mampu menuntaskan berbagai problematika umat hanya Islam karena islamlah yang mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya tanpa adanya pungutan pajak. 

Wallohu 'alam biashshowab.

Oleh: Ummu Zaki
Sahabat Tinta Media 


Senin, 01 April 2024

Ramadhan Tiba Tawuran Remaja Menggila

Tinta Media - Tawuran kembali terjadi baru-baru ini kepolisian sektor (polsek) Katapang kabupaten Bandung telah mengamankan 12 remaja yang diduga terlibat tawuran di wilayah muara Ciwidey kecamatan Katapang kabupaten Bandung pada minggu (17/3/2024) dini hari. Kejadian ini bisa segera di tangani dengan cepat karena adanya laporan dari masyarakat. (okenews.com) 

Bulan Ramadhan bulan yang sangat mulia seluruh umat Islam berlomba-lomba menjalankan ibadah untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT, namun berbeda dengan para remaja tersebut bulan suci Ramadhan dijadikan ajang tawuran di mana perbuatan tersebut diharamkan oleh agama, tidak heran kejadian ini sering terjadi tidak hanya di kabupaten Bandung tapi juga terjadi di seluruh penjuru negeri.

Rusaknya para remaja akibat dari penerapan sistem demokrasi adanya paham sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, kurangnya pendidikan agama baik dari orang tua maupun di sekolah sehingga para remaja perilakunya jauh dari nilai-nilai agama dan tidak memiliki akhlak yang baik. 

Kondisi ini didukung dengan abainya orang tua serta negara terkait pendidikan agama apalagi akan di hilangkannya kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah oleh Menteri pendidikan, hal ini akan memperparah buruknya akhlak remaja dan generasi muda. 

Semua itu perlu adanya perhatian penuh dari semua pihak baik individu, masyarakat maupun negara. Negara bertanggung jawab penuh dalam mencerdaskan remaja dan generasi muda dengan memberikan pendidikan yang terbaik sesuai dengan nilai-nilai agama karena dengan menghadirkan agama dalam kehidupan akan mampu membentuk remaja yang takwa kepada salah SWT, selain itu akan mampu membentuk pola pikir dan pola sikap islami. Sehingga para remaja tersebut menjadi generasi Islam yang cemerlang. Semua ini hanya bisa terwujud ketika Islam di tegakkan di atas bumi ini. Wallahua'lam bishowab

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Oleh: Indun Triparmini
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 31 Maret 2024

Prostitusi Online, Potret Rusaknya Tatanan Masyarakat Sekularisme


Tinta Media - Kita di hebohkan dengan berita bahwa Germo Dimas Tri Putra (27) yang dapat menghasilkan uang hingga Rp.300 juta dari menjalankan bisnis prostitusi online di kota Bogor Jawa Barat. Dia menjual 20 perempuan dengan tarif hingga Rp.30 juta, kepada pria hidung belang di berbagai wilayah Indonesia. Dia menjalankan bisnis haram dan berprofesi sebagai mucikari sejak tahun 2019, (tribunnews.com, Bogor, Kamis, 14/03/2024)

Mengapa kasus semacam ini terus berulang, bahkan merupakan fenomena gunung es? Ini membuktikan bahwa pengawasan negara terhadap rakyat sangat lemah. Hingga aktivitas yang diharamkan agama justru dijadikan bisnis.

Selain itu maraknya kasus serupa karena sistem sanksi yang tidak menjerakan. Sehingga bermunculan pelaku-pelaku baru. Juga sistem pendidikan sekuler yang gagal mencetak generasi berkepribadian Islam. Yang pada akhirnya menciptakan pribadi-pribadi yang bebas, dan permisif.
Selain itu, kasus ini terkait dengan penyebab sistem yaitu sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan saat ini, yang berbuah kemiskinan dan buruknya perilaku hingga mendorong masyarakat yang kesulitan berupaya mendapatkan uang dengan cepat dan banyak tanpa memedulikan halal dan haram.

Sungguh jauh berbeda dengan Islam jangankan membangun kerajaan bisnis yang haram di bidang perzinaan, untuk mendekatinya saja negara akan mencegahnya. Sesuai dengan firman Allah; "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (TQS. Al Isra {17} : 32).

Maka negara akan menghilangkan berbagai sarana yang akan menghantarkan pada aktivitas mendekati zina baik offline maupun online. Sistem Islam mempunyai sistem sangsi yang amat tegas dan keras bagi pezina. Jika belum menikah mm aka dirilis dan jika sudah menikah dengan di rajam. Sehingga hukuman yang keras ini mampu mencegah, membuat jera sekaligus penebus dosa berzina.

Maka menerapkan Islam secara kaffah adalah sebuah kewajiban urgen yang harus segera dilakukan. Masyarakat harus bersih dari perzinaan, sekarang bisa kita lihat perzinaan marak dan juga tersebarnya penyakit seksual HIV/AIDS sebagai bukti rusaknya sistem kapitalis sekularis. Saatnya berganti dengan sistem yang memiliki sistem sangsi yang tegas dan menjerakan serta mampu mengurus dan menjamin rakyatnya bersih dari maksiat dan hidup sejahtera. Khilafah juga menyediakan jaminan kesejahteraan dari banyak pos sumber pemasukan bagi kas negara, serta untuk melindungi rakyat hingga tidak akan terjebak ke dalam bisnis haram karena faktor lemahnya ekonomi. Begitu pula diterapkannya hukum Allah oleh negara dalam kehidupan menjadi penghalang untuk melakukan kemaksiatan. Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Ummu Sigit (Sahabat Tinta Media)

Semua Isi Al-Qur'an Wajib Diamalkan

Tinta Media - Bulan Ramadhan dianggap sebagai Bulan Al-Qur'an karena Al-Qur'an pertama kali diturunkan pada bulan ini, khususnya pada Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar).

Al-Qur'an pertama kali diturunkan pada bulan ini, khususnya pada Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar).Keagungan Al-Qur'an ditegaskan dalam berbagai ayat, bahkan seandainya Al-Qur'an diturunkan di atas gunung, gunung tersebut akan tunduk dan terbelah karena takut kepada Allah.
Al-Quran mengandung seruan-seruan, baik dalam aspek spiritual maupun politik. Namun, sering kali seruan-seruan politik Al-Qur'an diabaikan.

 Ada sikap diskriminatif terhadap ayat-ayat politik dalam Al-Qur'an, di mana beberapa ayat yang mengatur urusan masyarakat tidak diterapkan sebagaimana ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah.

Meninggalkan atau mengabaikan Al-Qur'an merupakan dosa besar, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat dan hadis.
Menerapkan Al-Qur'an tidak hanya tugas individu, tetapi juga masyarakat dan terutama negara. Sebagian hukum Al-Qur'an hanya bisa diterapkan oleh negara, seperti hukum-hukum yang berkaitan dengan pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, dan hukum syariah.

Kehadiran Negara Islam (Khilafah Islam) sangat penting untuk menerapkan Al-Qur'an secara menyeluruh. Tanpa Khilafah Islam, beberapa hukum syariah tidak dapat diterapkan.

 Oleh karena itu, Ramadhan harus dijadikan momentum untuk mengamalkan dan menerapkan Al-Qur'an secara keseluruhan, baik oleh individu, masyarakat, maupun pemerintah.

Wallahualam bishowab


Oleh : Ummu Faridz 
(Sahabat Tinta Media)

Sabtu, 16 Maret 2024

Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan Buah Sekularisme



Tinta Media - Kasus kekerasan  seksual terus berulang di dunia pendidikan, sangat miris sekali apalagi di lakukan oleh tenaga pendidik (oknum guru) terhadap murid didiknya, meski berbagai upaya di buat untuk menekan kasus bahkan dibuatkan UU untuk kekerasan seksual pada perempuan tapi tidak menuntaskan persoalan cenderung meningkat, artinya regulasi yang ada tidak mampu mengatasi persoalan ini. 

Meskipun banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kasus ini tapi sekularismelah yang menjadi akar persoalannya. Kebebasan untuk berbuat sesuka hati telah menyeret kaum muslimin, serta kurang kontrolnya masyarakat, terlebih negara tidak melakukan tindakan yang tegas terhadap pelaku kekerasan seksual ini, akhirnya yang menjadi korban adalah kaum yang dianggap lemah yaitu anak-anak.

Sangat berbeda dengan Islam. Islam dengan sistem pergaulannya (ijtima'i) memiliki upaya preventif dan kuratif dalam mengatasi masalah seksual pada perempuan dan anak-anak. 

Oleh : Ummi Fadhli 
Sahabat Tinta Media

Minggu, 10 Maret 2024

Khilafah Islamiyyah Menguasai Dunia


Tinta Media - Ada sebuah kisah pada tahun 2019. Kala itu para penjajah melakukan sebuah rapat besar di New York. Mereka mengatakan beberapa hal, salah satunya mengenai siapa yang akan menguasai dunia di akhir zaman.

Mereka mengatakan bahwa ada 4 opsi yaitu: Amerika, China, elite global, dan khilafah Islamiyyah. 

Para penjajah pun mengatakan bahwa tiga opsi di antaranya Amerika, China, dan elite global sudah tidak layak lagi diharapkan karena sejatinya sudah bobrok dan memang harus dimusnahkan. 

Mereka mengatakan bahwa khilafah Islamiyyah yang akan menguasai dunia setelahnya yaitu pada tahun 2020an. 

Dan belum lama ini pendiri Hamas Syekh Ahmad Ismail Yassin pun mengatakan bahwa Palestina akan merdeka pada tahun 2027 sesuai perhitungan dan hadits yang beliau ketahui.

Menariknya, kita sebagai manusia biasa tidak bisa mengatakan atau meyakini kapan waktunya karena itu kuasa Allah. Manusia hanya mengikuti qada dan qadarnya Allah saja. Tugas kita hanyalah berjuang bukan malah diam begitu saja. 

Kesimpulannya penjajah saja paham siapa yang akan menguasai dunia, masa kita yang dijajah seolah anti terhadap khilafah Islamiyyah? 
Kan ya lucu gitu.

Seharusnya kita itu memperjuangkan tegaknya bukan malah menghalangi memfitnah yang justru itu merugikan diri sendiri. 

Mau menegakkan kebenaran atau tidak semua akan kembali pada yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. 

Lantas ketika diam saja, apakah tidak malu ketika di akhirat dimintai pertanggungjawaban atasnya?

Oleh: Indah Setyorini 
Sahabat Tinta Media

Senin, 04 Maret 2024

Kemiskinan Menghilangkan Naluri Keibuan dan Jadi Sasaran Kejahatan


Tinta Media - Tak dipungkiri bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan hilangnya naluri keibuan. Dan kemiskinan juga di manfaatkan oleh sebagian orang yang ingin mendapatkan keuntungan. Seperti halnya kasus perdagangan bayi di Tambora. Kasus ini menyasar keluarga kurang mampu yang ekonominya lemah. Sehingga seorang ibu, tega menjual darah dagingnya ke pembeli demi sejumlah uang yang dijanjikan. Dan mirisnya, ada seorang ibu juga yang menjual bayinya masih dalam kandungan, karena tidak sanggup membayar proses persalinan. 

Begitu banyak terdengar kasus seperti ini di negara kita. Kondisi ini adalah buah penerapan sekularisme dan sistem ekonomi kapitalisme. Rakyat sangat membutuhkan solusi nyata dari berbagai permasalahan yang terjadi di negeri ini. Tapi sayangnya solusi yang dihadirkan kerap kali tidak tuntas sampai ke akar masalah. Hingga memunculkan masalah baru baik yang serupa ataupun masalah yang berbeda.

Solusi dari semua ini yaitu negara harus menerapkan sistem Islam kafah. Sistem ini yang akan mengatur dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya sistem ekonomi Islam yang menjamin kehidupan sejahtera semua bagi seluruh rakyat. Sistem ekonomi Islam yang kokoh dan mapan dengan berbagai pos pemasukan kepada negara untuk di distribusikan kepada seluruh rakyat bisa berupa pemenuhan berbagai kebutuhan dasar kehidupan rakyat ataupun tersedianya berbagai kebutuhan rakyat dengan harga yang sangat terjangkau oleh seluruh rakyat. 

Selain itu sistem pendidikan Islam yang mampu mencetak individu yang beriman dan bertakwa, sabar dalam menghadapi ujian, menjauhi kejahatan dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Dan sistem sanksi dalam negara Islam yang tegas bisa memberikan efek jera dan menjauhkan diri dari berbagai kejahatan.

Jadi sistem Islam yang sempurna dan lengkap serta mampu menyejahterakan rakyat secara adil inilah yang sangat dibutuhkan oleh seluruh manusia dalam menjalankan kehidupannya. Sistem Islam menjamin seluruh rakyatnya hidup dalam jaminan keamanan dan ketenangan dari maraknya peluang menjadi pelaku maupun korban kejahatan apa pun motifnya baik kemiskinan maupun hal lain.
Wallahu a'lam bish shawwab


Oleh: Ummu Silmi 
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 03 Maret 2024

Fenomena Gunung Es Kasus Perdagangan Bayi


Tinta Media - Terungkap kasus perdagangan bayi oleh polres Metro Jaya, Jakarta Barat, merupakan fenomena gunung es. Selain lima bayi yang dijual di Jakarta, masih banyak perdagangan bayi lainnya di Indonesia. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, mengatakan bahwa tugas perlindungan anak adalah juga dijalankan masyarakat dengan menekankan kerja sama masyarakat mulai dari level tetangga sampai instansi terkait. Dengan begitu kejadian serupa dapat diminimalisir.

Kak Seto meminta masyarakat untuk sadar bahwa tanggung jawab perlindungan anak bukan hanya oleh negara, bukan hanya oleh polisi atau aparat lain, melainkan juga tanggung jawab masyarakat. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengatakan, para ibu yang menjual anak atau bayinya berasal dari kelompok rentan secara ekonomi. Ibu-ibu hamil dengan keadaan ekonomi lemah seperti tidak ada pilihan lain selain menjual bayinya.

Kalau kondisinya normal maka ibu mana yang tega menjual bayinya? Kalau bukan karena keadaan ekonomi yang lemah salah satunya, tentu hal ini tidak akan terjadi. Maka faktor kemiskinan mampu menghilangkan naluri keibuan. Sehingga dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk mendapatkan keuntungan. Kondisi ini terjadi karena penerapan sistem ekonomi kapitalisme yang semua hanya dinilai berdasarkan materi saja. Serta sistem ini meniscayakan pengabaian berbagai pengurusan pemenuhan berbagai kebutuhan pokok hidup rakyat. Jelas sistem ini rusak dan merusak.
           
Dalam Islam, negara wajib mewujudkan kesejahteraan individu per individu dengan sistem ekonomi Islam. Dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang luas bagi para lelaki untuk memenuhi nafkah keluarga serta kokohnya perekonomian negara yang riil dan melimpahnya pos-pos pemasukan keuangan negara kepada Baitul Mal menjamin seluruh rakyat hidup secara sejahtera. Sistem pendidikan Islam juga yang mampu mencetak individu yang beriman dan bertakwa, sabar dalam menghadapi ujian dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan mampu membuat jera sehingga mencegah orang untuk melakukan kejahatan.
Wallahu a'lam bish shawwab 

Sumber : 
Republika.co.id (24 Februari 2024)
Antaranews.com (23 Februari 2024)


Oleh: Ummu Shakila
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 02 Maret 2024

Potret Buram Generasi Muda Indonesia



Tinta Media - Beberapa kasus tindak kriminalitas yang dilakukan oleh generasi muda saat ini semakin meningkat. Bukan hanya sekedar terkait pergaulan muda-mudi yang semakin bebas, tapi juga beberapa aksi kriminalitas yang meresahkan. Bahkan yang terbaru seorang remaja laki-laki usia 16 tahun menjadi pelaku pembunuhan satu keluarga di Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim). Aksi keji tersebut dilakukan diduga lantaran adanya sakit hati serta dendam terkait asmara. Lebih dari itu remaja tersebut juga dengan tega memperkosa salah satu korbannya. Akibat perbuatannya, pelaku terancam mendapatkan hukuman mati.

Tentunya kasus ini menambah potret buram perkembangan generasi muda bangsa saat ini. Disaat bangsa ini membutuhkan perubahan terhadap kondisi yang ada, kasus tersebut justru semakin menjauhkan harapan bangsa terhadap generasi muda. Selain itu, hal ini juga menambah potret buram gagalnya sistem pendidikan Indonesia dalam mewujudkan peserta didik sebagai harapan generasi penerus bangsa yang berkepribadian akhlakul karimah. 

Kasus kriminalitas dilakukan generasi muda bukan kali ini saja terjadi, namun terus berulang setiap waktunya. Tentunya kejadian kriminalitas yang terus berulang, menunjukkan adanya kelemahan terhadap sanksi hukum yang diberlakukan. Tidak adanya efek jera ditengah-tengah masyarakat, menjadikan kasus-kasus kriminalitas akan selalu ada dan tidak mampu mencegah individu dalam melakukan aksi kejahatannya. Sistem aturan kapitalis liberalis yang memberikan kebebasan setiap individu masyarakat dalam menjalankan kehidupannya menjadikan generasi muda terjebak dalam derasnya pergaulan bebas yang diiringi dengan barang terlarang seperti narkotika, minuman keras sampai seks bebas. Aturan agama yang sekian lama ditinggalkan, semakin menambah jejak-jejak setiap individu untuk melakukan perbuatan buruknya.

Sehingga hal tersebut harusnya menjadi evaluasi pemerintah untuk memperbaiki sistem aturan bernegara yang ada saat ini. Bukan hanya terkait satu aspek saja tapi juga menyeluruh, agar solusi yang diberikan bukan solusi tambal sulam. Negara berkewajiban menjamin terlaksananya sistem kehidupan yang terbaik, mulai dari sistem pendidikan sampai sistem berkehidupan. Sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi muda sebagai penerus bangsa yang diharapkan, sistem sanksi hukum yang mampu mencegah kembalinya kejahatan untuk berulang dan mengembalikan serta memastikan setiap individu untuk kembali pada aturan agama sehingga terbentuklah individu-individu masyarakat yang bukan hanya taat pada aturan negara namun beriringan terhadap aturan agama. Utamanya generasi muda saat ini yang semakin jauh dari aturan agama dan negara, maka terbentuklah para generasi bangsa yang diharapkan.

Oleh: Putri YD
Sahabat Tinta Media

Rabu, 28 Februari 2024

Nasib ART Kian Terpuruk



Tinta Media - Setiap orang pasti punya sebuah impian/cita-cita, seperti kata pepatah "Kejarlah cita-citamu setinggi langit". Apa yang di cita-citakan pasti akan diupayakan semaksimal mungkin. Tetapi pada kenyataannya semua itu tidak sepenuhnya terealisasi. Ada banyak perempuan yang sejatinya tidak harus ikut menanggung nafkah keluarga malah harus ikut bekerja untuk membantu memenuhi semua kebutuhan keluarga karena tekanan kemiskinan dan rendahnya pendidikan terpaksa profesi ART yang menjadi pilihan mereka.

Apakah setelah memilih profesi Asisten Rumah Tangga (ART) semua permasalahan di keluarga akan teratasi ? Mungkin secara ekonomi, keuangan keluarga sedikit terbantu tetapi masalah yang lainnya akan muncul. Bila yang menjadi ART adalah seorang ibu maka dia tentu saja akan meninggalkan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai Madrasatul Ula. Karena tidak sedikit yang mempekerjakan ART harus tinggal di rumah majikannya. Dan juga masalah keselamatan dari para ART itu sendiri.

Dan faktanya sudah banyak kejadian penganiayaan dan pembunuhan terhadap ART oleh majikannya sendiri. Seperti yang sedang viral sebuah video yang memperlihatkan seorang perempuan yang di duga ART di Jakarta Barat, mengalami penganiayaan dan penyekapan oleh majikannya sendiri. Dan kasus serupa pun terjadi di Jati Negara Jakarta Timur, sebanyak lima ART menjadi korban penganiayaan oleh majikannya dan kasus ini terungkap setelah korban melarikan diri dari rumah majikan dengan kondisi tubuh penuh luka. Mereka kabur karena sering di siksa dan di paksa kerja hingga dini hari.

Sudah jelas lemahnya peran negara dalam melindungi nasib ART  walaupun keberadaan RUU PPRT telah resmi menjadi inisiatif DPR-RI dan segera akan dibahas di tingkat Badan Legislatif DPR-RI tetapi tetap tidak menjamin nasib perempuan, khususnya pekerja rumah tangga berubah menjadi lebih baik. Justru RUU PPRT di kebut semata karena menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk memberi perlindungan pada perempuan tujuannya agar perempuan memiliki daya saing demi mendukung visi pembangunan 2045 dalam rangka Indonesia menjadi negara maju. 

Dan di sini jelas negara memosisikan perempuan sebagai sumber daya manusia untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Inilah potret buruk dari sistem ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan keuntungan semata. Jika kita berada di sistem negara yang di pakai adalah sistem Islam sudah tentu negara akan menjadi segala hal yaitu memenuhi kebutuhan kita akan keselamatan, kesejahteraan, kedamaian dan hal-hal yang lainnya sesuai fitrah kita sebagai umat manusia.

Maka dari itu kita harus terus memperjuangkannya hingga tegak kembali di tengah umat. Karena Islamlah solusi yang hakiki dan Islam sungguh sempurna dalam mengatur seluruh masalah kehidupan 

Wallahu a'lam bish- shawwab

Sumber : 
(Opini /MNews  21/02/2024, Nindira Aryudhani, S.Pi, M.Si., Nestapa ART, Korban Eksploitasi dan Tumbal Ekonomi)


Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media 

Senin, 19 Februari 2024

Harga Beras Kian Meroket


Tinta Media - Di Indonesia beras merupakan kebutuhan pokok utama masyarakatnya. Dengan harga beras sekarang yang mahal tentu saja menambah penderitaan rakyat. Bagaimana tidak? Dengan harga beras yang mahal maka penghasilan keluarga akan banyak tersedot untuk membeli kebutuhan pokok tersebut dan untuk membeli kebutuhan yang lainnya otomatis akan ada pengurangan. Tetapi bukan hanya beras saja yang mengalami kenaikan harga melainkan beberapa kebutuhan yang lainnya pun ikut naik seperti gula, minyak goreng dan yang lainnya. 

Untuk masyarakat miskin, kenaikan harga beras menambah beban yang sangat berat. Ditambah dengan kondisi ekonomi yang serba sulit maka pembelian beras pun beralih ke harga yang termurah dengan kondisi beras yang tidak memenuhi standar. 

Pemerintah mengklaim bahwa kebijakan bansos sebagai solusi efektif terhadap kenaikan harga beras. Tapi faktanya walaupun ada bansos harga beras tetap saja naik dan juga tidak semua rakyat miskin mendapatkan bansos. Dan banyak ditemukan di lapangan bahwa bansos banyak yang salah sasaran. 

Ini semua sangat aneh, karena di Indonesia beberapa wilayahnya sudah di tetapkan sebagai penghasil utama atau lumbung padi. Di Indonesia sekarang ini yang di pakai adalah sistem kapitalisme yang sangat merugikan rakyat kecil dan salah satunya adalah kenaikan harga beras. Karena rusaknya rantai distribusi beras yang dikuasai oleh sejumlah perusahaan besar. Mereka melakukan monopoli gabah dari petani dengan cara membelinya dengan harga tinggi dan mereka memborong beras Bulog berharga murah dan menimbunnya termasuk membeli beras yang di jual saat ada operasi pasar dan pada saat yang tepat mereka akan menjualnya dengan harga yang berkali lipat. 

Beda halnya jika yang dipakai oleh negara adalah penerapan aturan Islam untuk mengatur urusan rakyatnya. Dan untuk beras karena ini merupakan kebutuhan pokok dan menyangkut hajat hidup orang banyak maka negara akan hadir dan wajib mengelola beras dari hulu hingga hilir yaitu sejak mulai produksi, distribusi hingga sampai ke tangan rakyat. Negara pun harus memastikan rantai distribusi yang sehat dan yang bebas dari penimbunan, monopoli  dan juga berbagai praktik bisnis lainnya dan tidak akan menyerahkannya pada pihak swasta. 

Mari kita sama-sama memperjuangkan penegakan hukum Allah agar segera kembali diterapkan di muka bumi ini. Karena hanya dengan kembali kepada Islamlah semua persoalan dan aturan yang menyengsarakan akan mendapatkan solusinya. Bangga berIslam Kaffah 

Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media

Mupakat untuk Kesejahteraan Petani?



Tinta Media - Pemerintah kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian, kembali melaksanakan kegiatan "Mupakat" atau Musyawarah Bupati dengan Masyarakat Tani, di lapangan sepak bola Kiara Payung desa Banjaran kabupaten Bandung, Selasa 30 Januari 2024 (bidikekspres.id kab Bandung). Mengapa petani khususnya di Bandung tidak sejahtera? Kebijakan impor yang merugikan petani, harga pupuk dan benih yang mahal juga langka juga alih fungsi lahan turut andil dalam ketidaksejahteraan para petani. Karena yang diterapkan sistem kapitalis sekuler yang semua berpihak kepada para pemilik modal saja. 

Maka dengan kenaikan pupuk dan benih ini tentu akan menguntungkan bagi pengusaha sebagai pemilik modal yang besar. Maka solusinya harus mendasar, yaitu mengenyahkan sistem kapitalis sekuler yang menjadi akar semua persoalan di negeri ini. 

Dengan menerapkan sistem Islam untuk segala permasalahan masyarakat sebagai solusi tuntas, yang tentunya solusi ini akan melindungi dan menyejahterakan rakyat. 

Sistem Islam mewajibkan para penguasanya untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat serta menjaga kedaulatan dan ketahanan pangan di negaranya. Salah satunya dengan memudahkan para petani untuk meningkatkan produktivitas pangan dengan menyediakan sarana dan prasarana pertanian yang murah bahkan gratis. Juga negara Islam tidak bergantung kepada impor yang tentunya akan merugikan petani lokal. Selain itu negara Islam akan tanggap terhadap bencana atau pun perubahan iklim yang memungkinkan berdampak pada produktivitas pertanian. 

Wallahu a'lam bish shawwab



Oleh: Ummu Sigit 
Sahabat Tinta Media 

Minggu, 18 Februari 2024

Sampah Plastik Menggunung, Umat Butuh Solusi Mendasar



Tinta Media - Indonesia menghasilkan 12,87 juta ton sampah plastik pada tahun 2023. Dirjen Pengolahan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebutuhan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati, mengatakan sampah plastik masih menjadi isu serius yang dihadapi Indonesia. Rosa mengatakan, kondisi tersebut menyebabkan penanganan sampah plastik menjadi fokus dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada tanggal 21 Februari mendatang. 

Sampah plastik bukan masalah regional, melainkan sudah menjadi masalah global pada manusia, hewan dan lingkungan hidup. Tumpukan sampah plastik, membuktikan adanya kelalaian negara dan rendahnya kesadaran rakyat akan bahaya plastik. 

Sistem kapitalisme membuat cara berpikir manusia menjadi sempit, hanya mengutamakan keuntungan dan kemudahan semata tanpa memikirkan dampak kedepannya. 

Dari sisi masyarakat, memang dimudahkan dengan bahan atau wadah plastik yang harganya lebih murah dan terjangkau. Namun sampah yang dihasilkannya sulit untuk didaur ulang. Negara kapitalis tidak menyediakan teknologi ramah lingkungan, negara justru membuka lebar pemilik modal untuk terus memproduksi. 

Seharusnya peran negara tidaklah demikian. Negara haruslah hadir dalam menjalankan fungsinya mengurusi urusan rakyat. Negara seperti ini akan kita jumpai dalam sistem Islam yang bernama Daulah Khilafah. Yang sesuai sabda Rasulullah Saw ;
"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas urusan rakyat-rakyatnya." 
(HR. Al-Bukhari) 

Negara wajib mengedukasi rakyat terhadap bahaya plastik. Terutama bagi kesehatan dan lingkungan.
Negara juga harus memberikan inovasi dan pengembangan ilmu. Apa pun masalahnya, solusinya hanya dengan kembali kepada sistem Islam, karena khilafah selalu berpatokan kepada batasan syariat, tidak akan membuat kerusakan di bumi dan memanfaatkan alam dengan secukupnya. 

Wallahu a'lam bish shawwab 

Sumber : katadata.co.id (Rabu, 7 Februari 2024)


Oleh: Umma Aisha - Raharza Plaza 
Sahabat Tinta Media 

Ekonomi Buruk Dampak dari Sistem Sekuler


Tinta Media - Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) menemukan adanya kenaikan harga pada komoditas gula konsumsi, beras serta cabai merah keriting dalam inspeksi mendadak (sidak) di pasar tradisional Cihapit Bandung dan Griya Pahlawan Bandung. Sidak ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi adanya permainan harga dan penahanan pasokan oleh pelaku usaha tertentu serta stabilitas komoditas di Jawa Barat jelang bulan Ramadan. 

Di daerah Baleendah pun harga beras kian meningkat, bahkan yang sebelumnya harga Rp. 15.000 per kilo itu harga tertinggi sekarang harga itu menjadi harga terendah. 

Disistem sekarang ini membuat rakyat semakin menjerit tercekik oleh harga kebutuhan pokok yang semakin melambung, negara yang katanya subur dan  rempah-rempah yang melimpah tapi seakan negara tidak mampu mengelolanya sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyatnya. 

Sangat berbeda dengan sistem Islam yang sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Dalam Islam rakyat akan menjadi prioritas utama untuk dipenuhi kebutuhannya karena dalam sistem Islam semua diatur bukan atas dasar kepentingan pribadi saja tapi semuanya diatur oleh yang Maha mengatur yaitu Allah SWT melalui hukum Syara' yang tidak mungkin menzalimi umatnya. 

Sudah saatnya kita kembalikan lagi sistem Islam yang telah berjaya di muka bumi ini selama lebih dari 13 abad lamanya. Dengan cara berjamaah dengan kelompok yang benar-benar berjuang dalam berdakwah meninggikan kalimat Allah untuk mengembalikan Daulah Islam yang akan menerapkan semua hukum Allah di muka bumi ini. 

Dengan begitu rakyat akan kembali merasakan keamanan dan kenyamanan hidup di muka bumi ini karena akan di urus semua kebutuhan hidup mendasarnya sesuai dengan aturan Allah yang sudah barang tentu sesuai dengan fitrah dan memuaskan akal. 

Wallahu a'lam bish shawwab

Oleh: Nurul
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 15 Februari 2024

Menghentikan Penistaan Al-Qur’an, Tidak Cukup dengan Kecaman



Tinta Media - Lagi-lagi terjadi pembakaran mushaf Al-Qur’an di Swedia dan Denmark. Pelaku berlindung di bawah Undang-Undang demokrasi yang menjamin kebebasan berbuat dan bertingkah laku. 

Negeri-negeri muslim ramai mengecam. Sayangnya, kecaman saja tidak cukup untuk dapat menghentikan penistaan yang telah berulang kali dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Selama negeri-negeri muslim masih menerapkan sistem demokrasi sekuler, maka selama itu pula kaum muslimin tidak akan pernah mampu menyelesaikan problem penistaan agama. 

Umat Islam sedunia mesti bersatu dalam satu institusi negara shahih yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Negara akan mengirimkan pasukannya untuk berjihad menjaga kemuliaan Islam. Hanya dengan Khilafah, pelaku penistaan terhadap kesucian Islam dan simbol-simbolnya akan ditindak tegas; para pendukungnya akan ditumpas; sehingga permasalahan ini menjadi tuntas.  Wallahu a'lam.

Oleh: Raty
Sahabat Tinta Media

Minggu, 11 Februari 2024

4 Syarat Orang Beruntung



Tinta Media - Semua orang ingin beruntung. Baik dalam hal ekonomi, akademik, sosial bahkan dalam hal ibadah. Namun standar keberuntungan relatif bagi setiap orang tergantung kacamata dan sudut pandang orang tersebut. Menurut A ia beruntung jika bisnis berkembang tanpa kerugian besar. Sedangkan menurut B beruntung itu ketika ia mendapatkan segepok uang dari hasil undian. Dan menurut C ia beruntung ketika segala urusannya dimudahkan serta dilancarkan. 

Semua mempunyai standar beruntungnya masing-masing, sedangkan Allah sudah mengabarkan pada kita (umat manusia) bahwa orang yang beruntung itu ketika ia tidak merugi. Orang yang tidak akan merugi ialah orang yang mempunyai 4 syarat sebagai berikut; 

1. Beriman kepada Allah
2. Mengerjakan Amal Shalih
3. Saling Menasihati dalam Kebenaran
4. Saling Menasihati dalam Kesabaran 

Jika salah satu dari keempat syarat ini tidak terpenuhi maka ia termasuk orang yang tidak beruntung (merugi). ketika seseorang itu beriman kepada Allah SWT namun, ia tidak mengerjakan amal shalih (perbuatan yang Allah ridhai) maka sama saja ia tidak beruntung. Begitu pun ketika seseorang mengerjakan Amal Shalih ia juga menasihati sesama manusia dengan kebenaran (Al-Qur'an dan As-sunah) dan kesabaran dalam menghadapi kesulitan saat mengerjakan amal shalih tetapi ia tidak beriman kepada Allah SWT maka semua yang ia kerjakan akan sia-sia. 

Karna iman merupakan syarat utama tercatatnya amal shalih yang kita lakukan di dunia, tanpanya maka amal shalih yang kita kerjakan bagaikan debu di atas batu yang tersiram air hujan (bersih tak berbekas). ataupun kita sudah beriman namun, tidak mengerjakan amal shalih dan saling menasihati, itu pun akan sia-sia karna yang dikerjakan kalau tidak amal shalih maka amal salah yang itu mendatangkan dosa bukannya pahala, sedangkan orang yang beruntung adalah ketika mendapatkan pahala dari Allah SWT. Rugi dong sudah beriman malah mendapatkan dosa. 

Semoga ketika kita beriman kepada Allah SWT, lalu kita mengerjakan amal shalih dengan menulis kebenaran yang telah disampaikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah, kemudian kita saling menasihati dalam kesabaran ketika mengerjakan amal shalih, kita menjadi orang yang beruntung dan tidak merugi. 

Wallahu 'Alam


Oleh: Faith Afia 
Sahabat Tinta Media 

Sabtu, 10 Februari 2024

Kurikulum Rusak



Tinta Media - Arah pendidikan menjadi tidak jelas, seolah ada unsur kesengajaan melalui otak-atik rombak struktur kurikulum nasional berulang-ulang. Dan dapat dipastikan setiap pergantian menteri pendidikan, maka kurikulum pun berubah. Kedelapan Standar Pendidikan hanya berwujud bangunan dan sarana prasarana saja, tidak mampu mendongkrak Standar Kelulusan yang sesuai dengan jenjang pendidikan anak-anak usia sekolah hingga para mahasiswa sekalipun. Fenomena yang paling miris adalah, setiap latihan soal, PR hingga Ujian Pembelajaran, jawaban bukan hasil berpikir, tapi hasil googling dari internet. 

Islam memberikan solusi, kurikulum nasional harus mampu memahamkan eksistensi diri si pembelajar yang berdasarkan pada fitrah kemanusiaan, tidak melihat murid dari kalangan muslim atau non muslim. Ilmu Pengetahuan akan sangat dinikmati oleh mereka, hingga melahirkan manusia-manusia pembangun peradaban yang maju, baik dari sisi pisik termasuk moral dan budi pekerti. Terlebih lagi bila peserta didiknya adalah muslim, mereka akan mencapai derajat insan kamil, karena semua produk ilmu pengetahuan mereka berbuah manfaat dunia dan akhirat. 

Oleh: Barli Ibnu Syahlan Al-Hasyim
Dosen STAI Al-Musdariyah
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab