Tinta Media: Internasional
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Internasional. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Mei 2024

34 Ribu Warga Gaza Syahid, IJM: Penguasa Muslim Hanya Menonton

Tinta Media - Saat pasukan zionis meratakan jalur Gaza dan lebih dari 34.000 warga sipil tak berdosa menjadi Syahid, Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana menilai para penguasa pengkhianat di negara-negara Muslim sekitar Gaza seakan puas hanya dengan menonton dan menghitung para syahid.

"Para penguasa pengkhianat di negara-negara muslim sekitar Gaza seakan puas hanya dengan menonton dan menghitung para syahid," tuturnya dalam tayangan video Para Penguasa Arab Hanya Puas Menjadi Menonton Dan Menghitung Korban Yang Syahid? Di kanal Youtube Justice Monitor, Rabu (1/5/2024).

Bahkan, ungkap Agung, mereka tidak mengakui, pemutusan hubungan diplomatik dan perdagangan. "Yang lebih buruknya lagi mereka terus melakukan normalisasi. Apakah mereka telah buta dan tuli?" Ujarnya.

Penguasa Muslim dinilai tidak peduli dengan penghancuran seluruh kota dan pembantaian seluruh penduduk Gaza. "Yang mereka pedulikan hanya kursi mereka yang sudah rapuh. Jangan sampai ini menunjukkan bahwa mereka adalah pengkhianat sejati terhadap rakyat Palestina dan terhadap Islam," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Sabtu, 27 April 2024

Pengamat: Konstelasi Internasional Berubah karena Perang

Tinta Media - Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana menyatakan bahwa perubahan konstelasi internasional itu umumnya terjadi ketika terjadi perang besar.

"Perang dunia kesatu, itu mengubah konstelasi internasional. Ada dulu Jerman, ada kemudian kekhilafahan Turki Utsmani. Kemudian ketika kalah perang, jadilah Inggris dan Perancis menjadi negara adidaya," tuturnya dalam acara Fokus Reguler: Serangan ke Israel, Nyata atau Drama? Ahad (21/4/2024) di kanal YouTube UIY Official Channel. 

Demikian juga, kata Budi, perang dunia kedua, Amerika bisa memanfaatkan situasi perang dunia kedua untuk kemudian mengambil alih posisi adidaya dari Inggris dan Perancis.

"Dia (Amerika Serikat) negara yang tanpa rival, sudah tidak ada rival yang sepadan dengan Amerika Serikat," ungkapnya. 

Ia melihat di sinilah pentingnya umat Islam untuk memahami peta politik internasional. 

"Memetakan mana negara adidaya, mana negara pendukungnya, negara-negara muslim relasinya dengan negara-negara adidaya seperti apa? Sehingga dengan begitu kita bisa membaca sebenarnya arah dan situasi-situasi yang kita lihat saat ini, itu seperti apa ke depannya," pungkasnya.[] 'Aziimatul Azka

Jumat, 19 April 2024

Media Pro Zionis Berupaya Kaburkan Fakta Genosida, Setelah Tentara Entitas Penjajah Yahudi Gagal Menguburnya

Tinta Media - Dikeluarkannya memo internal harian internasional 𝑇ℎ𝑒 𝑁𝑒𝑤 𝑌𝑜𝑟𝑘 𝑇𝑖𝑚𝑒𝑠 yang menginstruksikan para jurnalisnya untuk membatasi penggunaan istilah: 𝑔𝑒𝑛𝑜𝑠𝑖𝑑𝑎; 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑒𝑡𝑛𝑖𝑠; 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑎𝑛, serta menyarankan tidak menggunakan kata 𝑃𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑎 kecuali dalam kasus yang jarang terjadi dan menghindari istilah 𝑘𝑎𝑚𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 untuk wilayah di Gaza, yang diakui oleh PBB sebagai rumah bagi ratusan ribu pengungsi yang terdaftar, merupakan upaya sistematis untuk mengaburkan fakta sesungguhnya yang terjadi di Gaza Palestina.

Memang, organisasi berita nirlaba 𝑇ℎ𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡 pada 15 April 2024 hanya mengungkap memo internal kantor berita yang berpusat di New York, Amerika Serikat tersebut, tetapi saya yakin, hal serupa juga dilakukan oleh berbagai media massa internasional yang pro Zionis Yahudi lainnya.

Upaya pengaburan fakta ini menyusul gagalnya upaya penguburan fakta lapangan oleh para tentara entitas penjajah Yahudi dengan cara pembantaian terhadap tidak kurang dari 106 jurnalis yang meliput di Gaza sejak Oktober 2023 hingga Desember 2023. Bila didata sampai detik ini, saya yakin jumlah jurnalis yang dibantai akan bertambah banyak lagi.

Meski demikian, tetap saja serpihan fakta yang terekam berbagai video amatir yang diambil warga Gaza dan relawan mengungkap dengan gamblang bagaimana sadisnya Zionis Yahudi melakukan genosida di Gaza.

Namun upaya pemberian sanksi atau sekadar meminta Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) agar memaksa Zionis Yahudi melakukan gencatan senjata saja, langsung diveto Amerika Serikat. Sejak Oktober 2023-Februari 2024, tercatat sudah 3 kali AS memveto dan yang keempat AS hanya abstain. Meski demikian, tetap saja pada Ramadhan dan Idul Fitri, Muslim Gaza dibantai Zionis Yahudi.

Dari awal pendudukan Zionis di Palestina hingga Desember 2023, tercatat sudah 45 kali AS memveto semua resolusi PBB yang mengkritik Zionis Yahudi. Maka, meski entitas penjajah Yahudi begitu brutalnya membantai Muslim Palestina umumnya, dan membantai Muslim Gaza khususnya, Zionis Yahudi ini tetap saja aman karena didukung penuh negara Kristen AS dan negara-negara Kristen Eropa lainnya termasuk Inggris.

Itu di satu sisi, di sisi lain, para penguasa dunia Islam yang di Timur Tengah maupun yang di Asia Tenggara sampai detik ini termasuk Indonesia hanya mengecam di mulut saja. Sama sekali tidak ada tanda-tanda untuk mengerahkan militernya berjihad mengusir entitas penjajah tersebut dari tanah suci ketiga kaum Muslim tersebut. Tetapi justru secara 𝑑𝑒 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜 tetap saja menjalin hubungan dagang dengan para pembantai tersebut.

𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐈𝐬𝐭𝐢𝐪𝐚𝐦𝐚𝐡 𝐁𝐞𝐫𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠

Kaum Muslim Gaza maupun kaum Muslim di belahan dunia lainnya tidak boleh berputus asa, tetaplah berdoa mengharap pertolongan Allah SWT seraya tetap istiqamah berjuang di bidangnya masing-masing sesuai ajaran Islam. Yang memungkinkan berangkat berjihad untuk membantu Muslim Gaza melawan kafir penjajah, berangkatlah. Yang mampu menyumbangkan logistik untuk membantu Gaza, lakukanlah.

Silakan juga mengampanyekan boikot produk Zionis Yahudi maupun memboikot pihak-pihak yang pro Zionis Yahudi. Karena itu juga menunjukkan koordinat keberpihakan. Yang mampu memberikan bantuan kesehatan, bantulah. Yang mampu julid fisabilillah, gencarkanlah.

Yang mampu berbicara dan atau menulis, berbicara dan atau menulislah. Sampaikan fakta sebenarnya di lapangan, berikan solusi Islamnya.

Semoga dengan itu semua kaum Muslim lainnya termasuk para penguasa negeri Islam tersadarkan. Kalaupun tidak, setidaknya kita sudah berada di jalan yang benar: tetap jernih melihat fakta lapangan dan tetap memberikan solusinya dalam pandangan Islam. Karena kita hanya akan dihisab oleh Allah SWT atas sikap dan perbuatan kita sendiri: ada di pihak mana kita dalam masalah Palestina ini? Solusi yang kita berikan islami atau bertentangan dengan Islam?

Bonusnya, jadi pahala jariah buat kita bila mereka tersadarkan lalu mengikuti solusi Islam yang kita dakwahkan. Sebaliknya, kita sama sekali tidak mendapatkan dosa dari mereka-mereka yang menolak solusi Islam yang kita sampaikan.

𝐌𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡

Korban serangan Zionis di Gaza terus bertambah pada Rabu (17/4/2024) mencapai 33.797 orang syahid (insyaAllah). Namun secara faktual maupun pandangan islaminya, sebanyak apa pun 𝑢𝑝𝑑𝑎𝑡𝑒 data kebiadaban entitas Zionis Yahudi dalam membantai Muslim Palestina, menghancurkan semua fasilitasnya, mengusir yang masih hidup, itu semua hanyalah masalah cabang.

Masalah pokoknya adalah pendudukan Zionis Yahudi di tanah 𝑘ℎ𝑎𝑟𝑎𝑗𝑖𝑦𝑦𝑎ℎ Palestina pasca-diruntuhkannya Khilafah Islam oleh kafir penjajah. Solusinya Islamnya jelas: jihad untuk mengusir entitas Zionis Yahudi dari Palestina dan tegakkan khilafah untuk memerdekakannya secara hakiki. Adapun solusi dua negara (𝑡𝑤𝑜 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛) merupakan solusi kufur, batil, bertentangan dengan Islam.

𝐌𝐞𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐃𝐢𝐫𝐢

Sekali lagi, tetaplah jernih melihat fakta lapangan dan tetap memberikan solusinya dalam pandangan Islam. Istiqamahlah dan terus memantaskan diri agar kita semua menjadi umat Islam yang layak mendapat pertolongan Allah SWT berupa tegak kembalinya khilafah yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Di bawah komando khilafah (kepala negara khilafah), kaum Muslim berjihad mengusir penjajah dari tanah suci ketiga kaum Muslim tersebut.

Sebagaimana dulu Palestina bersatu dengan Khilafah Rasyidah di masa Khalifah Umar bin Khathab ra; sebagaimana dulu ketika Shalahuddin al-Ayyubi mengusir penjajah Salibis dari Palestina dan mengembalikan kembali tanah suci ketiga tersebut ke pangkuan Khilafah Abbasiyah; sebagaimana Khalifah Abdul Hamid II menjaga Palestina agar tetap di bawah Naungan Khilafah Utsmani; begitu juga kelak ketika khilafah rasyidah kedua yang insyaAllah akan tegak kembali. 𝐴𝑎𝑚𝑖𝑖𝑛. []

Depok, 9 Syawal 1445 H | 18 April 2024 H

Joko Prasetyo
Jurnalis

Rabu, 17 April 2024

Gelombang Pengungsi Rohingya di Aceh, Pengamat: Potret Umat Islam yang Menyedihkan


Tinta Media - Masih banyaknya gelombang pengungsi Rohingya di Aceh, menurut Pengamat Hubungan Internasional Farid Wadjdi, menunjukkan potret dari kondisi umat Islam yang menyedihkan.

"Ini sebenarnya potret dari kondisi umat Islam yang menyedihkan," ujarnya dalam Tanya Ahlinya No More Refugee Life? Di kanal Youtube Khilafah News, Senin (15/4/2024).

"Sama seperti mengalirnya pengungsi-pengungsi Suriah ke Eropa. Demikian juga banyaknya pengungsi-pengungsi dari Afrika ke Eropa," tukasnya.

Menurutnya, itu tidak bisa dilepaskan dari faktor penjajahan. Mereka dijajah bahkan diusir dari negeri mereka sendiri.

Sebenarnya, ucap Farid, Muslim Rohingya ini memiliki tanah air. "Tanah air mereka itu adalah Arakan. Itulah tanah air mereka," tegasnya.

Jadi, bebernya, Islam itu sudah masuk pada tahun 877 Masehi. Artinya sudah  abad ke-7 di masa Khalifah Harun ar-Rasyid. "Di Arakan sendiri itu pernah berdiri Kesultanan Islam itu lebih kurang 3,5 abad. Itu artinya cukup lama  dari tahun 1430 hingga 1784M," ungkapnya.

"Kemudian terjadilah beberapa gejolak-gejolak perang, saat itu  berhadapan dengan kerajaan Buddha ulasnya. Nah  kondisinya kemudian menjadi lebih parah lagi setelah Inggris menguasai wilayah itu pada tahun 1937," terangnya.

Ia menguraikan bahwa kolonial Inggris itu menduduki wilayah Arakan. Di situ penindasan terhadap umat Islam semakin menjadi, semakin bertambah. Perlawanan para ulama itu kemudian dihadapi oleh Inggris dengan kekejaman dan politik adu domba.

"Jadi Inggris menggunakan orang-orang Buddha, mempersenjatai orang-orang Buddha pada waktu itu, untuk memerangi kaum Muslimin di Arakan," imbuhnya.

Dan yang menarik, ujarnya, pada tahun 1947 Inggris itu mengadakan konferensi untuk mempersiapkan kemerdekaan terhadap  Myanmar atau Burma. Pada waktu itu  namanya tahun 1947 dalam Konferensi itu semua ras semua kelompok itu diajak kecuali muslim Rohingya.

Jadi, menurutnya, ini sebenarnya bagian dari kejahatan kolonialisme Inggris  untuk kemudian menciptakan konflik di tempat-tempat yang mereka jajah. Sehingga konflik itu suatu saat nanti akan digunakan oleh Inggris untuk melakukan intervensi.

"Inggris itu meskipun dia memberikan kemerdekaan, karena kondisi yang memaksa Inggris untuk memberikan kemerdekaan, sebenarnya pada waktu itu Inggris berhadapan dengan Amerika," terangnya.

Ia menilai, solusi dari persoalan Rohingya adalah membebaskan kaum Muslimin dari penjajahan ini dan mengembalikan wilayah kaum muslimin kembali kepada negeri Islam. [] Muhammad Nur

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab