Tinta Media: OPM
Tampilkan postingan dengan label OPM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPM. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 April 2024

PKAD: Senjata Kapitalis dalam Konflik Papua adalah HAM

Tinta Media - Analisis Senior Pusat Analisis Kajian Data (PKAD) Dr. Agus Kiswantono menuturkan senjata yang paling terdepan yang dilakukan oleh negeri-negeri kapitalis penjajah itu adalah HAM.

"Senjata yang paling terdepan yang dilakukan oleh negeri-negeri kapitalis penjajah itu adalah manakala mereka punya kepentingan dan mereka ada ketidakberdayaan, itu adalah yang diajukan. Itu adalah senjata HAM," ujarnya dalam Kabar Petang Menumpas OPM dan Sayap-sayap Politiknya di kanal Youtube Khilafah News, Senin (15/4/2024).

"Sementara manakala kita sebagai warga asli yang punya hak untuk mengatur wilayah kita, maka yang mayoritas itu akan dituduh melakukan pelanggaran HAM," tegasnya.

Menurutnya, sejak dulu kalau kepentingan kapitalis lemah, maka HAM itu akan dikedepankan, tapi kalau kepentingan kapitalis kuat maka arogansi yang akan ditampilkan.

"Jadi ini sangat basis sekali. Jadi yang dilakukan oleh Amerika yang kemarin, Amerika di Israel seperti itu. Jadi kalau mereka kuat, itu arogan. Mereka lemah, maka HAM itu akan dikedepankan, seperti itulah dinamika negara-negara penjajah dan itu sangat terasa di Papua," ungkapnya.

Agus bersyukur karena Allah memberikan  keluasan potensi sumber alam mineral yang sangat luar biasa dalam bentuk emas di Papua.

Agus menilai ini sebenarnya sangat luar biasa kontradiktif sebetulnya, kekayaan sangat luar biasa pasti akan menjadi magnet atau akan menjadi satu barometer negara-negara lain untuk melakukan pencaplokan.

"TNI dengan beragam infrastruktur yang ada pasti paham, untuk melakukan tindakan yang terstruktur, yang terukur untuk melakukan penanganan dan pengamanan wilayah Papua tersebut dengan memberikan sanksi yang tegas kepada OPM," pungkasnya.[] Muhammad Nur

Kamis, 25 April 2024

Analis: Negara Harus Mandiri dan Ofensif Hadapi OPM

Tinta Media - Analis Senior Pusat Analisis Kajian Data (PKAD) Dr. Agus Kiswantono menilai negara ini harusnya mampu mandiri dan bisa menentukan penyikapan secara ofensif bukan defensif dalam menghadapi serangan-serangan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

"Kita (negara) ini harusnya mampu mandiri dan bisa menentukan penyikapan secara ofensif, bukan defensif terkait dengan serangan-serangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) tersebut," ujarnya dalam Kabar Petang Menumpas OPM dan Sayap-Sayap Politiknya di kanal Youtube Khilafah News, Senin (15/4/2024).

Kalau ofensif ujarnya, maka ini menandakan akan memberikan suatu penegasan bahwa negara ini tidak diatur oleh aturan-aturan dari intervensi negara-negara lain.

"Ini adalah wilayah Indonesia. Ini adalah wilayah yang otoritatifnya itu atau kewenangannya itu masuk kewenangan dari Indonesia," tegasnya.

Oleh karena itu, menurut Agus, sikap tegas ini akan merepresentasikan berarti Indonesia itu punya kemandirian untuk mengatasi sekelompok kecil organisasi.

Kalau itu sudah seperti ini, OPM dipersenjatai itu jadi tanda-tanya besar ungkapnya, padahal itu adalah jauh sekali dari kekuatan militer, namanya juga ini organisasi teroris yang berarti itu kan pendekatannya Extraordinary.
Extraordinary itu berarti harus diprioritaskan betul, bukan berarti ini suatu yang sulit.

Menurut Agus, ada kekuatan yang menyebabkan  penghalang militer untuk melakukan tindakan atau memberi sanksi atau memberi penalti kepada OPM yang sudah bertindak melebihi.

"Sehingga di sini perlu sikap yang tegas perlu sanksi yang yang diberikan kepada  sekelompok orang atau segerombolan orang yang itu notabenenya melakukan perongrongan baik itu secara kekuatan maupun secara keamanan yang itu di wilayah Papua," pungkasnya. [] Muhammad Nur

Jumat, 08 Desember 2023

Taring Pemerintah RI Dipertanyakan dalam Menghadapi Gerakan Sparatisme OPM



Tinta Media - Taring Pemerintah Republik Indonesia (RI) dipertanyakan publik dalam menghadapi gerakan separatisme Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Hal tersebut dikemukakan oleh Direktur Indonesia Justice Monitor Agung Wisnuwardana dalam program Aspirasi: Bendera KKB Berkibar di Tanah Jawa, Massa Gaungkan 'Papua Merdeka', Emang Boleh? di kanal YouTube Indonesia Justice Monitor, Kamis (7/12/2023).

"Berkibarnya bendera OPM (di Yogyakarta) membuat publik bertanya-tanya, apakah penguasa saat ini tak bertaring di hadapan gerakan separatisme?" ucapnya.

Agung melanjutkan, OPM yang disebut oleh Pemerintah sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), kini terus berjuang berupaya memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) demi meraih kemerdekaannya.

"Bahkan riak-riak kecil sudah mulai menjalar ke beberapa daerah lainnya. Hingga akhirnya, 3 tahun yang lalu Benny Wenda berani mengumumkan berdirinya Negara Papua Barat," ungkapnya.

Menurut Agung, secara historis gerakan separatisme OPM masih memiliki pengaruh kultural dan politik domestik, juga  internasional.

"Gerakan Papua Merdeka semakin hari bukan semakin menyusut, justru semakin bersemangat dan militan untuk merdeka," herannya merasa ada yang aneh.

Agung lantas menyinggung sikap Pemerintah RI yang nampak berbeda terhadap perjuangan penegakan syariah Islam di Indonesia.

"Apakah taring penguasa baru akan keluar ketika berhadapan dengan pejuang Islam yang berupaya berjuang untuk menegakkan dan menerapkan syariah Islam di negeri ini?" sindirnya memungkasi.

Sebelumnya, viral potongan video aksi pengibaran 5 bendera OPM oleh Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) yang diduga dalam rangka Memperingati 62 tahun Kemerdekaan Bangsa West Papua. 

Akun instagram gubukfilsafat yang mengunggah video tersebut menjelaskan, aksi digelar di sepanjang Nol Kilometer hingga Asrama Papua Kamasan I, Yogyakarta pada Jumat, (1/12/2023).

Tak hanya itu, tampak dalam video, ratusan massa peserta aksi yang berjalan kaki juga begitu bersemangat meneriakan yel-yel nyanyian khas OPM yang menolak bendera Merah Putih.

“Papua bukan Merah Putih, Papua bukan Merah Putih. Papua Bintang Kejora, Bintang Kejora,” teriak massa, seperti dikutip dari akun tersebut, Senin (4/12/2023). [] Muhar

Senin, 01 Mei 2023

IJM: Status Siaga Tempur Darat TNI Hadapi KKB Papua Setengah Hati

Tinta Media - Peningkatan status di Papua menjadi siaga tempur oleh Panglima TNI Laksamana Yudho Margono setelah terjadinya serangan dari kelompok kriminal bersenjata atau KKB yang menewaskan seorang prajurit TNI dinilai Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnu Wardhana masih setengah hati karena pragmatisme elit politik.

“Secara technically siaga tempur darat yang dilakukan oleh Pak Yudho Margono menurut saya pribadi sudah tepat, tapi masalahnya TNI menjadi setengah hati karena pragmatisme dari elit politik negeri ini, khawatir Amerika dan Inggris membawa masalah ini menjadi kasus HAM internasional sehingga menyebabkan Papua bisa lepas,” ungkapnya dalam dalam Kabar Petang: Ganyang KKB di Papua! melalui kanal Youtube Khilafah News Channel, Selasa (25/04/2023).

Menurut Agung, ketika status wilayahnya sudah siaga tempur darat, seharusnya didukung dengan tambahan anggaran, pasukan, peralatan tempur dan lain sebagainya. Tapi beberapa pihak elit politik kurang mendukung, malah melakukan pendekatan-pendekatan humanis dan lobi-lobi.

“Pak Jokowi mendekati Egianus Kogoya, berharap ada pendekatan-pendekatan humanis ada lobi-lobi, itu tidak berguna. Karena yang mereka minta, masalah Papua setelah membara, masuk ke meja perundingan, berarti membawa kasus Papua ini pada ranah internasional dan menjadikan PBB sebagai penengah. Kalau PBB jadi penengah maka Indonesia berpeluang kalah sangat besar, karena kita tahu bahwa di belakang layarnya ada kekuatan asing yang punya kedekatan dengan PBB, ditambah lingkup cara berpikir PBB dan dunia hari ini dengan pendekatan HAM, Indonesia akan kejebak,” tuturnya.

Menurutnya, penyelesaian masalah Papua secara komprehensif adalah dengan menghentikan seluruh campur tangan asing, mengusir semua kekuatan negara imperialis yang bercokol di Papua dan segera membangun Papua secara serius dalam segala bidang kehidupan.

“Penyelesaian masalah Papua secara komprehensif, poin dasarnya adalah pertama, menghentikan seluruh campur tangan asing termasuk campur tangan dari mereka-mereka yang men-support Papua merdeka juga mengultimatum mereka yang ingin membawa kasus Papua ini pada konteks internasional. Kedua, mengusir semua kekuatan negara imperialis yang bercokol di Papua, baik dalam bentuk perusahaan, kekuatan politik maupun jurnalis. Ketiga, segera membangun Papua secara serius dalam pelayanan kesehatan, pendidikan, infrastruktur, kesejahteraan dan peradabannya, tapi bukan dengan pendekatan otonomi khusus yang seperti sekarang ini,” jelasnya.

Agung menegaskan, hanya dengan Khilafah Islamiyah yang menerapkan Islam secara kaffah di negeri Papua dan negeri Islam lainnya, maka keberanian untuk melawan, mengusir semua kekuatan asing dari bumi Papua dan kemauan untuk menyejahterakan Papua itu baru bisa dilaksanakan.

“Kami berpikir bahwa segera, dalam tempo sesingkat-singkatnya untuk menegakkan Khilafah Islamiyah. Karena hanya dengan Khilafah Islamiyah yang menerapkan Islam secara kaffah di negeri Papua dan negeri Islam lainnya, maka rekomendasi yang tadi saya sarankan, yakni keberanian untuk melawan asing, mengusir semua kekuatan asing dari bumi Papua, menyejahterakan Papua, baru bisa dilaksanakan,” pungkasnya. [] Evi

Rabu, 14 Desember 2022

IJM: Kemerdekaan Bukan Solusi Hilangkan Ketidakadilan Ekonomi Papua

Tinta Media - Dalam pernyataan sikapnya Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnuwardana mengatakan bahwa kemerdekaan bukan solusi untuk menghilangkan ketidakadilan ekonomi di Papua.
 
“Kemerdekaan bukanlah solusi untuk menghilangkan ketidakadilan ekonomi yang terjadi di Papua. Malah kemerdekaan bisa menjadi pintu yang lebih lebar bagi penetrasi pengelolaan ekonomi model kapitalisme,” ungkapnya dalam Pernyataan Sikap Indonesia Justice Monitor: Tumpas Gerakan Sparatisme dan Intervensi Asing, Selasa (13/12/2022) melalui kanal You Tube Indonesia Justice Monitor.
 
Apalagi jika kemerdekaan itu atas bantuan asing dalam hal ini misalnya Inggris, Eropa atau Australia.  “Dengan merdeka keberadaan Amerika Serikat dengan perusahaan multinasionalnya tidak serta-merta bisa diakhiri. Sebaliknya dengan merdeka justru membuka ruang bagi masuknya kepentingan lain yaitu kepentingan Inggris Eropa dan Australia,” ucapnya memberikan alasan.
 
Itu artinya, sambung Agung, dengan merdeka justru Papua makin menjadi jarahan pihak asing dan hampir dapat dipastikan bahwa model pengelolaan ekonominya juga akan tetap model kapitalisme. “Karenanya penjarahan kekayaan bumi Papua nantinya justru makin merajalela,” tegasnya.
 
Agung menilai masalah sebenarnya yang terjadi di Papua lebih disebabkan oleh sistem dan kebijakan pengelolaan perekonomian ala kapitalis yang menyerahkan kekayaan alam kepada swasta terutama swasta asing. “Pihak swasta asing itulah yang paling menikmati hasil dari kekayaan yang merupakan milik rakyat negeri ini secara keseluruhan,” imbuhnya.
 
Agung lalu menyimpulkan, selama pengelolaan kekayaan alam masih menggunakan model ekonomi kapitalisme maka keadaan ketidakadilan ekonomi semacam itu akan terus terjadi. “Kekayaan negeri tetap tidak akan terdistribusi secara merata. Kesenjangan sosial pun akan terus dan tetap menganga,” tukasnya.
 
Tolak dan Hentikan
 
Agung juga menekankan, segala bentuk gerakan separatisme dan intervensi asing  yang akan memisahkan Papua dari wilayah Indonesia harus ditolak dan dihentikan.
  
“Secara syar'i pemisahan suatu wilayah dari sebuah negeri muslim yang saat ini sudah terpecah belah hukumnya adalah haram. Bila kita runut  secara sejarah Papua adalah bagian dari negeri muslim,” tandasnya.
 
Menurutnya, penyelesaian tuntas masalah Papua hanya bisa dilakukan dengan pembangunan yang adil dan merata sehingga terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti sandang,  pangan, papan dan juga infrastruktur ekonomi pendidikan dan kesehatan.
 
 “Dan itu hanya bisa diwujudkan oleh sistem ekonomi Islam yang menjadikan distribusi kekayaan secara adil sebagai fokus. Tidak bisa oleh sistem ekonomi kapitalisme seperti yang terus berlangsung selama ini di Papua dan juga di negeri Indonesia,” tegasnya.
 
Yang tidak kalah penting, ucap Agung, harus dilakukan integrasi masyarakat di Papua menjadi satu kesatuan masyarakat baik secara politik, ekonomi maupun sosial budaya yang di dalamnya tidak ada diskriminasi dan marginalisasi.
 
“Semua itu hanya bisa diwujudkan jika syariah Islam diterapkan utuh secara kafah.  Hanya itulah solusi tuntas bagi semua problem yang terjadi di Papua,” yakinnya.
 
Terakhir, Agung menegaskan, perlu segera menerapkan syariah Islam secara kafah di bumi Papua, di bumi Indonesia agar betul-betul terwujud keadilan yang sempurna, kemakmuran dan kesejahteraan untuk semua yang terdistribusi secara merata dan adil.
 
“Dan untuk diterapkannya syariah Islam secara kafah hanya bisa dibangun dalam naungan tegaknya Khilafah Islamiyah.  Satu-satunya cara, satu-satunya model yang  bisa menggantikan kapitalisme adalah penerapan syariah Islam secara kafah dalam naungan Khilafah,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun
 
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab