Tinta Media: Puisi
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 April 2024

Rahim dan Rahmah

Karya : Miatha

Rahim dan Rahmah, bukanlah nama sepasang sahabat 
Bukan pula dua orang saudara kandung
Apalagi dua orang anak kembar

Lantas siapa mereka?
Bukan tentang nama atau siapa
Tapi ini tentang "apa" ?

Rahim...
Rahim adalah karunia terindah dari sang pemilik kehidupan, Allah SWT
DIA anugerah kan kepada jasad yg disebut wanita 
Rahim adalah tempat lahirnya peradaban sebuah negeri 
Rahim adalah tempat lahirnya penerus generasi sebagai khalifah yang akan memakmurkan bumi,
Sebab itu setiap wanita yg memiliki rahim, yang kita berasal daripadanya
Maka penghormatan kepada wanita adalah sesuatu yang wajib dilakukan

Rahmah..
Rahmah adalah sifat tercipta dari adanya rahim
Rahmah adalah melodi saling mengisi dan memberi ruang
Rahmah adalah kasih dan sayang 
Jadikan setiap Rahim adalah Rahma dari apa yg telah dilahirkannya
Sehingga Rahim tak perlu malu telah hadir di dalam diri setiap wanita 

Itulah istimewa seorang wanita, 
Ia diberi Rahim sekaligus Rahma di dalamnya. 
Karenanya dia bisa mencintai tanpa batas, tanpa balas
Untuk dirimu perhiasan dunia, 
Tak perlu tampakkan hebatnya dirimu
Tak perlu risaukan kurangnya dirimu 
Tak perlu menjadi perkasa di mata lawanmu
Karena sebuah kehidupan lahir daripada mu...
Karena sosok kecantikan lahir daripada ketaqwaan mu...
Itulah kehebatan  yg hakiki tak bisa disaingi dengan apapun
Rahim dan Rahmah
Itulah dua keajaiban
Itulah dua kekuatan 
Itulah dua yg saling berkaitan...

Selasa, 02 April 2024

3 Maret

Tinta Media - Telah seabad aku porak poranda
Tanpa pemimpin terbaik di dunia fana ini
Syariat direnggut, asa terburai sia-sia
Tersisa derai air mata yang mendesak angan

Seabad yang lalu begitu gagah bendera hitam melambai
Melindungi segenap jiwa dan peradaban
Namun kini, telah tercerai berai di jajah ideologi kufur
Merampas jiwa-jiwa yang kini menjadi liar

Kini aku begitu hancur tanpa seorang panglima
Tercerai berai bak buih di lautan
Begitu rapuh terombang ambing di samudera
Terkoyak hingga hilang tertelan angkara murka

Entah berapa lama lagi kabarmu akan kembali
Membumikan syariat yang telah dirusak para penghianat
Isak tangis tiada henti meratap hingga banjir air mata dan darah di tanah ribath
Kemenanganmu, ku yakin di suatu saat kelak
Melenyapkan dusta-dusta para pengkhianat syariat

Karya: Guntoro
Sahabat Tinta Media


Senin, 01 April 2024

Puzzel Cinta

Tinta Media - Sejuta rasa berkecambuk dalam hati
Namun tak boleh didekapi
Sejauh mana alurnya tersembunyi
Tetap saja menyisakan irama hati
Selalu saja, ia datang dan pergi
Bak rembulan merindukan bayangannya
Tak bisa bersatu namun mengiringinya

Aku dan kamu adalah harapan
Alunan angin sebagian pengantar
Tinta pesan illahi sebagai pengikat
Mewujudkan drama kehidupannya
Setiap episod nya terurai pelajaran
Sebuah tantangan mencairkan hati
Lalu mengalirkan kesatuan iramanya 
Menghasilkan keindahan hidup dunia

Karya: Warjianah
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 14 Maret 2024

Anak Malam Bukan Ibu Tak Sayang


Tinta Media - Jemarimu yang lembut kecil
Tiada henti-hentinya kupegang 
Tubuhmu yang dulu mungil
Terus dibuai sampai tubuh berkembang

Tiada kata yang tepat untuk melukiskan kebahagiaan
Hanyalah ucapan syukur selalu dipanjatkan
Menjelang dewasa, mengapa begitu banyak terdapat perubahan
Mula-mula menggerus kebersamaan 

Waktunya habis lupa kasih sayang
Mungkin juga lupa apa yang telah ibunya sampaikan
Curahan cinta kasih ibu tak terbilang
Anaknya malang ibulah yang disalahkan

Mungkinkah ini buah dari salah pengasuhan 
Didukung minimnya pemahaman
Meskipun tahu ini kewajiban
Sering kali air mata mengalir penuh keputusasaan

Dongeng sebelum tidur yang dulu selalu di nyanyikan
Diiringi belaian, bukan menjadi kenangan
Tetapi menambah perihnya luka yang engkau goreskan
Anak malam bukan ibu tak sayang

Palembang 7 Maret 2024

Oleh: Yeni Aryani

Minggu, 10 Maret 2024

Bumiku Bernaung



Tinta Media - Bumi, bumi...
Rumah kita
Rumah satu-satunya
Tiada tempat ku bernaung tanpanya

Bumiku yang ku cinta 
Luluh lantak tak ku kira
Dulu ceria sekarang kau menderita
Tiada tempat ku bercerita, tiada tempat ku berkata

Bumiku... 
Kini kau merintih 
Karena sistem yang kufur ini membuatmu menjerit 
Tanpa kata, tanpa air mata
Namun, aku merasakan betapa kau merintih kesakitan karena ulah mereka

Dari penambangan yang tidak ada penanggulangan
Dari ulah manusia yang membuang sampah sembarangan
Bahkan, ulah mereka yang melakukan kemaksiatan
Ulah mereka yang tidak menggunakan aturan yang disyariatkan

Bumiku, andai kau bisa bicara
Pasti kau akan mengatakan bahwa dunia dalam bahaya
Dan solusi yang paling tepat hanya satu suara
Kembali kepada aturan Allah yang dipinta


Oleh: Indah Setyorini
Sahabat Tinta Media

Minggu, 03 Maret 2024

Sebuah Puisi di Tanggal 3 Maret

Tinta Media - Bagi banyak manusia
3 Maret adalah hari-hari biasa
Seperti hari-hari lainnya
Padahal itu hari malapetaka dunia
bukan cuma untuk umat Islam saja.

3 Maret 1924 memang telah berlalu lama
Sejak hari itu umat Islam tak lagi punya pemimpin sedunia
Sejak itu mereka tak lagi mampu merahmati alam mayapada
Persatuan umat tinggal fatamorgana
Disekat-sekat nasionalisme negara bangsa.

Tak terbayangkan ada "Jalan al-Khawarizmi" di tengah kita
Karena penemu aljabar itu hidup di Uzbekistan sana
Tak ada juga "Salahuddin al-Ayubi" jadi nama lapangan kita
Karena pengusir tentara Salib itu ada di Mesir sana
Padahal mereka orang-orang hebat nenek moyang kita.

3 Maret 1924 memang gerbang ke tak berdaya
Setelah sekian abad sehasta demi sehasta
Umat Islam mengalami kemunduran jiwa
Ketika mereka mulai takut mati dan makin cinta dunia
Meski jumlahnya bermilyar tapi bagai buih di samudra.

Puluhan juta umat Islam punya tentara bersenjata
Tapi tak mampu membebaskan bumi Palestina
Puluhan juta kilometer persegi negeri kaya sumberdaya
Tapi tak mampu menjadikan umat ini sejahtera
Karena tidak bersatu diatur dalam sistem yang sempurna.

Dunia kini tak memiliki mekanisme yang berhasil guna
Melenyapkan penjajahan dalam segala bentuknya
Mengatasi berbagai krisis yang menghadang di depannya
Menyuruh yang makruf dan mencegah yang munkar di tingkat dunia
Dengan cara-cara berwibawa yang makin dekat kepada-Nya.

Tetapi 3 Maret 1924 bukan akhir segalanya
Allah hadirkan kini orang-orang yang tampak sederhana
Mereka tak pernah bertemu Nabi, tetapi membenarkan kalimatnya
Bahwa khilafah ala minhanjin nubuwwah akan kembali ke dunia
Bahkan meneruskan bisyarah menaklukkan Roma.

Mereka menolak memakai kekerasan apalagi bersenjata
Dan mereka juga tak akan ikut permainan demokrasi utopia
Karena kemunduran jiwa harus diobati dengan pemikiran mulia
Hanya yang sehat isi akalnya akan melakukan perubahan nyata
Dan itulah jalan yang dicontohkan Rasulullah Nabi kita

Wahai umat yang Muhammad lebih dicintainya
Janganlah hidup kita di dunia yang sementara
Berputar-putar dalam kesibukan semu yang sia-sia
Melanjutkan kehidupan Islam adalah persoalan utama
Yang akan menjadi saksi untuk kita di akherat sana.

Oleh: Prof. Fahmi Amhar
Cendekiawan Muslim 

#puisiFahmiAmhar
3 Maret 2015


Ibu, 100 Tahun Tanpamu

Tinta Media - Ibu,
Dulu kami bersama,
Hidup berdampingan dengan bahagia
Dulu kami aman dan nyaman, Bersatu padu di bawah perlindunganmu

Namun, 
Tepat 100 tahun yang lalu
Semua hilang tak bersisa
Semua lenyap ditelan angkara
Sungguh,
Konspirasi jahat telah membuatmu musnah

Di depan mata kami
Mereka menghujamkan pisau bermata dua
Tepat di pusat jantungmu
Melalui tangan penghianat laknatullah
Yang mengaku sebagai saudara

Ibu,
Dialah yang melakukan tipu daya
Hingga kami percaya
Hingga kami turut bersama-sama 
Memperdalam tikaman dengan kejam
Hingga engkau diam tak bergerak

Ibu,
Kami terbelalak
Kami terpanah
Baru sadar, tangan-tangan kami turut berlumuran darah 
Bukan sebagai suhada
Tetapi sebagai orang yang kalah

Ibu,
Di depan mata kami
Jasadmu dikubur paksa
Padahal, masih ada napasmu yang tersisa
Hingga satu-persatu putramu
Meninggalkan dan melupakanmu
Seolah engkau tak pernah ada

Kini,
Tepat 100 tahun tanpamu
Kami lapar
Kami terlantar
Kami teraniaya
Kami dibantai
Kami diperbudak
Kami diberangus

Kapada siapa kami mengadu?
Kepada siapa kami bersedu?

Anjing-anjing itu
Mereka tidak pernah puas
Mereka tidak pernah kenyang
Mereka selalu lapar
Mereka selalu rakus
Memperebutkan kami sebagai makanan

Ibu,
Kini kami sadar
Betapa berartinya dirimu
Betapa kami merindukanmu
Betapa kami membutuhkanmu

Janji ini terpatri dalam sanubari
Menancap kuat tak tergoyahkan
Dengan pertolongan Allah
Kami akan berjuang
Mengganti organ-organ rusak
Yang membuat engkau tertidur panjang
Hingga kembali tegak bak mercusuar

Bangunlah, Ibu!
Tepat di 100 tahun tanpamu 
Saatnya engkau bangkit
Saatnya engkau berdiri tegak
Sebagaimana bisyarah Rasul

ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ 

Yang akan menjadi perisai
Bagi anak-anakmu
Di seluruh dunia

Sidoarjo, 3 Maret 2024

Oleh: Ida Royanti
Tim Editor Tinta Media

Minggu, 21 Januari 2024

Dia, Aku, dan Kamu, Satu



Tinta Media - Seratus hari tanah itu terus membara
Angka itu terus bertambah naik
Anak-anak, lansia, dan perempuan
Menjadi syahid di jalan-Nya

Seratus hari bangsa kera itu membabi buta
Tank, roket, peluru silih berganti mengaum
Tanpa ada jeda, tiap hari dan tiap detiknya
Hanya kedustaan yang keluar dari mulutnya

Seratus hari sudah pemimpin di tempat saudara muslim tertunduk diam
Diam, hanya mengutuk dan mencela
Di mana pasukan Khalid? 
Di mana pasukan Saifudin Qutuz? 
Di mana pasukan Shalahudi Al Ayyubi? 
Yang menggetarkan bumi, hingga musuh tunggang-langgang mundur

Hari ini, seratus tahun tiada junnah
Yang melipur lara rakyat jelata
Meri'ayah seluruh pelosok negeri
Menjunjung syariat Islam di tempat tertinggi

Seratus tahun berlalu
Daulah terpecah jadi lima puluh negara
Nestapa terus menggelayut,
Kesedihan dan kesakitan menjadi sahabat sehari-hari
Dia, aku, dan kamu, berharap ini berakhir

Wahai ummah yang satu!
Wahai ummah yang terbaik!
Wahai ummah yang mempunyai Maha Pengasih, Maha Penyayang!
Wahai ummah yang rasul-Nya mencintai kita semua!

Serulah! Serulah kepada pemimpin Anda!
Serulah! Serulah kepada tokoh-tokoh Anda!
Serulah! Serulah kepada tentara-tentara Anda!
Hentikan kebinasaan ini, kemaksiatan ini!

Dia, aku, dan kamu, satu ummah
Dia, aku, dan kamu, satu daulah
Dia, aku, dan kamu, satu akidah
Islam yang Dia (Allah) beri nama



Oleh: Muhammad Nur
Sahabat Tinta Media

Selasa, 09 Januari 2024

Menunggu Tinta Illahi




Tinta Media:
Ketika sinar rembulan redup
Sunyi sepi mengusik kalbu
Sepitas bibir yang bergelumat
Sajaknya membuat getaran di hati
Beriringan derasnya hujan badai 
Gelumatnya kencang melebihi petir
Sungguh, membuat otak ini seperti batu 

Tak bisakah.... Dua sisi keyakinan bersatu
Seperti halnya air dan gula
Tersatukan dalam wadah yang sama
Apa akan seperti air dan minyak
Mereka akan selalu berdampingan saja
Atau seperti air yang diam berubah keruh
Itulah bayang- bayang tinta hidup
Semakin  jelaskah atau tidak .... 
Hanya bisa meraba menunggu jawaban

Karya: Warjianah
(Pemalang , Jawa Tengah) 

Senin, 18 Desember 2023

SAYA INGIN PUNYA PILIHAN


Tinta Media - Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin memilih orang-orang shaleh yang cendekia,
yang peduli pada nasib rakyat, amanah saat bekerja,
dan berani menentang arus koruptif yang merajalela.

Tapi di manakah orang-orang langka itu kini berada?
Ternyata mereka tidak dicalonkan oleh partai-partai yang ada...
karena mereka bukan kader, bukan kerabat atau teman ketua,
juga tidak mampu mempersembahkan "gizi" dan "amunisi" yang diminta.
Kalaupun dicalonkan, mereka ditaruh di dapil-dapil kering merana,
yang insya Allah di situ partai akan sedikit mendulang suara.
Lantas saya harus memilih siapa?

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin memilih partai yang serius membangun bangsa,
mengedukasi rakyat tentang politik luhur tak hanya jelang pilihan raya,
mengadvokasi rakyat ketika ada yang salah pada kebijakan penguasa,
mengagregasi rakyat agar bersatu dalam bhinneka tunggal ika,
dan mengartikulasi suara rakyat yang sesuai nurani mereka.

Tapi di manakah partai-partai langka itu kini berada ?
Ternyata tidak lolos verifikasi administrasi dari KPU mereka,
karena mereka tidak ingin memenuhi beberapa prosedur secara rekayasa.
Bila terpilihpun, belum tentu mereka akan duduk di kursi singgasana,
karena ada aturan parlementary threshold dan seabreg yang lainnya.

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin memilih politisi yang paham demokrasi dengan sempurna,
agar di parlemen nanti dia tidak menciptakan hukum yang dibenci surga.
Tetapi saya ingin dengar dari mulut mereka,
janji yang serius untuk mengganti semua UU yang durhaka,
menjadi sistem yang taat pada Sang Pencipta Jagad Raya.

Tapi di manakah politisi langka itu kini berada ?
Ternyata mereka tidak mencalonkan diri di pilihan raya,
karena mereka tidak ingin mengikuti logika jumlah suara,
entah suara ulama dengan suara pelacur sama harganya,
atau suara cendekia sudah dikebiri suara para pengusaha.
Mereka juga belum melihat pemilu akan mengganti suasana,
karena tergantung juga seberapa "tersesat" kita kini tengah berada.
Mereka yang tersesat hanya akan memilih penyesat sebagai juara,
bahkan yang luruspun akan berpura-pura menjadi terperdaya ...

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin ikut berjuang bersama orang-orang yang berbuat nyata!
Memperbaiki negeri dari dasarnya, bukan sekedar membangun citra!
Bukan yang mengajak orang memilih, lalu lima tahun melupakannya!

Saya takut pada hari di mana diminta pertanggungjawaban kita.
"Mengapa kau pilih dia padahal dia tidak berhukum pada Kitab-Nya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal dengan penjajah dia bermanis muka?"
"Mengapa kau pilih dia padahal umat tak pernah dibelanya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal dia tak jelas kompetensinya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal di sidang tak pernah terdengar suaranya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal soal lancung partainya itu sudah biasa?"
Aduh kepada Tuhan nanti saya harus bilang apa?

Dan saya pun sayup-sayup mendengar juga ...
"Jangan golput, nanti "pihak sana" yang mendominasi dan berkuasa!"
"Jangan golput, itu sikap paling pengecut dan sangat tidak dewasa!"
"Jangan golput, itu perbuatan setan karena membuat pemilu sia-sia!"
Tapi saya harus memilih siapa?
Memilih dia ? Mengikuti pilihannya ?  enak saja ... :-)
Setelah terpilih dia toh akan akan berkoalisi dengan "pihak sana" ...

Lalu ada yang angkat bicara, "Kenapa tidak Anda saja calonnya?"
"Iya kenapa Anda tidak bikin partai saja, biar kita bisa pilih bersama?"
"Supaya kita juga ada pilihan dan tidak hanya bermuram-durja?"

Betul, tapi ini sebuah kompetisi yang dirancang tidak untuk kita!
Ini sebuah kompetisi untuk mengokohkan hegemoni penguasa dunia!
Ini sebuah kompetisi yang tak mungkin kita menangkan selamanya!

"Lho, belum-belum Anda sudah putus asa?"
Tidak, tetapi sejarah telah berulang kali membuktikannya !
Maka Teladan Utama kita menunjukkan jalan yang teruji bijaksana.
Yakni jalan dakwah, mengubah pribadi dan opini umum kaumnya.
Lalu merebut hati orang-orang kuat agar mendukung tanpa syarat apa-apa.
Karena tanpa perubahan opini umum, partai terbaikpun tak dapat suara.
Dan tanpa merebut hati orang kuat, kemenangan itu fatamorgana.

"Tapi jalan dakwah itu lama, bagaimana kalau besok kita sudah binasa?"
Betul, jalan dakwah itu berliku dan membosankan mayoritas kita!
Tapi ini jalan yang diwariskan para Nabi yang mulia!
Nabi Nuh telah berdakwah sembilanratus limapuluh tahun lamanya!
Nabi Muhammad menolak tawaran Quraisy untuk berkuasa,
selama itu tidak untuk menerapkan apa yang diwahyukan Rabb-nya.

Jadi, kalau ingin kami tidak golput Saudara,
jangan hujat kami dengan kata-kata yang menambah kami terluka!
Tetapi perbaikilah dan pantaskanlah calon dan partai Anda!
Tunjukkanlah keseriusan untuk meninggikan kalimat Allah azza wa jalla.
Tunjukkanlah kompetensi yang pantas dalam soal akherat dan dunia.
Dan tak perlu bermanismuka dengan penjajah siapapun wujudnya.

Insya Allah masih ada masa, dan kami  akan bersama Anda!


Oleh: Prof. Fahmi Amhar

Senin, 11 Desember 2023

Soal Kepemimpinan



Tinta Media - Aku pernah bertanya soal kepemimpinan
Tapi mengapa tak pernah ada jawaban
Selain perpecahan 
dan permusuhan

Kata Pak Guru, sapu lidi dalam genggaman
Bisa menata halaman yang tak karuan
Umat tak 'kan raih kembali kekuatan dan kemuliaan
Saat negeri-negeri laksana hamparan pasir tak beraturan 

Tapi mengapa kau tolak
Gelora rindu umat yang bergejolak
Bait-bait dan seruan itu tak lain adalah syariat 
Dia tetapkan agar agama dan dunia jadi rahmat

Lalu, mengapa engkau hiraukan
Andaikan ada kata khilafah sekarang
Maka jalan-jalan akan selalu aman
Orang-orang lemah takkan jadi santapan dan rampasan

Indonesia dan dunia Islam memang
berada dalam krisis kepemimpinan 
Urusan manusia tidak pernah beres
Kata bahagia hanya obrolan beberapa SKS

Andai saja ada orang-orang mulia
Baik ulama maupun auliya
yang mengerti urusan akhirat dan dunia
dengan bijaksana memimpin dengan Al-Qur'an dan Sunnah-Nya

Tentu tiba kini saatnya pergi 
Tinggalkan rasa pahitnya sesat dan perkara keji
Raih mulia dengan Islami 
Maka umat pimpin dunia seantero negeri 

Ditulis pada Ahad, 10 Desember 2023
di sudut perumahan bernama Ar Raayah

Oleh: Mada W. Kusumah

Rabu, 06 Desember 2023

Wahai Ghaza Bersabarlah!


 

Tinta Media - Syair ini berjudul "Ya Ghazzah Isthabiri Fa al-Fajru Mauludun"  dan kemudian diterjemahkan dengan penyesuaian oleh Mada W. Kusumah dengan judul “Wahai Ghaza Bersabarlah!” 

Wahai Ghaza, bersabarlah!
Karena Fajar telah dilahirkan

Tiada khawatir bagi yang bertekad teguh, 
Karena Allah 'kan hapuskan

Wahai Ghaza, betapa wangi jejak-jejak sang pahlawan
Kemuliaan, dan kehormatan adalah tujuan
Pemuda pejuang ialah kebanggaan

Mereka penuhi Ghazawat dengan jiwa-jiwa yang mulia
Hari ini Ghaza dan horison-horisonnya menanti
Hari ini Ghaza dan hari-hari yang akan datang telah terikat janji
Sebelum Ghaza, pintu kemenangan terbuka

Hari ini Ghaza, dan ketabahan telah mengajari kita
Bahwa di sana ada jalan kehormatan
Kemenangan terhujam di dalam hati
Cahaya kemenangan menyinari jiwa-jiwa syuhada

Campakkan perundingan, karena itu jalan keburukan
Di balik tinta, ada hina dan pengkhianatan 
Wahai awan, kau telah melintasi horison kami dan pergi.
Beberapa orang ketakutan dan bingung.

Kami adalah singa-singa ketika anak-anak kami meraung
Kebanggaan dan kehormatan itu pada medan perjuangan
Namun kekuatan kami dicuri oleh pengkhianatan
Bumi telah ditekan oleh pelecehan dan pelucutan

Kebenaran direbut dan martabat tercemar
Balasan terbesar adalah keluhan dan protes

Wahai Umat Muhammad yang telah mengibarkan bendera Liwa dan Rayah-nya
Allah telah memilih kehormatan untukmu Ghazi
Jangan pernah tunduk pada ketidakadilan

Kemenangan ada dalam takwa, dan harta adalah simpanan
Beberapa orang mengatakan itu, 
Dan demi Allah, itu dipandang remeh
Sunnah telah lenyap, mari kita kembali padanya

Wahai Ghaza, kau telah menanam bintang-bintang di langitmu
Dan air mata serta seruan muadzin-mu
Keabadian, di tanah yang berkati
Sambutlah pahlawan dengan kemuliaan yang dijanjikan

Kemenangan telah muncul, tanda-tandanya jelas
Seperti matahari yang bersinar dengan hati yang tenang
Matahari kekhalifahan adalah benteng perjuangan
Meski berapa lama Ghaza telah menunggu
Keimanan kokoh terhujam, Karena Allah hadir selalu

Oleh: Abdul Sitar Hasan
(diterjemahkan Mada W. kusumah)

Selasa, 05 Desember 2023

Booking Kamar di Surga



Tinta Media - Tirai yang ku tunggu
Ujung yang berkilau emas berpadu
Semilir angin yang menerka wajahku
Arahnya dari permadani hijau, berbunyi
Setiap ruang disinggahi penghuni 

Aku mencoba mencari
Dimana tempat akan aku singgahi
Hanya engkau Sang pemilik hidup ini
Yang mengerti tempat terbaik
Ku kira, bisa ku buka lewat hartaku
Ternyata kuncinya bukan itu... 
Sebuah pengorbanan dan kesetiaan
Yang bisa membuka pintu itu

Sulit diterka akankah aku bisa masuk
Jika janji-Nya itu adalah benar
Sudahkah samina wa athona, ada padaku

Karya : Warjianah

Sabtu, 26 Agustus 2023

Jalinan Takdir

Tinta Media -
Di bawah lautan bintang menawan
Aku teringat sebuah kenangan
Tersusun rapi dalam sukma
Tak akan lekang oleh masa

Sebuah kisah perjalanan
Dari kegelapan menuju cahaya
Masa lalu yang tak akan terlupa 
Hingga belasan tahun lamanya

Sendiri menjadi masih diri
Sepi adalah santapan sehari-hari
Melupakan Sang Maha Kuasa
Terjerat dalam perbuatan dosa

Namun, jalinan takdir-Nya tak dapat diubah
Walau seberapa keras kita mencoba
Maka bertobat dan berhijrah lah
Sebagai bekal di alam sana

Jangan menyesali apa yang telah terjadi
Karena ia tak akan kembali
Kita tak akan bisa melupakan
Namun kita bisa merajut masa depan

Tapal Batas, 08 Agustus 2023

Oleh : Naila Ahmad

Selasa, 22 Agustus 2023

Secercah Cahaya

Tinta Media - 
Masa lalu itu terus menghantui
Terkunci rapat dalam memori
Penuh alpa dan salah
Hidup seolah tak tentu arah

Tenggelam, dan semakin dalam
Terlena dengan kenikmatan
Lupa bahwa dunia hanya persinggahan
Akan ada alam penuh keabadian

Perlahan, cahaya itu terbit
Seperti matahari dalam orbit
Membawa secercah harapan
Keselamatan di hari perhitungan

Teruntuk para sahabat surga
Yang telah membawa secercah cahaya
Hanya untaian doa yang mampu ku persembahkan
Kepadamu wahai pembawa kebenaran

Semoga apa yang telah kau beri
Diridhai oleh Sang Ilahi
Menjadi wasilah kebaikan 
Di akhirat yang penuh dengan perhitungan

Tapal Batas, 07 Agustus 2023

Oleh : Naila Ahmad

Jumat, 18 Agustus 2023

Titian Terjal

Tinta Media -
Kala langit kelam menghitam
Tertutup selaksa awan
Tenggelam dalam lautan kemaksiatan
Tanpa pegangan yang menyelamatkan

Perlahan tapi pasti
Terombang-ambing diri ini
Menunggu sebuah keajaiban
Akan datangnya pertolongan

Tanpa kusadari
Kini aku telah berpindah hati
Mencoba menjemput sinyal cinta-Nya
Melalui hidayah yang diberikan-Nya

Titian ini begitu terjal
Dipenuhi dengan aral melintang
Aku membulatkan tekad
Bertahan dalam barisan para pejuang

Usia yang kian hari berkurang
Semoga Allah berkahi
Hingga diri ini layak bersama
Dalam barisan para pejuang seantero dunia

Tapal Batas, 06 Agustus 2023

By : Naila Ahmad

Jumat, 04 Agustus 2023

Ruang Ilmu Baru

Tinta Media - Di bawah atap harapan yang baru,
Terkulai sekolah dengan cerita yang indah.
Tak lagi kaku dalam temaram yang asing,
Sekolah ini taman di mana bakti bersemi.

Di setiap biliknya, pintu-pintu terbuka,
Menanti cerita-cerita perjalanan masa.
Di koridornya, langkah-langkah berdansa,
Menabuh lantai dengan irama bahagia.

Buku-buku jendela ilmu dan khazanah,
Mengisahkan hikmah dan petualangan di sana.
Para guru bijak, tiada henti merangkai,
Nafas inspirasi, menjadi pelita jiwa.

Di kelas-kelas, pena dan buku terhampar,
Ruang jiwa menari dengan kata-kata.
Menulis adalah pintu menuju abadi,
Di dunia fana, harumkanlah namamu.

Adik-adik sambutlah dunia yang baru,
Sekolah adalah lautan, jelajahi samudra.
Jangan ragu melangkah, bawalah semangat,
Pintu kejayaan, kan terbuka lebar.

Genggamlah impian dalam genggaman tangan,
Lihatlah langit yang luas, awan berarak.
Belajarlah dengan penuh keikhlasan,
Kau akan bersinar bagai bintang di malam.

Jangan takut bertanya, jangan lelah mencoba,
Gurumu akan selalu di sini menuntunmu.
Rekan setapak, bersama berlari,
Melampaui batas, tinggalkan jejak berarti.

Sekolah baru, oh betapa menariknya,
Dunia terbuka, pelukan cinta menggoda.
Jadilah seperti pohon, menghijaukan ilmu,
Tinggi berakar, berbuahkan kebijaksanaan.

Bersiaplah hadapi dunia yang penuh cabaran,
Sekolah baru adalah awal perjalanan.
Bersinarlah bagai mentari di ufuk timur,
Belajarlah dengan gembira, temukan impian.

Hari-hari di sekolah, takkan berlalu sia-sia,
Kawan-kawan, guru, membangun masa depan gemilang.
Jadilah yang terbaik, tunjukkan potensi diri,
Dunia menanti untuk sambutanmu yang megah.

Sekolah baru, tempat impian tercipta,
Taman bersemi, di sanalah cita-cita.
Belajarlah dengan sepenuh hati dan jiwa,
Engkau kan berjaya, temani langit biru.


Kota Angin, 22 Juli 2023

Oleh: Maman El Hakim
Didedikasikan untuk Naila Ahmad

Jumat, 03 Februari 2023

Jiwa yang Nista


Roda kehidupan terus berputar
Kebebasan kian menyasar 
Menghempaskan setiap insan
Dalam lumpur kemaksiatan

Desiran angin membisikkan
Manisnya cinta dalam keharaman
Atas nama kebahagiaan
Akal dan logika tak lagi berperan

Wahai jiwa jiwa yang nista
Sadarkah dengan apa yang kau puja
Bisikan Iblis yang durjana
Mengantarkanmu dalam sesal yang nyata

Cukup sudah
Saatnya untuk berbenah dan berserah
Bukan silafmu sepenuhnya
Sekuler liberalisme adalah biangnya

Wahai umat seluruh jagat
Saatnya kembali pada syariat
Menghamba pada Allah Rabbul 'Izzati
Berkah dan bahagia kan menanti

Batam, 01 Februari 2023

Oleh : L. Nur Salamah
Sahabat Tinta Media 

Jiwa yang Nista


Roda kehidupan terus berputar
Kebebasan kian menyasar 
Menghempaskan setiap insan
Dalam lumpur kemaksiatan

Desiran angin membisikkan
Manisnya cinta dalam keharaman
Atas nama kebahagiaan
Akal dan logika tak lagi berperan

Wahai jiwa jiwa yang nista
Sadarkah dengan apa yang kau puja
Bisikan Iblis yang durjana
Mengantarkanmu dalam sesal yang nyata

Cukup sudah
Saatnya untuk berbenah dan berserah
Bukan silafmu sepenuhnya
Sekuler liberalisme adalah biangnya

Wahai umat seluruh jagat
Saatnya kembali pada syariat
Menghamba pada Allah Rabbul 'Izzati
Berkah dan bahagia kan menanti

Batam, 01 Februari 2023

Oleh : L. Nur Salamah
Sahabat Tinta Media 

Jumat, 09 Desember 2022

Jalan Perjuangan

Tinta Media - Senja telah berganti malam
Kusaksikan seribu tanda-tanda
Suasana kian mencekam
Semburat fajar kan segera menyapa

Mengayunkan kaki menyusuri jalan
Gontai langkahku dalam kesunyian
Dingin dan pekatnya malam adalah tantangan
Teguhkan hati dalam keimanan 

Berjuta perangkap jebakan telah disiapkan
Oleh para bedebah tak berTuhan
Untuk menghentikan jalan perjuangan
Agar Islam enyah dari kehidupan

Jangan pernah mundur walau selangkah
Tuk menjemput janji Allah
Kabar gembira dari Rasulullah
Kemenangan Islam dan kehidupan penuh berkah

Wahai para pembela kebenaran
Jadilah sebagaimana Muhammad Alp-Arslan
Pengukir tinta emas peradaban
Dalam Manzikert 1071 yang tak terkalahkan

Yakinlah, dan teruslah menatap nun jauh ke depan
Meski dihantui kekhawatiran
Di puncaknya kesulitan
Insyaallah akan ada pertolongan

Batam, 8 Desember 2022

Oleh : L. Nur Salamah
Sahabat Tinta Media 





.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab