Tinta Media

Senin, 18 Desember 2023

Rayakan Merdeka Belajar di Tengah Rusaknya Akhlak Pelajar


 

Tinta Media - Peringatan Hari Guru dirayakan setiap 25 November. Tema Hari Guru tahun 2023 lalu adalah “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Namun, hal ini menjadi pertanyaan, mengingat realita yang terjadi pada generasi dengan berbagai masalah serius mulai dari kriminalitas, kesehatan mental, hingga tingginya angka bunuh diri.  

Kenyataanya, saat ini banyak berita yang menayangkan tentang bobroknya akhlak para pelajar terhadap guru dan orang tuanya sendiri. Mereka tidak memiliki rasa hormat. Dalam bersosialisasi di lingkungan pun perilaku generasi sekarang sangat merisaukan, sampai membuat gaduh di masyarakat dengan aksi-aksi kriminalitasnya. 

Tawuran kerap sekali terjadi di antara pelajar sambil membawa senjata tajam. Mereka tidak menunjukkan rasa takut terhadap hukum di negeri ini. Ini baru sedikit contoh kasus dari banyaknya kasus-kasus yang lain.  

Sungguh miris, rayakan merdeka belajar di tengah rusaknya akhlak pelajar. Namun, hal tersebut menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan saat ini tidak tepat dan bermasalah. Ini menegaskan bahwa kapitalisme tidak memiliki sistem yang membangun generasi berkualitas.  Bagaimana tidak, sistem kapitalisme hanya bertujuan agar generasi ke depannya bisa mendapatkan materi atau uang sebanyak banyaknya. Apalagi penerapan sekularisme di negeri ini yang memisahkan agama dari kehidupan, menambah pembentukan karakter yang jauh dari akhlak mulia.   

Lain halnya dengan sistem pendidikan dalam Islam. Islam memiliki sistem pendidikan berkualitas yang berasaskan akidah dalam membentuk syakhsiyah islamiyyah atau berkepribadian Islam. Kepribadian terbentuk dari pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) yang keduanya itu terpancar dari pemahaman tentang hakikat hidup. Dengan demikian, jika ada seseorang yang kepribadiannya menyimpang atau menyalahi aturan, berarti ada yang salah dalam aqliyah dan nafsiyahnya. Ini disebabkan karena kesalahan pada prinsip hidup yang dia anut.  

Ditambah pula adanya keterpaduan tiga pilar, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara akan menjamin keberhasilan membentuk generasi yang berkualitas. 

Pertama, peran keluarga. Allah memerintahkan kita untuk memelihara keluarga dari api neraka. Sebagaimana firman-Nya, 
 
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim [66]: 6)

Keterangan ayat Al-Quran ini mengisyaratkan bahwa pendidikan dalam keluarga sangat penting, terutama pendidikan agama. Pada anak, sedari kecil seharusnya sudah ditanamkan tentang akidah islamiyyah, dan diberi pemahaman tentang konsep hidup sesuai tuntunan syariat. Maka, hal itu akan menjadikan pola pikir dan pola sikap yang benar dan membentuk kepribadian Islam dalam dirinya.  

Kedua, peran masyarakat. Harus ada kepekaan atas apa yang terjadi di sekitar kita. Pemahaman masyarakat tentang syariat Islam secara keseluruhan pun sangat penting untuk membentuk generasi yang berkualitas. 

Ketika pemahaman dan pandangan masyarakat sudah sama, maka akan terwujud suasana amar ma’ruf nahi mungkar, tidak seperti kondisi saat ini yang acuh tak acuh ketika melihat generasi yang menyalahi syariat, dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar.  

Ketiga, peran negara. Negara seharusnya menerapkan syariat Islam yang berasal dari aturan Allah Swt. Sang Pencipta. Tentu saja aturan ini akan membawa kebaikan untuk seluruh umat. Negara akan menerapkan kurikulum yang berlandaskan akidah Islamiyyah, tidak hanya cerdas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi membetuk generasi beriman dan bertakwa. Negara bertanggung jawab atas generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa.  

Sudah saatnya negara menerapkan aturan Islam secara kaffah (keseluruhan). Allah Subhanahu wata'ala berfirman: 
 
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ 

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS al-Baqarah [2]: 208).

Hanya sistem Islam yang mampu membentuk generasi berkepribadian mulia. Ketika sistem Islam diterapkan, bukan hanya kebaikan untuk generasi saja yang akan didapatkan, tetapi juga seluruh umat dalam segala aspek kehidupan.


Oleh: Mustikawati Tamher, 
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok  

SAYA INGIN PUNYA PILIHAN


Tinta Media - Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin memilih orang-orang shaleh yang cendekia,
yang peduli pada nasib rakyat, amanah saat bekerja,
dan berani menentang arus koruptif yang merajalela.

Tapi di manakah orang-orang langka itu kini berada?
Ternyata mereka tidak dicalonkan oleh partai-partai yang ada...
karena mereka bukan kader, bukan kerabat atau teman ketua,
juga tidak mampu mempersembahkan "gizi" dan "amunisi" yang diminta.
Kalaupun dicalonkan, mereka ditaruh di dapil-dapil kering merana,
yang insya Allah di situ partai akan sedikit mendulang suara.
Lantas saya harus memilih siapa?

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin memilih partai yang serius membangun bangsa,
mengedukasi rakyat tentang politik luhur tak hanya jelang pilihan raya,
mengadvokasi rakyat ketika ada yang salah pada kebijakan penguasa,
mengagregasi rakyat agar bersatu dalam bhinneka tunggal ika,
dan mengartikulasi suara rakyat yang sesuai nurani mereka.

Tapi di manakah partai-partai langka itu kini berada ?
Ternyata tidak lolos verifikasi administrasi dari KPU mereka,
karena mereka tidak ingin memenuhi beberapa prosedur secara rekayasa.
Bila terpilihpun, belum tentu mereka akan duduk di kursi singgasana,
karena ada aturan parlementary threshold dan seabreg yang lainnya.

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin memilih politisi yang paham demokrasi dengan sempurna,
agar di parlemen nanti dia tidak menciptakan hukum yang dibenci surga.
Tetapi saya ingin dengar dari mulut mereka,
janji yang serius untuk mengganti semua UU yang durhaka,
menjadi sistem yang taat pada Sang Pencipta Jagad Raya.

Tapi di manakah politisi langka itu kini berada ?
Ternyata mereka tidak mencalonkan diri di pilihan raya,
karena mereka tidak ingin mengikuti logika jumlah suara,
entah suara ulama dengan suara pelacur sama harganya,
atau suara cendekia sudah dikebiri suara para pengusaha.
Mereka juga belum melihat pemilu akan mengganti suasana,
karena tergantung juga seberapa "tersesat" kita kini tengah berada.
Mereka yang tersesat hanya akan memilih penyesat sebagai juara,
bahkan yang luruspun akan berpura-pura menjadi terperdaya ...

Sebenarnya saya tidak ingin golput Saudara!
Saya ingin ikut berjuang bersama orang-orang yang berbuat nyata!
Memperbaiki negeri dari dasarnya, bukan sekedar membangun citra!
Bukan yang mengajak orang memilih, lalu lima tahun melupakannya!

Saya takut pada hari di mana diminta pertanggungjawaban kita.
"Mengapa kau pilih dia padahal dia tidak berhukum pada Kitab-Nya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal dengan penjajah dia bermanis muka?"
"Mengapa kau pilih dia padahal umat tak pernah dibelanya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal dia tak jelas kompetensinya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal di sidang tak pernah terdengar suaranya?"
"Mengapa kau pilih dia padahal soal lancung partainya itu sudah biasa?"
Aduh kepada Tuhan nanti saya harus bilang apa?

Dan saya pun sayup-sayup mendengar juga ...
"Jangan golput, nanti "pihak sana" yang mendominasi dan berkuasa!"
"Jangan golput, itu sikap paling pengecut dan sangat tidak dewasa!"
"Jangan golput, itu perbuatan setan karena membuat pemilu sia-sia!"
Tapi saya harus memilih siapa?
Memilih dia ? Mengikuti pilihannya ?  enak saja ... :-)
Setelah terpilih dia toh akan akan berkoalisi dengan "pihak sana" ...

Lalu ada yang angkat bicara, "Kenapa tidak Anda saja calonnya?"
"Iya kenapa Anda tidak bikin partai saja, biar kita bisa pilih bersama?"
"Supaya kita juga ada pilihan dan tidak hanya bermuram-durja?"

Betul, tapi ini sebuah kompetisi yang dirancang tidak untuk kita!
Ini sebuah kompetisi untuk mengokohkan hegemoni penguasa dunia!
Ini sebuah kompetisi yang tak mungkin kita menangkan selamanya!

"Lho, belum-belum Anda sudah putus asa?"
Tidak, tetapi sejarah telah berulang kali membuktikannya !
Maka Teladan Utama kita menunjukkan jalan yang teruji bijaksana.
Yakni jalan dakwah, mengubah pribadi dan opini umum kaumnya.
Lalu merebut hati orang-orang kuat agar mendukung tanpa syarat apa-apa.
Karena tanpa perubahan opini umum, partai terbaikpun tak dapat suara.
Dan tanpa merebut hati orang kuat, kemenangan itu fatamorgana.

"Tapi jalan dakwah itu lama, bagaimana kalau besok kita sudah binasa?"
Betul, jalan dakwah itu berliku dan membosankan mayoritas kita!
Tapi ini jalan yang diwariskan para Nabi yang mulia!
Nabi Nuh telah berdakwah sembilanratus limapuluh tahun lamanya!
Nabi Muhammad menolak tawaran Quraisy untuk berkuasa,
selama itu tidak untuk menerapkan apa yang diwahyukan Rabb-nya.

Jadi, kalau ingin kami tidak golput Saudara,
jangan hujat kami dengan kata-kata yang menambah kami terluka!
Tetapi perbaikilah dan pantaskanlah calon dan partai Anda!
Tunjukkanlah keseriusan untuk meninggikan kalimat Allah azza wa jalla.
Tunjukkanlah kompetensi yang pantas dalam soal akherat dan dunia.
Dan tak perlu bermanismuka dengan penjajah siapapun wujudnya.

Insya Allah masih ada masa, dan kami  akan bersama Anda!


Oleh: Prof. Fahmi Amhar

Minggu, 17 Desember 2023

Kontradiksi Swadaya Masyarakat dan Klaim Kemajuan Signifikan




Tinta Media - Jalan merupakan fasilitas yang kenyamanannya sangat dibutuhkan masyarakat. Saat kondisi jalan baik dan aman, maka segala akses untuk memenuhi kebutuhan hidup menjadi mudah. Namun, jika kondisi jalan rusak parah, maka itu akan menjadi penghambat bagi jalannya roda kehidupan masyarakat. 

Sebagaimana kerusakan jalan Sodong-Cilame, Desa Cilame, Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung yang dikeluhkan masyarakat. Kerusakan jalan tersebut dibiarkan parah tanpa mendapatkan perhatian pemerintah setempat dan Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung. 

Jalan Sodong-Cilame merupakan satu-satunya akses jalan penghubung Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Bandung Barat (KBB), sehingga jalan tersebut senantiasa hidup dengan lalu-lalang kendaraan bermotor. Kondisi jalan rusak parah tersebut sangat mengganggu kenyamanan dan keamanan para pemilik kendaraan, begitu pun dengan para pengguna jalan. Oleh sebab itu, masyarakat setempat melakukan perbaikan jalan dengan sistem swadaya dan iuran untuk menutup jalan berlubang dengan menggunakan batu beskos.

Padahal, jalan tersebut berstatus jalan kabupaten, yang menjadi poros penyambung antara Kabupaten Bandung dan KBB. Maka, perbaikannya menjadi tanggung jawab Pemkab Bandung melalui dinas terkait. 

Namun, pemerintah desa berdalih bahwa jalan tersebut berstatus sebagai jalan kabupaten. Maka, pihaknya tidak bisa mengalokasikan anggaran untuk perbaikan jalan tersebut. Kendatipun seperti itu, masyarakat berharap kepada pemerintah provinsi atau pusat agar memberikan bantuan kepada pemerintah Kabupaten Bandung untuk memperbaiki jalan yang rusak parah.

Swadaya masyarakat dalam perbaikan jalan tentunya sangat kontradiktif dengan penjelasan tentang kemajuan signifikan yang dialami Kabupaten Bandung selama ini. Jalan adalah salah satu sarana prasarana yang sangat penting, yang menjadi penghubung antar wilayah. Jalan menjadi prasarana perputaran ekonomi suatu daerah, sehingga kenyamanan dan keamanannya sangat dibutuhkan. Bisa dibayangkan apabila kondisi jalan rusak berlubang parah, tentu hal itu akan mengancam keselamatan dan menimbulkan kecelakaan pengguna jalan.

Saat ini upaya perbaikan jalan terasa begitu lamban, bahkan sama sekali tak ada perbaikan. Seolah pemerintah tak peduli dengan keselamatan rakyat. 

Lihat saja, hanya untuk mengatasi jalan yang rusak parah, pemerintah pusat dan daerah saling tuding, meributkan siapa yang bertanggung jawab untuk mengatasi. Padahal, kita sering mendengar pengalokasian dana yang besar, tetapi tidak untuk sesuatu yang urgent.  

Swadaya masyarakat dalam memperbaiki jalan rusak ini menjadi salah satu bukti nyata bahwa kemajuan yang dimaksud hanyalah klaim semata, bukan nyata adanya. Karena itu, berharap solusi atas segala problematika yang terjadi di saat ini bagaikan jauh panggang dari api.

Inilah dunia kapitalis. Aturannya lahir dari rahim sekularisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan, sehingga pelayanan kepada masyarakat hanya dimaknai sebagai manfaat dan sesuatu yang harus ada timbal balik secara materi. Aturannya dibuat sesuka hati dengan tolok ukur untung rugi. Maka, menjadi hal yang wajar jika saat ini masyarakat menanggung beban yang teramat berat.

Namun, berbeda halnya dengan sistem Islam, sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan dengan aturan yang berasal dari Sang Pencipta alam semesta, yakni Allah Swt. Islam adalah agama sempurna yang di dalamnya mengatur aspek kepemimpinan negara. Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab untuk mengurusi urusan rakyat dan menjadi pelindung bagi mereka. 

Pemimpin dalam Islam bertanggung jawab sepenuhnya dalam memenuhi sarana dan prasarana penghubung, seperti  jalan dan jembatan. Pemimpinnya senantiasa bergerak cepat dalam merespon setiap kebutuhan warga. Jika ada wilayah atau daerah yang terkendala dana guna memenuhi kebutuhan warga, maka akan dibantu dari daerah lain yang surplus. 

Negara senantiasa menjaga  dengan ketat pengelolaan keuangan sehingga tidak ada celah dalam penyalahgunaan dana. Jika pun ada pelanggaran dalam mengemban amanah, maka negara akan memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan syariat.

Pemimpin dalam sistem Islam akan senantiasa melayani masyarakat, baik muslim ataupun nonmuslim, tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau kelompok tertentu saja. Semua mendapatkan perlakuan yang sama dan kesejahteraan yang merata. Maka jelas, hanya sistem Islamlah yang mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan umat seluruh alam. Terbukti selama 13 abad, Islam jaya menguasai dunia.

Wallahu'alam bishawaab.

Oleh: Tiktik maysaroh 
(Aktivis Muslimah Bandung)

Sabtu, 16 Desember 2023

Abu Janda Dukung Zionis Yahudi, Pengamat: Menentang Umat Islam


 
Tinta Media - Pernyataan Abu Janda yang memberi dukungan kepada zionis Yahudi dengan mengatakan, “Siapa yang mengutuk Isr4hell, terkutuklah! Siapa yang memberkati Isr4hell, terberkatilah! Dinilai Pengamat dan Pegiat Media Sosial Rizqi Awal, menentang Umat Islam dan menentang konstitusi.
 
“Ini jelas menentang umat Islam dan menentang konstitusi,” ujarnya dalam Kabar Petang: Membanting Argumen Abu Janda Soal Zionis Yahudi, Rabu (13/12/2023) di kanal Youtube Khilafah News.
 
Dikatakan menentang konstitusi karena menurut Rizqi, pada faktanya Republik Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dan mengabaikan entitas zionis Yahudi. “Jadi kalau ada pendukung entitas zionis Yahudi harusnya segera dihukum karena secara langsung mendukung penjajahan dan tentu bertentangan dengan konstitusi,” ucapnya.
 
Rizqi melihat,  Abu Janda merasa bebas terkait dukungannya terhadap zionis Yahudi, padahal tindakannya bukan sekali waktu ini saja. “Lihat saja kasus di Bitung ketika ada pengibaran bendera zionis Yahudi itu bisa berkibar dengan mudahnya di wilayah NKRI. Ini menandakan ada upaya-upaya melindungi zionis di negeri ini oleh oknum atau kelompok-kelompok tertentu,” ulasnya.
 
Rizqi berpendapat, apa yang dilakukan Abu Janda ini bisa disebut kebebasan tanpa batas yang melanggar undang-undang. “Jika pemerintah dalam hal ini aparat tidak tegas menindak bahkan tidak menyetop para buzer zionis, maka tingkat eskalasi tindakan para buzer akan semakin meningkat,” imbuhnya.
 
Ia menegaskan ketika seseorang melakukan dukungan bahkan ada upaya-upaya melakukan provokasi secara nyata maka itu sudah termasuk ke dalam kejahatan yang nyata.
 
“Tindakan itu juga jelas bertentangan dengan hukum Islam dan aturan yang dipakai oleh Indonesia kita tercinta. Saya berharap tidak ada lagi buzer-buzer zionis Yahudi yang berkeliaran di muka bumi,” pungkasnya.[] Erlina  

UIY: Orang-Orang Rohingya Terpaksa Pergi karena Menanggung Kezaliman Luar Biasa


 
Tinta Media - Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto (UIY)  menilai, orang-orang Rohingya adalah orang-orang tertindas yang terpaksa pergi dari tempat asalnya karena menanggung kezaliman yang luar biasa demi menyelamatkan agama (Islam) dari fitnah.
 
“Mereka orang-orang Rohingya terpaksa pergi dari kediamannya karena menanggung kezaliman yang luar biasa dari rezim Aung San Suu Kyi demi menjaga agama (Islam) dari fitnah,” ucapnya dalam Focus To The Point: Stop Narasi Kebencian Terhadap Muslim Rohingya! Di kanal Youtube UIY Official, Kamis (14/12/2023).
 
UIY membeberkan, bentuk kezaliman yang diterima sangat banyak seperti dibakar rumahnya, muslimahnya dipaksa melepas kerudung, saat berpuasa dipaksa berbuka, dan banyak lagi sehingga harus pergi dari wilayah asalnya.
 
“Ini sesuai tuntunan agama bahwa kalau kita dizalimi maka harus mempertahankan jiwa, harta, dan utamanya adalah agama. Jadi bisa dikatakan mereka semacam hijrah dalam suasana ketertindasan yang luar biasa,” tuturnya prihatin.
 
Orang-orang Rohingya menurut UIY, sebenarnya berusaha untuk kembali ke tempat asal moyangnya dulu di Bangladesh namun ditolak, kemudian ke Thailand juga ditolak, dan akhirnya diterima di Aceh.
 
“Ketika mereka sampai di Aceh pun sebenarnya sempat ditolak tapi kemudian pada waktu itu tahun 2014-an, wakil presiden Yusuf Kalla mengatakan untuk menerima mereka meskipun untuk sementara,” ungkapnya.
 
Saat timbul banyak permasalahan ketika mengungsi di Aceh, UIY menandaskan penting untuk mendudukkan kembali persoalan ini adalah bagaimana kita menolong saudara yang sedang tertindas.
 
“Ini harus menjadi bagian dari ciri seorang muslim yang bersaudara dengan muslim yang lain di antaranya, bahwa kita harus menolong mereka yang terzalimi dan mencukupi kebutuhannya,” paparnya.
 
UIY menambahkan, perlu treatment atau perlakuan tambahan kepada mereka yaitu mereka harus dibina dan dididik agar tumbuh rasa syukur dan berterima kasih ketika mendapatkan pertolongan setelah mengalami penderitaan yang luar biasa.
 
“Pembinaan ini penting untuk memunculkan sikap, adab, dan akhlak yang baik di tengah kesulitan. Selain itu juga untuk menumbuhkan rasa qonaah bahwa bantuan yang diberikan ya sesuai dengan kemampuan yang membantu,” ulasnya.
 
UIY menegaskan bahwa kezaliman terhadap kaum muslimin di Burma menunjukkan kelemahan atau ketidakberdayaan umat Islam menolong saudara sesama muslim karena tidak memiliki junnah atau pelindung.
 
“Inilah yang terjadi ketika umat Islam tidak memiliki pelindung. Jadi mestinya ini semua membawa kita kepada kesadaran pentingnya kembali hadir al-junnah yang tak lain adalah imam, amirul mukminin, atau khalifah,” pungkasnya.[] Erlina
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab