Tinta Media: Lensa Daerah
Tampilkan postingan dengan label Lensa Daerah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lensa Daerah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 September 2023

Perampasan Tanah Rempang, Cendekiawan Muslim Riau: Zalim dan Berbahaya!

Tinta Media - Cendekiawan Muslim Riau Ir. Muhammadun, M.Si. menuturkan kasus Rempang ini adalah kasus kezaliman dan berbahaya.
 
"Kasus Rempang ini adalah kasus kezaliman perampasan tanah rakyat oleh rezim dan digunakan untuk kepentingan investasi asing.  Ini sangat zalim dan berbahaya!" tuturnya dalam pernyataan sikap saat Aksi Damai Bela Rempang, Sabtu ( 23/9/2023) di kanal Youtube Dakwah Riau.
 
Ustaz Madun, sapaan akrabnya,  mengungkapkan bahwa masyarakat melayu Rempang itu khususnya yang 16 kampung, sudah mendiami daerah turun temurun sejak tahun 1720, sehingga sudah 300 tahun lebih.
 
“Ketika ada pihak lain yang mengatasnamakan negara menggusur mereka ini adalah suatu kezaliman. Karena sejatinya mereka sudah tinggal di situ beratus tahun lamanya," ujarnya sebagai  poin pertama pernyataan sikapnya.
 
Kedua, lanjutnya, kalau seandainya dikatakan bahwa status penduduk itu tidak punya sertifikat tanah. Ini adalah kelalaian administrasi pemerintah, kenapa tidak dibantu  mengurus sertifikat dari dulu.
 
“Ketiga, kalau dikatakan mereka berada di dalam kawasan hutan negara, kenapa tidak diberi kebijaksanaan?” tanyanya.
 
Menurutnya, penentuan kawasan hutan negara itu  hanya di atas kertas. Terlebih sekarang ini berdasarkan pasal di  Undang-Undang Cipta kerja ada jutaan hektar dalam kawasan hutan negara  mau diputihkan.
 
“Padahal, mereka baru puluhan tahun yang di Riau, Sumatera Utara, Jambi dan di beberapa daerah yang lain mungkin jutaan hektar di dalam kawasan hutan negara mau diputihkan,” ungkapnya.
 
 Ia menjelaskan, dalam perspektif syariat Islam negara punya amanah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. “Seharusnya mendahulukan, memprioritaskan persetujuan masyarakat lokal. Maka proyek Rempang Eco City ini tidak sesuai, zalim dan berbahaya,” tandasnya.  
 
Ia menilai, wajar kalau bangsa Melayu dan seluruh rakyat Indonesia menolak cara-cara seperti ini, yang ilegal, arogan dan inkonstitusional, tidak berpihak kepada rakyat, membahayakan rakyat, juga membahayakan negara.
 
"Kalau dibiarkan ini sangat berbahaya, tidak hanya menghancurkan eksistensi Rempang tapi juga menghancurkan eksistensi negara, karena negara tidak hadir untuk membela rakyatnya dan hanya membela kepentingan cukong. Ini berbahaya!" pungkasnya.[] Muhammad Nur

Minggu, 24 September 2023

Ormas Islam Sumut Mengutuk Keras Perampasan Tanah Milik Warga Rempang

Tinta Media - Ormas Islam Sumatera Utara (Sumut) yang tergabung dalam Aliansi Muffakir Mabda'i Bersama Ummat (AMMBU) mengutuk keras aksi perampasan tanah warga di Pulau Rempang karena merupakan kezaliman yang besar.

"Aliansi Mufakkir Mabda'i Bersama Ummat (AMMBU) melalui Aksi Damai Solidaritas Ummat Islam Bela Rempang mengutuk keras aksi perampasan tanah warga di Pulau Rempang karena merupakan kezaliman yang besar," tutur Taupik Simbolon, perwakilan AMMBU kepada Tintamedia, Sabtu (23/09/2023)

Hal ini, menurutnya, karena warga Pulau Rempang adalah pemilik hak atas tanahnya dan telah menempati ratusan tahun lamanya, jauh sebelum Republik Indonesia berdiri.


"Berdasarkan kitab Tuhfat An-Nafis karya Raja Ali Haji, dijelaskan bahwa penduduk Pulau Rempang, Galang dan Bulang adalah keturunan dari prajurit/Laskar Kesultanan Riau Lingga, yang sudah mendiami pulau-pulau tersebut sejak tahun 1720 M," ujarnya.

Ia juga menegaskan bahwa haram hukumnya merelokasi dengan cara pemaksaan dan kekerasan. "Di dalam Islam orang yang sudah tinggal di satu lahan selama bertahun- tahun seperti warga rempang, berarti orang tersebut adalah pemiliknya. Seandainya negara akan membeli atau merelokasi warga Rempang, maka haram hukumnya dengan cara pemaksaan apalagi dengan kekerasan," tegasnya.

Ia menuturkan untuk menolak kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada oligarki kapitalis.

"Kebijakan ini mengkonfirmasi bahwa pemerintah menerapkan kebijakan untuk kepentingan oligarki kapitalis dengan mengabaikan hak dan kepentingan rakyat," bebernya.

Hal ini, lanjutnya, merupakan kebijakan zalim di tengah beban kehidupan rakyat yang berat dan pola investasi yang dijalankan cenderung mengarah kepada bentuk penjajahan gaya baru.

"Pola investasi dari perusahaan Cina dan didukung pemerintah Cina yang berhaluan komunis, yang terjadi di Pulau Rempang dan daerah lainnya merupakan bentuk penjajahan gaya baru (neo-imperialisme komunis)," ujarnya.

Ia mengingatkan Islam mengharamkan penjajahan yang mengalirkan kekayaan negeri kepada pihak penjajah.

"Bentuk penjajahan gaya baru yang meniscayakan mengalirnya kekayaan negeri kepada pihak asing penjajah bahkan penguasaan wilayah adalah bertentangan dengan Islam sesuai QS . An-Nisa : 141, Allah SWT berfirman : Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin," beber Taufik Simbolon.

Ia juga mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk menerapkan Islam secara Kaffah agar hak-hak rakyat dapat terlayani dengan baik dan melindungi negeri dari cengkeraman oligarki kapitasi dan neo imperialisme.

"Hanya dengan menerapkan Islam secara kaffah , pemimpin akan melayani hak-hak rakyat dengan baik dan melindungi negara dari cengkeraman oligarki dan neoimperialisme untuk membawa keberkahan dunia dan akhirat," pungkasnya.[] Sofian Siregar

Persaudaraan Muslim Soloraya Mengutuk Keras Aksi Perampasan Tanah Warga Rempang

Tinta Media - Forum Persaudaraan Muslim Soloraya (FPMS) mengutuk keras aksi perampasan tanah warga Rempang atas nama pembangunan Rempang Eco-City yang ditetapkan pemerintah sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).

"Forum Persaudaraan Muslim Soloraya mengutuk keras aksi perampasan tanah warga pulau Rempang oleh pemerintah karena hal itu merupakan kezaliman besar," tutur Ali Mustofa sebagai perwakilan dari FPMS kepada Tinta Media Sabtu (23/9/2023).

Hal ini, lanjutnya, didasarkan bahwa warga Pulau Rempang adalah pemilik hak atas tanah, mereka (warga Rempang) telah menempati pulau tersebut selama ratusan tahun jauh sebelum republik Indonesia berdiri.

"Mereka (warga Rempang) dikenal sebagai pejuang mengusir penjajah. Negara tidak boleh menggunakan kaidah domein verklaring, bahwa semua bidang tanah adalah milik negara kecuali masyarakat bisa membuktikan dengan sertifikat," ujarnya seraya mengutip kitab Tuhfat An-Nafis karya Raja Ali Haji.

Lewat perwakilan Bung Ali Mustofa juga mengutuk keras tindakan represif, intimidasi dan kekerasan yang dilakukan oleh tim gabungan aparat terhadap pulau Rempang dan Galang sehingga masyarakat mengalami luka, trauma, cedera dan kerugian materi.

"Termasuk tindakan pemerintah menghentikan pelayanan umum pada warga sebagai bentuk intimidasi agar warga mau pindah. Sekaligus menuntut agar pemerintah memulihkan dan mengembalikan hak-hak warga Rempang," ungkapnya. 

Dalam aksi damainya, FPMS Menolak kebijakan pemerintah yang lebih berpihak kepada investor yang dimana pemerintah lebih melayani kepentingan cukong oligarki kapitalis daripada kepentingan rakyat.

"Kebijakan ini jelas kebijakan yang dzalim, apalagi di tengah beban kehidupan rakyat yang semakin berat," tegasnya. 

FPMS juga menuntut pemerintah untuk menghentikan proyek Rempang Eco-City dan investasi Xinyi Glass Holdings Limited asal Cina karena bahan bakunya merupakan jenis harta milik umum uang seharusnya dikuasi oleh negara untuk kepentingan rakyat.

"Oleh karna itu, haram meliberalisasikannya dan menyerahkan kepemilikan serta pengolahannya diserahkan kepada pihak swasta," katanya. 

FPMS menghimbau umat Islam atas kebangkitan komunis gaya baru serta melawan kejahatan dan keserakahan ideologi sekulerisme kapitalisme, liberal-demokrasi.

"Untuk itu mari kami mengajak seluruh pihak khususnya para pemimpin, ulama, cendikiawan, pengusaha, pengacara, mahasiswa, polisi dan militer di Indonesia bersatu padu untuk mengambil Islam sebagai solusi menerapkan syariah Islam secara menyeluruh dalam bingkai daulah Khilafah Islamiyah," pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Jumat, 23 Juni 2023

Ustadzah Ira Ajak Umat Teladani Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad dalam Membangun Keluarga


Tinta Media - Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Ira mengajak umat Islam untuk meneladani Nabi Ibrahim as. dan Nabi Muhammad saw dalam membangun sebuah keluarga.

"Dalam membangun sebuah perkawinan-keluarga hendaknya kita meneladani sosok mulia, Rasulullah saw. maupun salah satu Nabi yang viral. Kisahnya berkaitan dengan Idul Adha, yakni Nabi Ibrahim as. bersama sang putra, yakni Nabi Ismail as. Terlebih, lagi Nabi Ibrahim as. dan Nabi Muhammad saw. mendapat gelar sebagai khalillullah," tuturnya dalam Kajian Keluarga Sakinah: Tujuan Berkeluarga, Rabu (14/6/2023) di Bangil.

Ustazah Ira juga menuturkan, umat Islam bisa meneladani apa yang telah dicontohkan oleh Nabi  Ibrahim as. dalam meraih tujuan utama berkeluarga bagi seorang muslim, yakni beribadah kepada Allah Swt. dengan penuh keimanan dan ketakwaan.

"Sungguh, ketaatan kepada Allah Swt. dan keikhlasan beliau mampu menjadikan putra dan istrinya melaksanakan perintah Allah Swt. meski hal tersebut seakan berat dilakukan. Namun, Allah Swt. memudahkannya karena Allah Swt. mengetahui keimanan dan ketakwaan dalam diri dan keluarga beliau," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa dalam mewujudkan tujuan berkeluarga dibutuhkan kerjasama tiga komponen penting, yakni individu, lingkungan, dan aturan negara.

"Melalui kerjasama komponen individu-keluarga, lingkungan hingga negara memainkan perannya, maka kualitas keluarga muslim akan baik layaknya peradaban Islam berjaya ketika aturan Allah Swt. dilaksanakan dalam semua aspek kehidupan. Ketika aturan Islam dipahami, maka bukan hanya terbentuk individu-keluarga yang beriman dan bertakwa, tetapi juga terbentuk lingkungan hingga negara yang beriman dan bertakwa," pungkasnya.[] Finis 

Kamis, 22 Juni 2023

Ummi Jauhara Ungkap Tujuan Berkeluarga

Tinta Media - Pengusaha sekaligus pemerhati keluarga Ummi Jauhara mengungkap tiga tujuan perkawinan membentuk keluarga. 

"Tujuan perkawinan membentuk keluarga ada tiga," tuturnya dalam Kajian Keluarga Sakinah: Tujuan Berkeluarga, Rabu (14/6/2023) di Bangil.

Tujuan tersebut diantaranya, pertama, perkawinan sebagai wujud ibadah kepada Allah Swt. maka sudah seharusnya di dalamnya penuh dengan amal menaati syariat Allah Swt. "Rukun dan syarat sah perkawinan harus dipenuhi dan dilakukan sebagai upaya ibadah kepada Allah Swt," ujarnya. 

Kedua, tujuan perkawinan-berkeluarga adalah untuk mendapatkan sakinah. "Orang yang sudah menikah, hidupnya lebih tenang, tenteram, dan bahagia. 

"Seorang muslim ketika membentuk dan menjalani kehidupan berkeluarga senantiasa bermuhasabah dan terus belajar agar lebih baik sesuai dengan perintah Allah Swt. tidak hanya saling menuntut hak dan kewajiban di antara suami-istri," tuturnya. 

Ketiga, untuk memperoleh keturunan (melestarikan jenis manusia-generasi). "Jadi, Allah Swt. hanya mengatur perkawinan itu di antara laki-laki dan perempuan agar menghasilkan keturunan," jelasnya di hadapan puluhan peserta ibu-ibu yang hadir.

Ummi Jauhara juga mengungkapkan bahwa adanya konflik dalam keluarga adalah hal yang wajar.

"Konflik dalam pernikahan adalah sesuatu yang wajar terjadi. Untuk itu, setiap pasangan perlu memahami hak dan kewajiban masing-masing antara suami dan istri hingga konflik tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, seorang muslim juga harus terus belajar tentang Islam sehingga luasnya ilmu Islam dapat dipahami dan diamalkan dengan baik," pungkasnya.[] Finis


Kamis, 27 April 2023

Ketakwaan Kaum Muslim Sejatinya Terlihat di Luar Ramadhan

Tinta Media - Mubaligh Kota Unaaha Ustadz Syahru Ramadhan mengatakan, ketakwaan kaum Muslim sejatinya terlihat di luar bulan Ramadhan dalam seluruh tataran kehidupan. 

“Ketakwaan kaum Muslim sejatinya terlihat juga di luar bulan Ramadhan sepanjang tahun, juga dalam seluruh tataran kehidupan mereka," tuturnya dalam Khutbah Idul Fitri 1444 Hijriah di Kota Unaaha, Jumat (21/4/2023). 

Dia mengatakan, hikmah dari puasa adalah takwa dan idealnya kaum Muslim menjadi orang-orang yang taat kepada Allah SWT tidak hanya pada bulan Ramadhan saja dan dalam tataran ritual dan individual semata. Ia mengutip hadis Riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi yang artinya bertakwalah kamu dalam segala keadaanmu.

“Karena itu bukan takwa namanya jika seseorang biasa melakukan shalat, melaksanakan shaum Ramadhan atau bahkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah. Namun, di sisi lain ia biasa memakan riba, melakukan suap dan korupsi, mengabaikan urusan masyarakat, menzalimi rakyat dan enggan terikat dengan syariah Islam di luar yang terkait dengan ibadah ritual,” jelasnya.

Ia mengatakan, orang bertakwa pun akan selalu berupaya menjauhi kesyirikan. Ia tidak akan pernah menyekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya, baik dalam konteks ‘aqidah maupun ibadah. 

Syahru mengatakan, dalam Al Qur’an Surah At-Taubah ayat 31, bahwa Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah.

Terkait ayat ini, ia menuturkan, ada sebuah peristiwa menarik sebagaimana dinukil oleh Imam ath-Thabari di dalam Jaami’ al-Bayaan fii Ta’wiil al-Qur’an (10/210). Juga oleh Imam al-Baghawi di dalam Ma’aalim atTanziil (4/39), diriwayatkan bahwa saat Baginda Rasulullah SAW. membaca ayat ini, datanglah Adi bin Hatim kepada Rasulullah SAW dengan maksud hendak masuk Islam. 

"Saat Adi bin Hatim yang ketika itu masih beragama Nasrani, mendengar ayat tersebut, Adi bin Hatim kemudian berkata, 'Wahai Rasulullah, kami (kaum Nasrani) tidak pernah menyembah para pendeta kami.' Namun, Baginda Nabi SAW. membantah pernyataan Adi bin Hatim sembari bertanya, 'Bukankah para pendeta kalian biasa menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan? Lalu kalian pun menaati mereka?' Jawab Adi bin Hatim, 'Benar, wahai Rasulullah.' Rasulullah SAW tegas menyatakan, 'Itulah bentuk penyembahan mereka kepada para pendeta mereka'," jelasnya. 

Syahru mengatakan, saat ini posisi para pendeta dan para rahib itu diperankan pula oleh para penguasa maupun wakil rakyat dalam sistem demokrasi. Pasalnya, merekalah saat ini yang biasa membuat hukum. 

"Mereka telah banyak menghalalkan apa yang telah Allah haramkan. Merekapun telah banyak mengharamkan apa yang telah Allah halalkan " pungkasnya. [] Rohadianto

Kamis, 20 April 2023

Teman Syurga SUMUT: Super Camp Solusi Pembinaan Keislaman Remaja Gen-Z

Tinta Media - Ketua Komunitas Teman Syurga (KTS) Sumut Rahmad Taher, A.Md. menyatakan bahwa Super Camp merupakan kegiatan yang sangat unik dan teranyar sebagai solusi pembinaan keislaman remaja gen Z yang efektif.

"Super Camp ini akan membuat remaja seakan- akan hanya bermain di kegiatan, tapi ternyata mereka benar-benar terbina keislamannya, karena bentuknya atraktif, tidak monoton dan cukup menjasadkan pemahaman Islam. Bahkan salah satu peserta dari SMP Negeri favorit di Medan, meminta Super Camp diadakan di sekolahnya," ungkapnya kepada Tinta Media di acara yang bertema: Together To Heaven Main Bareng, Ngaji Bareng, Ke Surga Bareng pada Sabtu (15/4/2023) di Medan.

Taher melanjutkan, pentingnya mengaji karena mengaji itu akan berpengaruh kepada baik buruknya tingkah laku. "Jadi setelah event super camp bagi yang sudah ngaji (kajian rutin), harus terus semangat ngaji, yang belum ngaji, harus segera ngaji," tambahnya dalam acara yang dipadukan antara pesantren kilat, Camping, Outbound, Tafakur Alam, dan I'tikaf ini diselenggarakan di Rumah Pembinaan Muallaf Gerpedais Karo Desa Jaranguda Tanah Karo, Sumatera Utara.

Tak hanya itu, lanjut Taher, kegiatan yang paling dahsyat yaitu Muhasabah yang bertema malam kejujuran. Pada sesi ini peserta diarahkan berkumpul mengelilingi api unggun. Tujuan muhasabah tersebut agar peserta kelak menjadi anak yang lebih sholeh dan sholeha kedepannya." Isak tangis terharupun pecah dan menyelimuti acara ini, bahkan surat cinta berupa permohonan maaf kepada ortu dan harapan mereka agar menjadi lebih baik lagi dan sebagai kenangan untuk dibawa pulang," terangnya.

Bangga

Selain Taher, pada kesempatan tersebut hadir juga ustadz Zulham yang menyampaikan materi berjudul Proud To Be Muslim. "Kita sebagai seorang muslim harus bangga dengan Islam, karena Islam mengatur segala aktivitas, agar manusia bisa menggapai bahagia yang hakiki, maka semua peraturan Islam itu harus diterapkan," tegasnya.

Super Camp dihadiri hampir 100 peserta didik dari berbagai lintas daerah di Sumatera Utara, ada yang dari Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Tanah Karo, Kisaran, Dairi, dan Medan. Peserta cukup antusias mengikuti acara dari mulai awal hingga akhir. Tampak hadir juga Kasat Samapta Polres Tanah Karo Bapak AKP Enda Iwan Iskandar Tarigan, Rakhmat Junaidi, ST, Ustadz Fahrur Rotib, ST.[] Amar Dani

Minggu, 16 April 2023

FORDAMAI: Umat Islam Mulia dengan Menjadikan Al-Qur’an Sumber Kebenaran

Tinta Media - Muballigh Forum Da’i Muda Islam (FORDAMAI) Ustadz Andi Massiwa dalam ceramahnya menegaskan bahwa jika umat Islam ingin mendapatkan kemuliaan maka harus menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran.

“Ketika kita ingin mendapatkan kemuliaan dalam hidup ini, maka tidak ada pilihan lain selain kembali menjadikan Al-qur’an sebagai sumber hukum dan sumber kebenaran,” ujarnya dalam Tabligh Akbar Nuzulul Qur’an: Mengimplementasikan Al-Qur’an Sebagai Aturan Hidup dan Sumber Kebenaran, di kanal YouTube Palopo Berdakwah, Ahad (9/4/2023).

 

“Apapun yang diperintahkan Al-Qur’an maka kita kerjakan, apapun yang dilarang Al-Qur’an maka kita tinggalkan,” lanjutnya.

Umat Islam mulia dengan Al-Qur’an hanya ketika “Didakwahkan, diimplementasikan dalam kehidupan, dijadikan sebagai sumber rujukan dalam menetapkan aturan,” ungkapnya.

Saat Al-Qur’an diamalkan, maka dua imperium besar yaitu Romawi dan Persia bisa dikalahkan.

“Sejarah bangsa Arab yang tidak pernah diperhitungkan oleh dua kekuatan Imperium besar yakni Romawi dan Persia, setelah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalani kehidupan maka dua Imperium ini mampu diungguli bahkan dikalahkan,” terangnya.

Jahiliyah

Sebelum Al-Qur’an diturunkan di jazirah Arab, mereka hidup dalam kondisi jahiliyah.

“Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Arab sebelum Al-Qur’an datang, mereka hidup dalam kebodohan, pertikaian, dan kemaksiatan-kemaksiatan,” jelasnya.

Jika memperhatikan kondisi umat Islam saat ini, ternyata jahiliyahnya melebihi jahiliyah bangsa Arab masa lalu.

“Jika ada anak perempuan yang baru lahir maka dibunuh, dikubur hidup-hidup karena dianggap sebagai aib bagi orang tuanya tetapi sekarang tidak lagi dilihat apakah anak perempuan atau laki-laki bahkan belum lahir pun langsung di aborsi,” ujarnya.

Penyebab umat Islam saat ini menjadi jahiliyah karena perbedaan dalam menyikapi Al-Qur’an.

 

“Umat Islam saat ini jauh lebih jahiliyah dari pada bangsa Arab masa lalu karena perbedaan dalam menyikapi Alquran,” lanjutnya.

 

“Kebanyakan diantara kita menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai pajangan saja bahkan ada yang menyimpan dalam lemari dan tidak pernah dibaca, maka hal ini adalah sikap yang tidak akan membuat umat Islam bisa kembali meraih kemuliaannya,” pungkasnya. [] Muh. Abdul Gani

Jumat, 14 April 2023

Adab-adab bagi Penuntut Ilmu

Tinta Media - Pengasuh kajian Mutiara Ummat Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. kembali menyampaikan terkait adab-adab yang harus diperhatikan bagi penuntut ilmu. 

"Sebagai penuntut ilmu, seyogyanya senantiasa memperhatikan adab-adab dalam menuntut ilmu," tuturnya pada saat menyampaikan kajian umum Kitab Adab Ta'limu al Muta'alim, Selasa (4/4/2023).

Sebaiknya, kata Ustadzah Nur, bagi penuntut ilmu untuk tidak duduk terlalu dekat dengan gurunya ketika sedang belajar. "Kecuali dalam keadaan darurat," ujarnya. 

Bunda, sapaan akrabnya mengatakan bahwa jarak antara penuntut ilmu dan gurunya kurang lebih sekitar 180 cm. "Sebaiknya jarak antara penuntut ilmu dengan ustadznya kira-kira satu jarak busur panah, kurang lebih sekitar 180 cm, dan hal tersebut lebih dekat dengan mengagungkannya," terangnya.

Selanjutnya ia menjelaskan agar para penuntut ilmu itu menjaga dirinya dari perilaku tercela. "Dan semestinya bagi penuntut ilmu untuk menjaga diri dari perilaku atau akhlak tercela," tegasnya.

Karena sesungguhnya, kata Bunda, perilaku tercela itu ibarat anjing secara maknawi. Maksudnya, setiap lisan yang mengucapkan kata-kata kotor dan mengumpat, sikap dan perilaku yang kasar dan menyakiti pihak lain. Demikianlah contoh perilaku tercela yang diibaratkan seperti anjing secara maknawi.

Kemudian, ia membacakan hadits Rasulullah SAW yang menceritakan tentang malaikat tidak akan masuk ke rumah yang didalamnya ada Anjing atau gambar anjing. "Tidak akan masuk malaikat ke dalam rumah yang di dalamnya ada anjing atau gambar anjing," terangnya.

Karena sesungguhnya, imbuhnya, manusia belajar dengan perantara malaikat. Maksudnya apa? "Bahwasannya sebagaimana kita ketahui majelis ilmu itu dinaungi tujuh puluh ribu malaikat yang senantiasa mendoakan kebaikan bagi penuntut ilmu. Akan tetapi jika di dalamnya ada yang akhlaknya tidak baik, malaikat enggan memasukinya," ujarnya. 

Ustadzah Nur kembali menyampaikan terkait sikap atau perilaku tercela itu dapat diketahui di dalam kitab akhlak. Kitab yang khusus membahas tentang akhlak. Karena jika dituangkan di dalam kitab ini tidak akan pernah cukup.

"Dan akhlak yang tercela diketahui atau dikenal di dalam kitab akhlak. Kitab khusus yang membahas tentang akhlak. Karena kitab kita ini tidak mencakup/ menerangkan penjelasannya," katanya.

Dan untuk menjaga diri khususnya dari sikap sombong, katanya kembali, karena dengan sikap sombong tidak akan didapatkan ilmu itu.

Terakhir, ia menegaskan bahwa kesombongan adalah musuhnya ilmu. "Dan dikatakan bahwa ilmu itu musuhnya bagu pemuda yang sombong. Seperti halnya banjir, musuhnya bagu tempat yang tinggi," pungkasnya.[] Bey

Allah Akan Memberi Keberkahan Ketika…

Tinta Media - Ulama Kota Medan Ustaz Musa Abdul Ghani mengungkapkan bahwasannya Allah akan memberikan keberkahan dalam menjalani hidup ini ketika manusia beriman dan bertaqwa.

 “Keberkahan itu juga harus ada syaratnya, apa syaratnya? Allah akan memberi keberkahan ketika dia (manusia) beriman dan bertaqwa. Ada orang yang umurnya panjang tapi tidak berkah, banya orang mudah mencari duit tapi tidak berkah, karena itu tidak menambah kebaikannya,” jelasnya dalam Acara talkshow spesial ramadhan dengan tema “Makin Berkah Dengan Islam Kaffah” yang diselenggarakan oleh Komunitas Muslim Johor (KMJ) di Masjid Thoriq Al Jannah Komplek Bukti Johor Mas Medan Johor, Ahad (9/4/2023).

Ia menuturkan, kalau sudah beriman dan bertaqwa maka akan menjadi orang yang baik. “Kata Imam Ali ra, orang yang bertaqwa itu adalah Khoufu Rabbul Jadid (orang yang takut kepada Allah). Orang yang bertaqwa itu adalah yang takut kepada Allah. Jadi, ada orang yang tidak takut kepada Allah itu adalah orang yang tidak bertaqwa,” tegasnya.

"Tidak itu saja, menurut Mursyid Na'sabandiyah ini dikatakan oleh imam Ali, Bi’Amal bitanzil (beramal sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah). Berarti jika (takut dengan Allah) itu dilakukan maka akan semakin baik dan berkah (amal)nya tersebut. Intinya keberkahan itu maknanya ziyadatun Al khair bertambah-tambahlah kebaikannya,” terangnya.

Acara yang dimulai puku 16.16 WIB ini juga dihadiri oleh beberapa perwakilan pengurus masjid disekitar Medan Johor, diantaranya Suwarno selaku tuan rumah, Suliyono (Masjid Baiturrahmah), Burhanuddin Siregar (Masjid Amaliyah). Dan acara ditutup dengan sesi foto bersama dan juga berbuka puasa bersama.[] Amar Dani

Selasa, 11 April 2023

Imam Bukhari, Paling Unggul Diantara Imam-Imam Hadits, Begini Kisahnya...

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. menceritakan kisah Imam Bukhori yang paling unggul diantara Imam-imam hadits.

"Dan adapun, diceritakan bahwasanya Muhammad bin Ismail Al Bukhara (Imam Bukhari), semoga Allah merahmati beliau. Bahwa pertama kali yang beliau pelajari adalah bab tentang fiqih salat kepada gurunya yang bernama Muhammad bin Hasan. Maka berkatalah Muhammad bin Hasan kepada Imam Bukhari. Pergilah dan belajarlah ilmu hadits. Karena beliau melihat (Muhammad bin Hasan) bahwa ilmu tersebut lebih cocok dengan tabiatnya Imam Bukhari. Maka beliau (Imam Bukhari) menuntut ilmu hadits, maka jadilah beliau di dalam ilmu hadits paling unggul diantara semua imam-imam hadits," tuturnya pada saat menyampaikan kajian Mutiara Ummat, Selasa (4/4/2023).

Kisah tersebut, kata Ustadzah Nur, memberikan pelajaran bahwa sekaliber Imam Bukhari saja dalam memilih atau menuntut ilmu, berdasarkan arahan dari sang guru. Karena gurunya lebih memahami tabiat Imam Bukhari. Ilmu hadist adalah salah satu ilmu yang paling cocok untuk Imam Bukhari. Alhasil, beliau menjadi seorang ahli hadits, bahkan paling unggul diantara Imam-imam hadits.

Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa pada zaman dahulu itu para penuntut ilmu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Apa yang seharusnya dipelajari terlebih dahulu dan ilmu apa yang sesuai dengan tabiat penuntut ilmu atau murid.

"Pada zaman dahulu, para penuntut ilmu itu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Kitab apa yang pertama dan utama untuk dikaji. Ilmu apa yang cocok untuk dipelajari. Gambarannya seperti yang dicontohkan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabani. Untuk pemula, kitab pertama yang dikaji adalah _Nidzomul Islam_ bab _Thoriqul Iman_ dan begitu seterusnya. Karena pertama bagi seorang muslim adalah ilmu tauhid atau ketuhanan, sampai keimanannya tertancap kuat, tidak mudah tergoyahkan. Setelah dirasa cukup kuat baru beranjak pada pelajaran atau kitab yang lain," bebernya.

Namun, imbuhnya, kondisi saat ini jarang bahkan hampir tidak dijumpai fenomena yang demikian. Para penuntut ilmu memilih ilmu sekehendak hatinya, sesuai keinginannya, dan tak jarang hanya berorientasi materi duniawi semata. Hal tersebut tidak terlepas dari sebuah sistem sekuler yang diadopsi dalam kehidupan saat ini.

Terakhir, sebelum kajian ditutup, ia menegaskan bahwa apabila seorang murid atau penuntut ilmu memilih ilmu sekehendak hatinya niscaya tidak akan mencapai pada tujuan dalam menuntut ilmu.

"Dan sekarang, mereka memilih jenis ilmu, menurut kemauannya sendiri, maka tidak menghasilkan tujuan mereka dari menuntut ilmu dan dari kefaqihan terhadap agama," pungkasnya. *[]Bey*

Senin, 10 April 2023

Keutamaan Ilmu Menjadi Tanda untuk Setiap Hal yang Terpuji

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. membacakan syair dari Muhammad bin Hasan tentang Keutamaan Ilmu yang menjadi tanda untuk setiap hal yang terpuji.

"Dan keutamaan ilmu menjadi tanda untuk setiap hal yang terpuji," tuturnya pada saat menyampaikan kajian umum Kitab Adab Ta'limu al Muta'alim, Sabtu (1/4/2023) di Batam.

Maksud dari menjadi tanda, kata Ustadzah Nur, sebagai penuntut ilmu, semestinya, ilmu yang dipelajari, diamalkan dan disebarkan. Sehingga mampu mengantarkan dirinya menjadi hamba yang terpuji. Setiap amal perbuatan yang dilakukan senantiasa berpedoman pada ilmu yang telah dikaji. Sehingga terhindar dari hal-hal yang tercela.

Ia melanjutkan membaca syair yang isinya agar menjadi manusia yang senantiasa mengambil faedah. "Dan jadilah orang yang selalu mengambil faedah setiap harinya bertambah," ujarnya.

Orang yang menuntut ilmu, imbuhnya, seyogyanya setiap hari bertambah kebaikannya. Semakin hari semakin menjadi lebih baik. Baik di sini bukan hanya diukur dengan materi duniawi atau sesuatu yang bersifat jazadiah semata. Akan tetapi, baik di sini bisa jadi tambah faqih dalam hal agama. Semakin tentram hati dan jiwanya, tenang hidupnya, menjadi orang yang qanaah dan bahagia karena ketaatan terhadap syariat Islam.

Bunda, sapaan akrabnya, masih melanjutkan bait-bait syair dari Muhammad bin Hasan yang isinya merupakan nasihat bagi penuntut ilmu agar berenang di lautan ilmu. "Dari ilmu, berenanglah di lautan yang penuh faedah," ungkapnya. 

Maksud dari berenang di lautan ilmu, lanjutnya, ketika menuntut ilmu atau sedang belajar harus dinikmati atau bersenang-senang. Namun, tidak lupa harus dipenuhi juga kebutuhan dalam menuntut ilmu (syarat-syarat dalam  menuntut ilmu. Seperti halnya masalah biaya, dibutuhkan kesabaran dan lain-lain. Tetapi tetap harus bisa menikmatinya.

Terakhir, ia berpesan agar mempelajari ilmu fiqih. Karena ilmu tersebut adalah sebaik-baik petunjuk yang mengantarkan kepada kebaikan dan ketakwaan.

"Dan belajarlah ilmu fiqih, karena sesungguhnya ilmu fiqih sebaik-baik aturan yang akan mengantarkan seorang hamba kepada kebaikan dan ketakwaan serta lebih adil. Karena ilmu akan memberikan petunjuk kepada sebaik-baik petunjuk," pungkasnya.[] Bey

Jumat, 31 Maret 2023

Ustadzah L. Nur Salamah : Penuntut Ilmu Sebaiknya Tidak Memilih Ilmu Sesuai Kemauan Sendiri

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat sekaligus penulis, Ustadzah L. Nur Salamah, S.Pd. menyampaikan bahwa seorang penuntut ilmu sebaiknya tidak memilih ilmu sesuai kemauan sendiri.

"Seyogyanya bagi penuntut ilmu untuk tidak memilih jenis ilmu sesuai kemauannya sendiri. Akan tetapi menyerahkan urusan kepada gurunya," tuturnya saat menyampaikan kajian umum Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim, Selasa (21/3/2023) di Batam.

Karena sesungguhnya, kata Ustadzah Nur, seorang Ustadz, telah ada padanya pengalaman dalam hal itu. Maka guru itu lebih paham apa yang tepat bagi setiap orang-orang dengan kebiasaan dan tabiatnya masing-masing.

Selanjutnya ia menceritakan tentang kisah seorang ulama yang bernama Syekh Burhanuddin Al-Hak atau Burhanul Hak Waddin.

"Dan adapun seorang Syaikhul Imam Al-Ajal (yang mulia) Ustadz Burhanul Hak Waddin. Semoga Rahmat Allah tercurah kepadanya. Beliau berkata: Bahwa para penuntut ilmu pada zaman awal-awal, mereka menyerahkan dalam urusan belajarnya kepada gurunya. Maka mereka sampai kepada tujuan mereka dan keinginan mereka dalam menuntut ilmu," bebernya.

Pada zaman dahulu, kata Ustadzah Nur, para penuntut ilmu itu terbiasa dipilihkan oleh gurunya. Kitab apa yang pertama dan utama untuk dikaji. Ilmu apa yang cocok untuk dipelajari. Gambarannya seperti yang dicontohkan oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabani. Untuk pemula, kitab pertama yang dikaji adalah Nidzomul Islam bab Thoriqul Iman dan begitu seterusnya. Karena pertama bagi seorang muslim adalah ilmu tauhid atau ketuhanan, sampai keimanannya tertancap kuat, tidak mudah tergoyahkan. Setelah dirasa cukup kuat baru beranjak pada pelajaran atau kitab yang lain.

Bunda, siapa akrabnya juga menjelaskan maksud zaman awal itu seperti apa. "Zaman awal yang dimaksudkan yaitu lahirnya Imam Az-Zurnujii (pengarang kitab ini), yaitu sekitar tahun 600 Hijriyah. Sudah mulai ada perubahan pada sikap penuntut ilmu. Berarti sekitar 800 tahun yang lalu. Itu sudah mulai ada perubahan, apalagi kondisi sekarang. Malah ambyar gak karuan. Pelajar atau penuntut ilmu memilih jurusan sesuai keinginan dan hawa nafsunya. Demi orientasi dunia semata. Wajar jika tidak mendapatkan arti dari sebuah keberkahan dan kebermanfaatan ilmu," paparnya.

Terakhir, ia menegaskan bahwa jika penuntut ilmu memilih jenis ilmu sesuai keinginannya, maka tidak akan mendapatkan hasil apapun dan jauh dari kefaqihan.

"Dan sekarang, mereka memilih jenis ilmu, menurut kemauannya sendiri, maka tidak menghasilkan tujuan mereka dari menuntut ilmu dan dari kefaqihan terhadap agama," pungkasnya.[] Bey

Sabtu, 25 Maret 2023

Prof Dr. Fahmi Amhar: Tolak Ukur Ketakwaan Dilihat dari Empat Aspek

Tinta Media - Anggota Ikatan Alumni Program Habibie, Prof Dr Fahmi Amhar menjelaskan tolak ukur sebuah ketakwaan dapat dilihat dari empat aspek.

"Ketakwaan itu bisa diukur dalam empat aspek yaitu tawadhu, qona'ah, wara', dan yakin," tuturnya saat menjadi pembicara Tarhib Ramadan 1444 H: Meraih Takwa di Segala Matra, Ahad (19/3/2023) di Batam.

Pertama, takwa itu harus dibuktikan dengan sikap tawadhu. Takwa itu tidak hanya cukup pada percaya saja, tapi juga dibuktikan dengan sikap tawadhu.

"Orang yang tawadhu, akan lebih berhati-hati terhadap pencitraan. Karena pencitraan, akan mengantarkan manusia pada perbuatan yang sia-sia, baik ia individu maupun sebagai penguasa," ujarnya. 

Ia menegaskan bahwa sikap tawadhu itu harus terus meningkatkan amal perbuatannya agar mencapai derajat yang tinggi dan mulia.

"Untuk meraih tawadhu, setiap amalannya harus mampu ditingkatkan sehingga akan melejit kualitasnya. Tawadhu juga sebagai dasar pemersatu, sehingga setiap orang tidak akan membanggakan materi atau kedudukan, dapat melatih kesabaran, menjadi dasar kepribadian seorang pemimpin, sehingga ia menjadi insan yang takwa," bebernya.

Kedua, orang yang bertakwa harus qana'ah atau merasa cukup. "Qana'ah di saat mengkonsumsi menu berbuka, qana'ah menjadikan Al-Qur'an sebagai sumber hukum tertinggi bagi umat islam, serta apapun yang ditetapkan Allah Ta'ala pada dirinya, ia akan menerima dan merasa cukup terhadap pilihan hidupnya," ungkapnya.

Ketiga, orang yang bertakwa harus memiliki sifat wara' (berhati-hati). "Orang yang bertakwa juga harus memiliki sifat waro atau berhati-hati dalam ibadah, dalam bersikap dan dalam mengambil keputusan," terangnya.

Standar wara', menurutnya, adalah hukum syariat, butuh pembuktian dengan cara yang benar atau kausalitasnya, meliputi aspek ruhiyah dan sakhsiah, harus dalam kesatuan jama'ah untuk saling menguatkan. Oleh karenanya perlunya daulah untuk menjaga urusan agama. Adapun kehati-hatian itu dilakukan secara global.

Keempat, bahwa ketakwaan itu harus ada keyakinan secara totalitas. "Ketakwaan itu harus ada keyakinan secara totalitas yang didasarkan pada dalil syara' sebagai landasan," katanya.

Orang yang bertakwa, tuturnya, emosionalnya tetap terjaga dan tunduk pada syari'at, diiringi dengan kecerdasan intelektual, berupaya ikut menguatkan finansial dan rela mengeluarkan harta, dan istikomah dalam lingkup sosial dan jangka waktu yang panjang.
 
Ia menegaskan bahwa keempat aspek itu harus dimiliki oleh mereka yang menjadi penguasa agar meraih gelar takwa. "Keempat aspek itu harus dimiliki oleh seorang penguasa agar mencapai derajat takwa di segala matra," tegasnya.

Di dalam Al-Qur'an, katanya, banyak sekali muncul kata takwa. "Misalnya pada surat al Baqarah ayat 1, yang bermakna percaya kepada yang gaib, meliputi percaya Allah Ta'ala, percaya kepada malaikat, kepada Nabi dan Rasul, percaya pada hari kebangkitan, dan qada dan qadar," pungkasnya.[] Neni

Rabu, 22 Maret 2023

Pahala Membaca Al-Qur'an Dilipatgandakan 700 kali di Bulan Ramadhan


Tinta Media - Ustadz Suwaji Abu Fajri, S.E. dari Majelis Qolbun Salim, Kuningan mengatakan bahwa pahala Membaca Al-Qur'an akan Dilipatgandakan hingga 700 kali di bulan Ramadhan.

“Membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pahalanya akan dilipatgandakan 700 kali,” ujarnya dalam orasi pada kegiatan Tarhib Ramadhan 1444 H: Happy Ramadhan Happy Family yang diselenggarakan oleh Majelis Qolbun Salim, Selasa (21/3/2023) di Kabupaten Kuningan.

Menurutnya, al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai petunjuk dan pembeda antara haq dan batil bagi seluruh umat manusia. "Jika al-Qur’an dipelajari dan ditadabburi maka pahalanya akan lebih besar," ungkapnya. 

"Apalagi jika hukum-hukum syari’at di dalam al-qur’an diperjuangkan supaya tegak, sudah tentu pahalanya jauh lebih besar lagi," tambahnya. 

Oleh karena itu ia mengajak umat Islam untuk meningkatkan aktivitas dakwah ini sampai Islam yang kaffah tegak di muka bumi ini.

Bulan Perubahan

Dalam orasi yang kedua, Ustadz Askawirman Aika mengatakan, bulan Ramadhan adalah bulan perubahan. 

"Bulan Ramadhan hakikatnya adalah bulan pelatihan sikap dan perbuatan dalam meraih ketakwaan. Di bulan Ramadhan juga diturunkan Al Qur'an sebagai huda (petunjuk), bayan (penerang) dan juga furqan (pembeda antara haq dan batil)," tuturnya. 

Syi’ar Islam

Setelah selesai kegiatan, Ustadz Puji Hernawan selaku koordinator lapangan menyampaikan tujuan diadakannya kegiatan tarhib ini adalah sebagai syi’ar Islam. 

"Sebagai umat Islam sudah seharusnya merasa senang akan datangnya bulan yang penuh berkah ini. Harapannya adalah masyarakat lebih paham lagi tentang makna puasa yang sesungguhnya. Sehingga bisa diterapkan di dalam kehidupan," jelasnya. 

Pawai kendaraan roda empat dan dua yang dihiasi dengan al-liwa dan ar-rayah tersebut mengambil rute dari jalan baru Panawuan menuju Kuningan Islamic Center melalui terminal Kertawangunan, Jalan Otista dan Jalan Pramuka.[] Sofyan Zulkarnaen

Selasa, 21 Maret 2023

Dengan al-Qur'an, Rasulullah Bangkitkan Manusia dari Jahiliyah Menuju Cahaya Islam

Tinta Media - Ketua Komunitas Mengenal Islam Kafah Dra. Irianti Aminatun mengatakan bahwa dengan al-Qur'an Rasulullah Saw. membangkitkan manusia dari jahiliyah menuju cahaya Islam.
 
“Ramadhan merupakan bulan turunnya al-Qur’an. Dulu dengan al-Qur’an itu Rasulullah Saw. membangkitkan manusia dari kejahiliyahan menjadi umat yang diterangi cahaya Islam,” ungkapnya di acara Bincang Islam bersama Tokoh: Marhaban Ya Ramadhan, Siapkan Diri Menjemput kemuliaan, di masjid al-Qudwah, Solokan Jeruk, Kabupaten Bandung, Ahad (19/3/2023).
 
Dengan al-Qur'an itu, lanjutnya Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya menyelesaikan persoalan, menerapkan keadilan, menunjuki manusia.
 
“Al-Qur’an menjadi sumber hukum dalam memecahkan persoalan hidup baik tataran individu, masyarakat maupun negara sehingga ketakwaan terwujud baik secara individu, maupun kolektif,” imbuhnya.
 
Tidak hanya itu, jelas Irianti, shaum tidak menghalangi Rasulullah untuk berjihad. Rasulullah Saw. memimpin perang Badar pada 17 Ramadhan tahun kedua hijrah. Tentara Islam yang hanya berjumlah 313 orang mampu mengalahkan kekuatan kaum kafir yang berjumlah 1.000 orang.
 
“Pada 20 Ramadhan tahun kedelapan hijrah,  Nabi bersama 10.000 Sahabat melakukan penaklukan kota Mekah yang merupakan imperium Arab Quraisy. Ketika ibukota itu jatuh ke tangan kaum muslimin, seluruh Jazirah Arab berbondong-bondong menyatakan ketundukannya kepada Negara Islam di Madinah yang dipimpin oleh Nabi Saw. Seluruh berhala dihancurkan, digantikan oleh gema tauhid yang memenuhi langit Mekah al-Mukarramah,” kisahnya.
 
Adapun terkait ibadah, sambungnya, Rasulullah mendorong kaum Muslimin untuk meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal kebajikan, karena bulan Ramadhan adalah bulan melipatgandakan pahala serta bulan ampunan.
 
“Dalam pelaksanaan ibadah  shaum Rasulullah mencontohkan agar menyegerakan berbuka, serta mengakhirkan sahur. Berbuka dan sahur dengan sederhana. Dikisahkan, untuk berbuka, Rasulullah hanya mengonsumsi beberapa biji kurma kering atau kurma basah. Jika keduanya tidak ada, cukup meneguk sejumlah tegukan air putih. Menu yang sama juga sering disantap kala sahur,” tutur irianti mengisahkan kesederhanaan Rasulullah dalam berbuka dan sahur.
 
Dalam hal ibadah, Irianti mengutip penuturan Bunda Aisyah yang menuturkan bahwa ia  tidak pernah melihat Nabi Saw membaca Al-Quran seluruhnya dalam semalam dan tidak shalat hingga shubuh, serta tidak puasa sebulan penuh, kecuali di bulan  Ramadhan.
 
“Dengan aktivitas Rasulullah mengisi Ramadhan seperti diatas,  umat Islam bersatu dibawah satu kepemimpinan Rasulullah, masyarakat Islam menjadi masyarakat yang penuh berkah serta Islam menjadi rahmat bagi wilayah yang sudah tersentuh dakwah Rasulullah,” jelasnya.
 
Kehidupan Islam seperti inilah yang dilanjutkan oleh para Sahabat pasca Rasulullah wafat. “Dalam bentangan 13 Abad umat Islam  pada saat Ramadhan senantiasa berada dalam keadaan menerapkan syariat Islam di bawah naungan Khilafah,” ungkapnya.
 
Namun Irianti menyayangkan  sejak Khilafah diruntuhkan pada 3 Maret 1924 lalu, hingga hari ini sudah lebih dari satu abad umat Islam memasuki Ramadhan tidak lagi ada dalam satu kepemimpinan. Hukum Islam dicampakkan, kaum muslimin tercerai berai dan terjajah.
 
Oleh karena itu ia mengajak kepada para tokoh yang hadir agar  dalam mengisi  Ramadhan meneladani  Rasulullah dengan meningkatkan ibadah dan berjuang agar hukum al-Quran diterapkan dalam kehidupan dalam naungan Islam. [] Sri Wahyuni

Senin, 20 Maret 2023

Tarhib Ramadhan 1444H, Ketua AMMPERA Tanjungbalai: Tutup Tempat Maksiat dan Jaga Toleransi Antar Umat Beragama

Tinta Media - Ketua Aliansi Masyarakat Muslim Pembela Rasulullah (AMPPERA) Kota Tanjungbalai Muhammad Ridho mengingatkan pemerintah dan masyarakat agar menutup semua tempat maksiat dan menjaga toleransi antara umat beragama di bulan suci Ramadhan 1444H. 

"Kami meminta kepada pemerintah kota Tanjungbalai, anggota DPRD, beserta bapak Kapolres Tanjungbalai untuk menutup tempat judi, mengamankan tempat-tempat maksiat dan kepada bapak/ibu yang berjualan di siang hari tolong dijaga toleransi antar umat beragama. Tolong ditutup warung makanannya di siang hari. Sambut Ramadhan dengan hati gembira, tinggalkan maksiat terapkan syariat, takbir!“ serunya dalam acara Pawai Obor menyambut bulan suci Ramadhan 1444H, Sabtu (18/3/2023) di Kota Tanjungbalai, Sumatera Utara. 

Ia mengajak warga Tanjungbalai afar menyambut bulan suci Ramadhan, meninggalkan maksiat dan menerapkan syariat.

Selain Ridho, tampak juga para ustadz, aktivis dan tokoh pemuda Tanjungbalai menyampaikan seruannya seperti Ustadz Riandi, Ustadz Firman Dani, Ustadz Muhammad Ali Rukun, Ustadz Ammar dan Faisal. Mereka menyerukan hal yang sama yakni mari menyambut bulan Ramadhan 1444 H dengan hati gembira dengan meninggalkan segala maksiat dan menerapkan syariat. 

Pawai Obor yang dilaksanakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan sekitar 500 orang Umat Islam Kota Tanjungbalai. Para peserta pawai obor, sebagian besar dihadiri para pemuda muslim Tanjungbalai dan dikawal langsung oleh Polres Tanjungbalai. 

Pawai obor yang dilaksanakan Aliansi Mayarakat Muslim Pembela Rasulullah (AMMPERA) tersebut dimulai ba’da Isya dengan titik kumpul Masjid Raya Sultan Rahmadsyah Jl.Masjid Tanjungbalai dengan long march keliling kota Tanjungalai.

Pawai Obor tersebut berjalan dengan tertib dengan pengawalan dari Polres Tanjungbalai. Acara tersebut juga menarik perhatian masyarakat kota Tanjungbalai. Warga Tanjungbalai tampak antusias menyaksikan pawai obor yang rutin dilaksanakan menjelang Ramadhan tersebut.


Di sepanjang jalan para pemuda tersebut menyampaikan seruan kepada warga masyarakat dan pemerintah kota Tanjungbalai. [] Ali

Tarhib Ramadhan 1444 H, Syekh Ahmad: Saat Sahur, Warga Palestina Tidak Tahu Apakah Bisa Berbuka atau Mati Syahid di Hari Itu

Tinta Media - Syekh Ahmad Abdul Nasir As’ad Al Safadi, Imam Masjid Abu Ayyub Al Anshari dari Palestina menceritakan keadaan warga Palestina saat menghadiri Tarhib Ramadhan 1444H.

"Tidak ada tempat yang aman dari bom-bom itu. Setiap mereka sahur, warga Palestina tidak tahu apakah mereka bisa berbuka ataukah mati syahid pada hari itu," tuturnya dalam Tarhib Ramadan 1444 H: Inspirasi Kebangkitan, Momentum Perubahan, Sabtu (18/3/2023) di Masjid Nurul Iman di Pekanbaru Riau. 

Ia mengatakan, keadaan Palestina tahun ini masih di bombardir oleh Israel laknatullah. "Tidak hanya di Ramadan tapi juga sepanjang tahun terutama di Gaza," ungkapnya. 

Sepanjang tahun Palestina terus menerus mencetak para ulama dalam kondisi keterbatasan. Mencetak penghafal Al-Qur'an dalam usia muda yakni 6 tahun. "Mereka juga membaca Al-Qur'an sepanjang hari dan menghafalkan Al-Qur'an hingga Khatam berkali-kali dalam sehari. Mereka ridho akan ujian Allah SWT dan mereka selalu berharap pertolongan Allah SWT," ucap Syekh.

Agenda Tarhib diramaikan oleh Pengemban Dakwah Islam Kaffah bersama masyarakat sekitar Jalan Teropong dalam keadaan hikmat.

Selain pembicara dari Palestina, hadir juga dalam safari dakwah ini, Ustadz Muhammad Toha dari Sungai Pagar dan KH Dodi Okri, Lc. M.A., seorang ulama Riau idola para remaja.

Ustadz Muhammad Toha menyampaikan Kaifiyyatul Shaum atau bagaimana melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan anjuran Islam. "Ada Kalanya kita harus dipaksa berbuat kebaikan. Terutama dakwah kepada Penerapan Syariat Islam Kaffah," tegasnya.

Ia juga menjelaskan secara garis besar apa saja amalan yang membatalkan puasa dan amalan apa saja yang paling utama dilakukan ketika puasa. "Selama Ramadhan mari fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan dalam membaca Al-Qur'an misalnya," paparnya.

Sedangkan KH Dodi Okri, Lc. MA. menyampaikan bahwa habitatnya umat Muhammad SAW itu memimpin. Karena dunia ini diwariskan untuk orang-orang beriman.

Inspirasi kebangkitan dan momentum perubahan hendaknya mengikuti apa yang dibawa Rasulullah SAW yaitu ideologi Islam yang jelas dan tegas. "Bicara perubahan, ubah dulu mindset kita tentang dunia dan alam semesta. Perjelas dulu ideologinya, baru bahas perubahan," ucap Ustadz Dodi.

Perubahan yang diarahkan kepemimpinan Islam adalah perubahan membebaskan penjajahan kafir terhadap umat Islam dunia, termasuk Palestina. "Seorang muslimah dilecehkan tentara Romawi. Beliau memanggil Al-Mu'tashim Billah, Khalifah dari Bani Abbasiyah. Gagah umat Islam kala itu dalam kepemimpinan Islam," sebutnya.

Agenda Tarhib ditutup dengan do'a bersama menyambut Ramadan dan foto bersama.[] Yenni Sarinah, S.Pd.



Sabtu, 18 Maret 2023

Hal-hal yang Disesali oleh Penuntut Ilmu

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat (mutu) sekaligus penulis, L. Nur Salamah, S.Pd. kembali menceritakan kisah berkaitan dengan hal-hal yang disesali oleh penuntut ilmu.

"Diceritakan dari seorang syaikh al imam, Majduddin as-Sharkhoki. Bahwasanya dia berkata, apa-apa yang pernah kami tulis (huruf kecil-kecil atau tidak jelas atau ala kadarnya) kami sesali. Dan apa yang kami pilih-pilih, kami sesali, dan apa-apa yang tidak kami bandingkan juga kami sesali," tuturnya pada saat menyampaikan kajian mutu, Selasa (14/3/2023) di Batam.

Adapun maksud kalimat 'yang kami pilih-pilih', lanjutnya, kadang dalam sebuah majelis ilmu, ketika guru menjelaskan tentang suatu hal, kita pilih-pilih, mana yang menurut kita penting dicatat, kalau dirasa kurang penting tidak dicatat, karena dianggap 'gampang'. Padahal suatu saat adakalanya kita lupa atau bingung maksud dari penjelasan tersebut, karena kita tidak mencatat dengan lengkap penjelasan dari guru kita.

Ia juga menjelaskan maksud dari 'apa-apa yang tidak kami bandingkan'. "Bahwasanya ketika dalam suatu majelis ilmu atau sedang belajar, tidak selamanya kita duduk di depan atau dekat dengan guru/ustadz. Sehingga, bisa jadi apa yang kita catat kurang lengkap dibandingkan dengan murid yang lain atau peserta kajian yang lain. Jadi, agar catatan kita lengkap, kita bandingkan dengan orang lain yang dekat dengan guru atau duduk di depan. Seandainya ada maksud yang belum paham kita tanyakan kepada teman kita," bebernya.

Selanjutnya, ia juga menyampaikan tentang anjuran bahwa buku tulis atau kitab itu sebaiknya berbentuk segi empat, agar lebih memudahkan dalam menyusun.

"Sebaiknya untuk mengadakan bentuk atau potongan buku tulis itu segi empat, karena hal tersebut (bentuk segi empat) lebih mudah untuk dibawa, mudah diletakkan dan mudah disusun," ujarnya.

Bunda, sapaan akrabnya juga menyampaikan, termasuk bagian dari mengagungkan ilmu adalah dengan tidak menggunakan tinta berwarna merah. Karena bukan bagian dari kebiasaan ulama Salafus Saleh.

"Dan sebaiknya, tidak digunakan dalam buku atau kitab sesuatu/warna merah. Karena sesungguhnya warna merah itu kebiasaan ahli filsafat, bukan kebiasaan ulama Salafus Saleh. Dan adapun guru-guru kami tidak suka menggunakan kendaraan dengan warna merah," terangnya.

Ustadzah Nur juga menjelaskan bahwasannya seorang penuntut ilmu itu sebaiknya saling mengasihi/ berkasih sayang terhadap teman-temannya (sejenis). 

"Dan sebagian dari menghormati ilmu adalah menghormati teman dalam menuntut ilmu, dan kita belajar darinya. Berkasih sayang (sesama jenis) itu tercela kecuali dalam menuntut ilmu. 

Maksud dari pernyataan tersebut, imbuhnya, kita tidak boleh saling berkasih sayang sesama jenis (gay atau lesbian) karena itu perbuatan tercela. Kasih sayang yang dimaksudkan adalah saling memberi semangat, saling memotivasi dan saling menolong maupun saling mendoakan dalam hal menuntut ilmu. 

Ia juga menyampaikan bahwasanya termasuk bagian dari mengagungkan ilmu adalah mengasihi Ustadz dan teman-temannya untuk mengambil faedah dari mereka. "Maka sebaiknya untuk mengasihi ustaznya dan teman-temannya, untuk mengambil faedah darinya," katanya.

Setiap orang (penuntut ilmu), lanjutnya, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karenanya kita harus bijak. Tidak boleh saling menonjolkan diri. Semestinya saling melengkapi kekurangan, saling menyemangati dan saling memotivasi. 

Bunda juga menyampaikan bahwa sebagai penuntut ilmu harus senantiasa mendengarkan ilmu dan hikmah dengan penuh hormat. Karena itu yang akan mengantarkan kepada keberkahan.

"Sebaiknya bagi penuntut ilmu, ketika mendengarkan ilmu dan hikmah dengan rasa mengagungkan dan menghormati. Meskipun telah mendengar masalah dan hikmah yang sama seribu kali," jelasnya.

Dikatakan, ujarnya kembali, barang siapa yang menghormati ilmu, setelah seribu kali, sebagaimana ketika ia mendengar yang pertama kalinya, maka dia bukanlah ahli ilmu.

Terakhir, Bunda menjelaskan maksud dari pernyataan di atas. "Maksudnya, meskipun kita sudah sering mendengar, tentang suatu ilmu, dan sikap kita tetap harus hormat. Karena jika kita terbesit untuk meremehkan, maka ilmu yang kita pelajari tidak akan barokah. Misalnya : Itu lagi itu lagi. Dah pernah aku mendengar kajian itu dan lain-lain. Maka jika ada yang seperti itu, maka dia itu bukan ahli ilmu," pungkasnya.[] Bey

Sabtu, 18 Februari 2023

Ustazah L. Nur Salamah: Wujud Memuliakan Ilmu adalah Memuliakan Kitab

Tinta Media - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat sekaligus Aktivis Muslimah Kota Batam, Ustazah L. Nur Salamah kembali menjelaskan tentang wujud mentakzimkan (memuliakan) ilmu adalah dengan memuliakan kitab. 

"Masih dalam pembahasan mentakzimkan ilmu dan ahli ilmu yakni dengan memuliakan kitab. Bagian dari memuliakan ilmu yang wajib bagi penuntut ilmu untuk tidak menyelonjorkan atau menjulurkan kaki ke arah kitab," ungkapnya sebagai awal pembukaan kajian Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (14/02/2023) di Batam. 

Bunda, sapaan akrab pemateri juga menegaskan bahwa salah satu wujud memuliakan kitab yakni tidak meletakkan kitab (buku-buku) lain di atas kitab tafsir. Maksudnya adalah tidak sembarangan menimpa buku-buku tafsir agama dengan buku tulis atau sejenisnya. Apalagi Al-quran, jelas harus dimuliakan tidak boleh sembarangan menyusunnya. 

Alangkah baiknya, lanjutnya, ketika menyusun Al-Qur'an, kitab-kitab tafsir, atau buku-buku agama yang berbahasa Arab di atas buku-buku yang lain. Kemudian juga tidak dibenarkan meletakkan sesuatu di atas kitab seperti HP, kacamata, makanan, pena atau sejenisnya. 

Selanjutnya, Bunda mengangkat sebuah kisah seorang guru bernama Burhanuddin yang merupakan guru dari Imam Az-Zurnuji. 

"Adapun guru kami Syaikhul Imam Burhanuddin pernah mengisahkan tentang salah seorang guru di hadapan para guru (gurunya para guru). Bahwa ada seorang fakih atau ahli fikih meletakkan bak tinta (tempat tinta yang isi ulang) di atas kitab. Lalu Syaikh tersebut mengatakan padanya dalam Bahasa Persia, "Jika caramu seperti itu (yakni meletakkan bak tinta di atas kitab) maka tidak akan berkah ilmumu." Begitulah adab penuntut ilmu pada zaman dahulu. Begitu memuliakan kitab," bebernya dengan sangat gamblang. 

Mirisnya generasi saat ini sangat jauh dari adab menuntut ilmu terutama dalam memuliakan kitab atau buku-buku pelajaran. Sembarangan meletakkannya dan tidak menjaganya dengan baik. Penyebabnya tidak lain adalah sistem kehidupan hari ini yang mengantarkan para penuntut ilmu jauh dari adab.

Pun, ada kisah menarik tentang seorang guru pada zaman keemasan Islam.  Ada kisah seorang guru sekaligus qadhi yakni seorang hakim yang memutuskan sebuah perkara bernama Syaikh Fakhruddin. 

"Guru kami Al-Qadhi Al-Imam yang mulia Fakhruddin yang dikenal dengan Qadhi  pernah berkata,"Jika hal itu (meletakkan barang-barang tadi di atas kitab, seperti bak tinta tadi) tidak bermaksud meremehkan, maka tidak mengapa. Namun, alangkah baiknya jika hal itu dihindari," pungkasnya.[] Reni Adelina/Nai
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab