Tinta Media

Jumat, 15 Desember 2023

MEMBACA KEMENANGAN PALESTINA DENGAN SUDUT PANDANG SEJARAH



Tinta Media - Awal mula permasalahan pendudukan atas Palestina bermula dari sejak kaun zionis ingin mewujudkan pendirian rumah nasional pada tahun 1896 dalam beku Der Judenstaat (The Jewish State) karya Dr. Theodore Hertzl. Rencana pendirian Haykal Solomon di Bayt suci, Masjidil Aqsha saat mereka melangsungkan kongres Zionisme Internasional di Bazel, Swiss pada 29-31 Agustus 1897.

Keinginan menguasai Palestina terwujud sejak David ben Gurion memproklamirkan berdirinya negara israel pada 14 Mei 1948 dan Presiden Zionisme Internasional Chaim Weizmann diangkat sebagai presiden Israel pertama. Israel sendiri adalah gelar Nabi Ya’qub artinya hamba yang sangat taat kepada Allah, bani israel adalah anak cucu keturunan Ya’qub yang berjumlah 12 dari 4 istri.

Sejak itulah warga israel yang terpencar (diaspora) berbondong kembali ke tanah Palestina dengan melakukan perampasan, pengusiran dan bahkan pembunuhan atas warga Palestina. Istilah israel dilihat dari makna istilah maka tidaklah tepat disematkan kepada kaum yahudi hari ini, mereka lebih tepat disebut sebagai kaun zionis penjajah Palestina. Zionis adalah musuh Allah dan RasulNya.

Setiap Nabi memiliki musuh, sebagaimana ditegaskan oleh Allah : Demikianlah (sebagaimana Kami menjadikan bagimu musuh) Kami telah menjadikan (pula) bagi setiap nabi musuh yang terdiri atas setan-setan (berupa) manusia dan jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Seandainya Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya. Maka, tinggalkan mereka bersama apa yang mereka ada-adakan (kebohongan) (QS. Al-An'am : 112). (Setan-setan itu saling membisikkan perkataan yang indah juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman pada akhirat tertarik pada bisikan itu serta menyenanginya, dan agar mereka melakukan apa yang biasa mereka (setan-setan itu) lakukan (QS. Al An’am : 113).

Ada beberapa keburukan dan kejahatan zionis yahudi, Pertama, hobbinya mengkhianati perjanjian : "Patutkah (mereka mengingkar ayat-ayat Allah) dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkan janji tersebut? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman." (TQS al-Baqarah [2]: 100).

Di masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka mengkhianati Piagam Madinah untuk tidak saling menyerang. Mereka malah bersekutu dengan kaum musyrik Quraisy pada Perang Ahzab. Mereka berusaha menusuk kaum Muslim dari belakang.Pada masa kini, Yahudi zionis terbukti berkali-kali menyatakan gencatan senjata di Palestina. Namun, berkali-kali pula mereka melanggar perjanjian tersebut.

Kedua, membunuh para nabi : "Sungguh Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil. Kami pun telah mengutus para rasul kepada mereka. Namun, setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, maka sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan, dan sebagian lainnya mereka bunuh." (TQS al-Maidah [5]: 70).

Di antara utusan Allah yang mereka bunuh adalah Nabi Zakaria as. dan Nabi Yahya as. Adapun Nabi Isa as. diselamatkan oleh Allah dari upaya pembunuhan oleh kaum Bani Israil. Allah subhanahu wa ta'ala juga  menyelamatkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam  dari sejumlah upaya pembunuhan yang dilakukan orang-orang Yahudi, yang dilakukan Amar bin Jahsiy.

Ketiga, kaum yahudi adalah bangsa yang paling keras permusuhan dan kebenciannya terhadap Islam dan kaum muslim : "Tidak akan pernah ridha kepada kamu (Muhammad) kaum Yahudi dan Nasrani sampai kamu mengikuti agama mereka." (TQS al-Baqarah [2]: 120). "Sungguh kamu akan mendapati manusia yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah kaum Yahudi dan orang-orang musyrik." (TQS al-Maidah [5]: 82).

Kaum Yahudi menampakkan permusuhan dan kebenciannya pada masa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Begitu bencinya terhadap umat Muslim, Yahudi Bani Qainuqa' pernah melecehkan seorang Muslimah. Mereka membunuh pedagang Muslim yang membela Muslimah tersebut. Kelompok Yahudi lain, yakni Yahudi Bani Nadhir, pernah berusaha membunuh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akhirnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabat memerangi dan mengusir mereka dari Madinah.

Bumi Palestina sudah ada sejak cucu Nabi Nuh bernama Kan’an, bahkan istilah gaza sudah dikenal sejak sekitar tahun 2340 SM. Data ini untuk membantah klaim soal bumi yang dijanjikan, klaim ini adalah sebuah kedustaan kaum zionis.  Lantas pada tahun 1921 SM, Nabi Ibrahim berpindah dari Babilonia ke tanah Palestina sebagai kiblat kedua (masjidil aqsho) setelah ka’bah. Palestina adalah bumi yang disucikan oleh umat Islam sejak awal, bahkan sejak Yahudi belum ada di dunia.

Bumi Palestina adalah bumi yang diberkahi Allah, sebagaimana firmanNya : Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (QS Al Isra’ : 1).

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri (Mekah) yang aman ini (QS At Tiin : 1-3) . Palestina tidak mungkin ditundukkan zionis yahudi, sebab akan selalu dijaga oleh Allah, sebab Palestina adalah bumi para Nabi Allah.

Tiga tokoh dalam sejarah yang membela dan menjaga Palestina, pertama, Umar Bin Khattab (637 M) merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam sejarah Islam, sekaligus pahlawan perjuangan masyarakat Islam. Salah satu bentuk perjuangan dari Umar bin Khattab adalah misi pembebasan Palestina dan Yerusalem dari cengkeraman Romawi. Kala itu, Palestina berada dibawah tekanan bangsa Romawi selama ribuan tahun.

Kedua, Shalahuddin Al-Ayyubi (1187 M) penaklukan Yerusalem dengan strategi yang digunakan Umar yakni mengirim jenderal dan pasukan, menyerang gerbang kota, dan pengepungan. Usai pertempuran tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menawan ratusan prajurit Salib. Pimpinan mereka, Raja Latin Yerusalem Guy Lusignan dan Pangeran Antiokhia Raynald Chatillon, juga ikut ditangkap.

Ketiga, Sultan Abdul Hamid II. Sejak zaman Kesultanan Turki Utsmani, bangsa Israel sudah berusaha tinggal di tanah Palestina. Kaum zionis itu menggunakan segala macam cara, intrik, maupun kekuatan uang dan politiknya untuk merebut tanah Palestina.

Di masa Sultan Abdul Hamid II, niat jahat kaum Yahudi itu begitu terasa. Kala itu, Palestina masih menjadi wilayah kekhalifahan Turki Utsmani. Sebagaimana dikisahkan dalam buku Catatan Harian Sultan Abdul Hamid II karya Muhammad Harb, berbagai langkah dan strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding Kesultanan Turki Utsmani, agar mereka dapat memasuki Palestina.

Pertama, pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan dengan ucapan ''Pemerintan Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina''. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.

Kedua, Theodor Hertzl, Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di al-Quds. Permohonan itu dijawab sultan, ''Sesungguhnya Daulah Utsmani ini adalah milik rakyatnya. Mereka tidak akan menyetujui permintaan itu. Sebab itu simpanlah kekayaan kalian itu dalam kantong kalian sendiri''.

Sejarah itu berjalan secara siklikal, namun umat Islam harus melangkah secara progresif. Hal ini ditegaskan oleh Allah : Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim (QS Ali Imran : 140)

“Adalah Kenabian (nubuwwah) itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. 

Kemudian akan ada Kekuasaan yang menggigit (Mulkan ‘Aadhdhon), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia berkehendak mengangkatnya. 

Kemudian akan ada Kekuasaan yang memaksa (diktator) (Mulkan Jabariyah), yang ada atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.” (Musnad Ahmad, Juz IV, hlm, 273, nomor hadits 18.430. Hadits ini dinilai hasan oleh Nashiruddin Al Albani, Silsilah Al Ahadits Al Shahihah, 1/8; dinilai hasan pula oleh Syaikh Syu’aib Al Arna’uth, dalam Musnad Ahmad bi Hukm Al Arna’uth, Juz 4 no hadits 18.430; dan dinilai shahih oleh Al Hafizh Al ‘Iraqi dalam Mahajjah Al Qurab fi Mahabbah Al ‘Arab, 2/17).

Hasil perang Palestina Israel membuktikan banyak hal, diantaranya adalah : Pasukan musuh terbunuh lebih dari 2500 orang dan pasukan Hamas berhasil menawan lebih dari 250 orang tawanan, di antaranya perwira pangkat tinggi. Pengusiran lebih dari setengah juta pemukim illegal. Terbongkarnya informasi penting tentang Mossad. Hamas yang memulai peperangan, bukan mereka. Mematahkan klaim pasukan musuh yang menyatakan bahwa mereka sangat kuat tanpa tandingan.

Hasil lain adalah Mematahkan peradaban barat yang mengklaim bahwa peradaban mereka sangat manusiawi. Menggagalkan strategi normalisasi (hubungan dengan zionis israhell) dan mematahkan apa yang disebut sebagai Abrahamisme. Menggagalkan strategi yang disebut Kesepakatan Abad Ini dan pengusiran warga Gaza. Mematahkan klaim Negara Yahudi dan mengungkapkan kerapuhan klaim keterikatan dengan hal tersebut.

Berikutnya adalah meruntuhkan kesatuan internal musuh dan menimbulkan keretakan besar di antara mereka. Meruntuhkan struktur sistem informasi zionis. Mengembalikan isu Palestina ke posisi pentingnya di tengah umat. Menghidupkan semangat jihad di setiap umat. Menciptakan kesatuan rasa di tengah-tengah umat. Menunjukkan sikap kemanusiaan umat Islam dalam memperlakukan tawanan dan narapidana. Memulihkan harapan akan kebebasan/kemerdekaan di antara para tahanan Palestina di penjara-penjara penjajah.

Terakhir adalah memulihkan harapan para diaspora Palestina akan kembalinya mereka segera (ke tanah airnya). Memulihkan harapan bagi masyarakat Islam dan Arab. Menghidupkan kembali keyakinan terhadap janji Allah tentang kehancuran entitas (teroris yahudi zionis Israhell) tersebut dan pembebasan Al-Aqsa.

Kesimpulannya adalah firman Allah : Katakanlah, “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap (QS Al Isra : 81). Mereka melakukan makar (tipu daya), dan Allah membalas makar (tipu daya) mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya Pembalas makar (tipu daya) (QS Ali Imran : 54). “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (QS An Nashr : 1-3).

(Ahmad Sastra, Kota Hujan, 02/12/23 : 12.30 WIB)

Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa

FKU Yogyakarta: Khilafah Solusi Syar'i atas Penderitaan Muslim Palestina


 
Tinta Media - Al-Habib Muhammad Nahl Al-Atthas dari Forum Komunikasi Ulama (FKU) Aswaja Daerah Istimewa Yogyakarta mengutarakan bahwa Khilafah adalah solusi syar'i atas penderitaan Muslim Palestina.
 
"Khilafah adalah solusi syar'i dalam menjawab penderitaan yang dialami muslim Palestina akibat penjajahan yang dilakukan oleh entitas Zionis-Yahudi," tuturnya dalam Multaqo Ulama Aswaja Daerah Istimewa Yogyakarta, Ahad (10/12/2023) di kanal Youtube FKU Aswaja Channel.
 
Menurutnya, kaum Muslim tidak bisa berharap pada PBB, karena hari ini PBB hanya diam. "Pada saat yang sama penguasa negeri-negeri Muslim terbelenggu dengan ikatan ashobiyah nasionalisme," ujarnya.
 
Hal ini, lanjutnya, membuktikan bahwa penguasa negeri-negeri Muslim telah berkhianat dengan perjuangan Umat Islam, terlebih lagi dengan adanya upaya untuk mengadakan normalisasi hubungan dengan Entitas Zionis-Yahudi.
 
"Kaum Muslim hanya bisa berharap dengan Khilafah, karena hanya Khilafah lah yang akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme, menyatukan negeri-negeri Islam dan mengusir penjajah dari dunia Islam," terangnya.
 
Dua Hal
 
Para kiai dan ulama juga menyampaikan seruan kepada kaum Muslimin untuk melaksanakan dua hal.

“Pertama, penyelesaian problem Palestina secara syar'i hanya bisa dilakukan dengan jihad, yaitu dengan mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi siapapun yang memerangi kaum Muslimin," tukasnya.
 
Kedua, sebutnya, dengan meningkatkan daya dan upaya untuk mengangkat seorang imam atau Khalifah, yang akan menyatukan kaum muslimin dan negeri-negeri muslim.
 
"Serta menghilangkan sekat-sekat nasionalisme dan memerintahkan untuk jihad fisabilillah dalam membebaskan negeri-negeri Muslim yang terjajah," tandasnya.[]Ajira.
 
 

Geger! Empat Bocah Dibunuh Ayah Kandungnya, Negara Punya Andil Menyelesaikan

Tinta Media – Empat bocah yang ditemukan tewas berjejer di atas tempat tidur, bikin geger warga Jalan Kebagusan Raya RT 004 RW 03, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Rabu (6/12/2023) pukul 14.45 WIB. 

Keempat anak yang tewas itu adalah anak perempuan berinisial VA (6), anak perempuan berinisial S (4), anak laki-laki berinisial Ar (3) dan anak laki-laki berinisial As (1). Keempatnya dibunuh oleh ayah kandungnya sendiri karena cemburu pada istrinya. 

Mengapa hal ini bisa terjadi? Kok tega banget, ada ayah membunuh buah hati yang seharusnya dilindunginya. Bagaimana Islam memandang masalah ini?

Jurnalis Tinta Media R Raraswati mewawancarai Pemerhati Anak dan Keluarga Dra. (Psi) Zulia Ilmawati. Berikut petikannya.
 
1. Pembunuhan 4 anak di Jagakarsa dilakukan oleh ayahnya sendiri (P). Bagaimana tanggapan Ustazah? 

Perbuatan biadab, lepas dari berbagai latar belakang masalahnya, membunuh adalah perbuatan keji. Terlebih membunuh anak kandung sendiri, empat sekaligus pula.  

2. Menurut Ustadzah, apa maksud dari tulisan “Puas Bunda Tx for all”?

Jika melihat dari perkembangan kasus, terungkap ayah melakukan pembunuhan pada 4 anaknya karena perasaan cemburu pada istrinya. Meski apa yang melatarbelakangi rasa cemburu suami belum diketahui secara pasti. 

Tulisan itu bisa jadi semacam luapan kemarahan yang diungkapkan ke istri, dengan menghabisi nyawa anak-anaknya dan juga dirinya yang memang merencanakan juga untuk bunuh diri, dalam pandangan pelaku (suami) dengan lenyapnya mereka dari dunia akan memberikan kebebasan buat istri. 

3. Menurut tetangganya, ada pertengkaran suami istri dan diduga masalah ekonomi. Mungkinkah ini ada kaitannya dengan pembunuhan 4 anak tersebut?

Bisa jadi.

4. Akhir-akhir ini, banyak terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh orang terdekat. Menurut Ustadzah, apa penyebabnya? 

Faktor internal individu pelaku (rapuh, emosional, dan sebagainya) dan faktor eksternal yang bisa datang dari berbagai sebab, misalnya faktor ekonomi, percekcokan suami istri, dan sebagainya.  

5. Ketika ada masalah dalam sebuah keluarga, bolehkah orang lain (masyarakat sekitar bahkan negara) ikut campur menyelesaikannya? 

Tergantung dari persoalan dan sebabnya apa. Ada mekanisme di dalam menyelesaikan persoalan rumah tangga di dalam Islam. 

Pertama tentu diselesaikan dulu oleh intern (suami dan istri), jika tidak ditemukan solusi, bisa melibatkan orang ketiga (keluarga) atau orang yang dipercaya mampu memberikan bantuan menyelesaikan masalah. Jika penyebab masalah terkait dengan masalah eksternal, tentu negara juga punya andil untuk terlibat dalam menyelesaikan.    

6. Bagaimana peran masyarakat sekitar ketika ada suatu keluarga yang sedang memiliki masalah, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali? 

Pengawasan Masyarakat (kontrol sosial) terhadap berbagai persoalan individu dan keluarga dapat memudahkan penyelesaian masalah, agar tak sampai berlarut-larut. 

Satu hal juga yang sangat penting dalam hal ini adalah terbentuknya masyarakat yang memiliki satu pemikiran, perasaan dan aturan yang sama, sehingga akan sama pula ketika memandang sebuah masalah. Dalam kehidupan masyarakat sekarang ini tak ada standar kehidupan yang shahih, memandang masalah saja tidak sama apa lagi memecahkan dan mencari solusinya. 

7. Dalam Islam, apa peran negara dalam mengatasi masalah keluarga? 

Negara memiliki peranan penting dalam mengurusi persoalan umat. Memfasilitasi kebutuhan dasar (ekonomi) yang terkadang ini juga menjadi sebab munculnya persoalan keluarga. Negara juga punya peranan penting dalam menjaga akidah umat, kehidupan dan perilaku individu agar terkondisi dan selalu terikat dengan hukum syara’. 

Penjagaan akidah ini menjadi hal yang sangat penting, negara tak hanya menjaga agar rakyatnya terikat dengan hukum syara’, tapi juga dengan menerapkan aturan-aturan Islam. 

Dalam masalah menjaga nyawa manusia, negara akan memberikan hukuman yang setimpal bagi pembunuh. Ini hanya bisa dilakukan jika negara menerapkan syariat Islam secara kaffah. Dengan penerapan hukum ini, seseorang akan berpikir panjang ketika akan melakukan pembunuhan. 

8. Bagaimana Islam memberi solusi terhadap kasus semacam ini? 

Sebagai sebuah ideologi, Islam memiliki aturan lengkap untuk mengatur kehidupan individu, keluarga, masyarakat bahkan negara. Begitu pula memberikan solusi terkait dengan segala masalah baik pribadi, masyarakat, maupun negara. Yang membedakan aturan Islam dan selain Islam adalah pada landasannya. 

Dalam Islam bagaimana tatanan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dilandaskan pada aqidah Islam yang dibuat untuk mewujudkan misi penciptaan manusia sebagai hamba Allah untuk beribadah. Maka solusi Islam terkait soal ini adalah dengan menerapkan Islam secara kaffah pada level individu, masyarakat dan negara.[]

 

Kacamata Nasionalisme, IJM: Keberadaan Pengungsi Rohingya Dianggap Masalah



Tinta Media - Peneliti Indonesia Justice Monitor (IJM) Luthfi Affandi menilai, sudut pandang nasionalisme menyebabkan keberadaan pengungsi Rohingya sebagai masalah.

“Keberadaan pengungsi ini apakah akan menimbulkan masalah baru atau tidak, sebenarnya tergantung bagaimana cara kita memandang. Jika kita melihat dengan kacamata nasionalisme, yakni bahwa orang Rohingya bukan warga negara Indonesia, tentu dianggap menimbulkan masalah,” ungkapnya dalam rubrik Kabar Petang: Pemerintah Harus Simak! Ini Cara Atasi Gelombang Pengungsi Rohingya di kanal Youtube Khilafah News pada Senin (11/12/2023).

Menurut Luthfi, bila dilihat dari sudut pandang nasionalisme maka keberadaan pengungsi Rohingya akan dianggap sebagai orang asing dan menimbulkan masalah karena mereka tidak punya tempat tinggal di Indonesia.

“Siapa yang menjamin pemenuhan dasar mereka? Karena mereka tidak memiliki pekerjaan. Kemudian bagaimana kebutuhan-kebutuhan dasarnya? Dari mana anggaran untuk itu semuanya? Pasti tidak akan ada pos anggaran. Belum lagi potensi konflik dengan penduduk setempat,” jelasnya.

Akibatnya, ungkap Luthfi, banyak yang nyinyir dengan para pengungsi Rohingya. Misalnya, mereka ingin dilayani atau ingin dikasih makan dan seterusnya. Bahkan kini, belum sampai mereka di pantai sudah ditolak dan diminta agar mereka segera kembali ke negaranya. Mengapa? Karena belum terbayang bagaimana menyelesaikan masalah mereka. Pemerintah dan masyarakat secara umum masih memandang persoalan Rohingya bukan permasalahan orang Indonesia.

“Komitmen pemerintah Indonesia atau masyarakat secara keseluruhan terhalang oleh sekat dan doktrin nasionalisme. Jadi sekat dan doktrin nasionalisme di dunia Islam sangat betul-betul nyata membuat Indonesia dan negeri muslim lain tidak memberikan tempat. Sekat-sekat negara bangsa ini yang telah betul-betul menjadi tembok besar yang menghalangi Indonesia, negeri-negeri muslim dan masyarakat kaum muslimin untuk menolong mereka,” paparnya. 

Oleh karenanya, rezim nasionalis akan memandang manusia jika mereka terdaftar secara administratif sebagai warga negara dan sebaliknya.
 
“Jika bukan warga negara dalam konteks nasionalisme, mereka tidak akan pernah mendapatkan hak sebagaimana halnya manusia. Misalnya hak hidup, hak tempat tinggal,” pungkasnya.[] Yung Eko Utomo

Utang Luar Negeri Warisan Jokowi Tinggi, IJM: Ini Sangat Berbahaya!



Tinta Media - Menyoroti tingginya utang luar negeri Pemerintah Republik Indonesia (RI) selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana mengingatkan, agar negara ini berhati-hati karena sangat berbahaya. 

"Waspadalah! Hati-hati dengan utang luar negeri. Ini sangat-sangat Berbahaya!" ujarnya dalam program Aspirasi: Meroket Tinggiiii... Utangnya? Di kanal YouTube Justice Monitor Kamis (14/12/2023). 

Agung menyampaikan, Ekonom dari Bright Institute Awalil Rizki memperkirakan bahwa jumlah utang Pemerintah RI yang akan diwariskan saat Jokowi lengser Oktober nanti nyaris menyentuh angka Rp9.000 triliun. 

"Dengan penambahan utang yang terus terjadi setiap tahunnya, utang Pemerintah pada 2024 akan mencapai Rp8.900 triliun, mendekati Rp9.000 triliun," ucapnya. 

Berkaitan dengan utang luar negeri untuk pendanaan proyek, Agung pun menilai, hal itu adalah cara paling berbahaya terhadap eksistensi negara miskin dan berkembang. 

"Utang merupakan jalan menjajah suatu negara. Utang luar negeri berpotensi menghasilkan kerugian dan bertambahnya kemiskinan pada negara yang berutang, walaupun utang tersebut digunakan untuk pembiayaan produktif," ungkapnya. 

Ia juga menegaskan, utang suatu negara terhadap pihak lain berbeda kedudukannya dengan utang piutang antar warga. 

Belum lagi, kata Agung, jika utang negara tersebut sangat besar dan harus dibayar terus-menerus bunganya sebelum pokoknya dilunasi. 

"Secara hukum ini adalah dosa besar dan membahayakan umat manusia, khususnya kaum Muslimin," tegasnya. 

Maka Agung memandang, cara pembiayaan yang demikian sangat berbahaya. 

Pada utang jangka pendek dampaknya, jelas Agung adalah kekacauan monoter ketika jatuh tempo masa pelunasan. 

"Mata uang negara yang berutang akan 'diserang', sehingga anjlok dan gagal melunasi," ungkapnya lagi. 

Sedangkan utang jangka panjang, sambung Agung, negara donor bersikap toleran saat pelunasan hingga utang menjadi menumpuk. 

"Sehingga APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang berutang pun menjadi kacau. Akibatnya, harus dilunasi dengan berbagai aset negara dan harus menerima didikte oleh negara atau lembaga pemberi hutang," terangnya. 

Ia pun memungkasi bahwa Negeri ini perlu sistem pengganti yang baik. "Tanpa pajak dan tanpa utang," tutupnya mengakhiri. [] Muhar
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab