Tinta Media

Sabtu, 10 Desember 2022

Kepada Siapa Cinta Kita Labuhkan?

(Maka Kepada siapa cinta kita Labuhkan Allah akan hubungkan kita dengannya)


Tinta Media - Sesungguhnya manusia itu berkelompok kelompok. Di dunia begitu di akhiratpun sama. Bukankah Allah memasukkan ke dal surga dan neraka juga ber rombongan-rombongan?

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ ٱلْعَذَابِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ

QS az Zumar 71. 

"Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir."

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ رَبَّهُمْ إِلَى ٱلْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَٰمٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَٱدْخُلُوهَا خَٰلِدِينَ

QS az Zumar ayat 73. 

"Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”."

Dan penghubung satu sama lain diantara manusia hingga menjadi satu rombongan ke surga atau neraka adalah cinta. Maka perhatikanlah kepada siapa cinta itu kita Labuhkan akan menjadi penghubung kita dengan yang kita cintai.

Inilah di antara faidah besar seseorang mencintai saudaranya karena Allah, atau termasuk dalam hal ini adalah mencintai Rasul ﷺ.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, bahwa seseorang bertanya pada Nabi ﷺ: “Kapan terjadi Hari Kiamat, wahai Rasulullah?”

Beliau ﷺ berkata: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab: “Aku tidaklah memersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliauﷺ berkata:

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْت
َ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” [HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639]

Dalam riwayat lain, Anas mengatakan: “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi ﷺ: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”

Anas pun mengatakan: “Kalau begitu aku mencintai Nabi ﷺ, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” [HR. Bukhari no. 3688]

Maka marilah kita mencintai Rasulullah Saw, para sahabat ridhwanullaah alayhim, dan semua orang Sholih dari para tabi'in, tabi'ut tabi'in dan semua ulama dan Sholihin sesudahnya hingga jaman kita sekarang. Hingga kita akan Allah hubungkan dengan mereka.

Pada masa kita insyaallah cinta kita kepada ulama pejuang Syaikh Taqiyuddin an Nabhani rahimahullah Ta'ala serta para sahabat beliau serta guru-guru kita akan menjadikan kita memiliki hubungan dengan beliau dan Allah akan menyatukan kita dengan beliau dalam kebaikan dan keutamaan. Meskipun amal kita tak sebanding dan jauh bisa dibandingkan dengan amal beliau.

Wallaahu a'lam.[]

Ustaz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

MEMBANTAH TUDUHAN LPOI SOAL KHILAFAH BUKAN SOLUSI



“Khilafah bukanlah solusi, tapi justru menjadi desepsi, delusi, destabilisasi, dan degradasi bangsa. Mereka jelas-jelas musuh agama dan musuh negara,”

[Imam Pituduh, Jumat 25/11/2022].

Tinta Media - Sekretaris Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) Imam Pituduh menyatakan khilafah bukan solusi dari persoalan kebangsaan.

Imam merasa keberatan akan klaim dari kelompok yang dituduhnya radikal, yang menyebut bahwa khilafah adalah solusi persoalan kebangsaan dan global, termasuk jalan keluar atas segala persoalan ekonomi. Bahkan, dia menuding Khilafah desepsi, delusi, destabilisasi, mendegradasi bangsa hingga tuduhan musuh agama dan musuh negara.

Atas tuduhan LPOI ini penulis ingin sampaikan bantahan sebagai berikut:

Pertama, Khilafah tidak pernah melakukan desepsi. Pengemban dakwah Khilafah selalu terbuka menyampaikan dakwah melalui diskusi pemikiran, politik, tanpa kekerasan.

Dalam konteks Pilpres misalnya, dakwah Khilafah tidak pernah menyusup ke kubu capres tertentu. Bahkan secara terbuka menyampaikan pandangan bahwa Pilpres bukan solusi, Pilpres berada dalam kendali oligarki, sehingga siapapun yang menang, tetap saja oligarki penguasanya.

Yang nyusup itu Mardani Maming. Tidak dikenal, tiba-tiba jadi Bandum PBNU. Eh akhirnya ketahuan maling. Juga Karomani, nyusup jadi Rektor ternyata garong uang calon mahasiswa di UNILA.

Kedua, tegaknya Khilafah adalah janji Allah SWT, kabar gembira dari Rasulullah Muhammad SAW. Umat Islam meyakini Khilafah sebagai ajaran Islam yang wajib diperjuangkan dan kelak pasti tegak atas izin dan pertolongan Allah SWT.

Kalau Khilafah dianggap delusi, mimpi, utopia, semestinya tidak perlu dipersoalkan. Kalau delusi dan mimpi kenapa ditakuti dan dipersekusi?

Ketiga, destabilisasi dan degradasi bangsa itu karena teror, pembunuhan dan korupsi, bukan Khilafah. Yang menjadikan bangsa ini tidak stabil adalah teroris OPM.

Yang mendegradasi bangsa ini korupsi. Korupsinya Mardani Maming, Karomani, Imam Nahrawi hingga Rohmamurrozy. Yang mendistabilisasi itu kelakuan Sambo, Teddy Minahasa, Polisi yang menembakan gas air mata di Kanjuruhan.

Mana buktinya pendakwah Khilafah korupsi atau membunuh? Ngarang saja.

Keempat, musuh agama dan musuh negara itu komunisme bukan Khilafah. Komunisme terlarang, sedangkan Khilafah ajaran Islam.

Bagaimana mungkin mendakwahkan Khilafah yang merupakan ajaran agama, dituduh musuh agama dan negara? LGBT, miras, perzinahan, pembunuhan, itu musuh agama, semestinya juga dijadikan musuh negara.

Khilafah adalah solusi ekonomi, jelas dalilnya. Kalau negeri ini menerapkan Khilafah, semua tambang dikelola negara, bukan dikelola Ismail Bolong. Semua tambang digunakan untuk menyejahterakan rakyat, bukan hanya dinikmati Freeport Amerika, Perusahaan China, Luhut Panjaitan, Sukanto Tanoto, dll.

Tidak percaya? Ayo kita buktikan. Kita tegakkan Khilafah di negeri ini. 

Ini Khilafah belum tegak, dituding tidak memberikan solusi. Kalau ingin solusi Islam mari tegakkan Khilafah, selanjutnya mari kita buktikan kesejahteraan hidup dan kebahagiaan dibawah naungan Khilafah. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin
Pejuang Khilafah

Pengaruh Keshalehan Orang Tua terhadap Anak

Tinta Media - Sobat. Ada nasehat bijak yang mengatakan, “ Kalau kamu menginginkan anak-anakmu Sholeh maka pantaskan dirimu menjadi anak yang sholeh.” Keshalehan kedua orang tua yang merupakan teladan baik memiliki dampak yang besar dalam jiwa anak. Oleh karena itu, dengan ketakwaan kedua orang tua kepada Allah dan mengikuti jalan-Nya, kemudian disertai dengan usaha dan saling membantu antara keduanya, si anak akan tumbuh dengan ketaatan dan tunduk kepada Allah.

Allah SWT berfirman :

ذُرِّيَّةَۢ بَعۡضُهَا مِنۢ بَعۡضٖۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ  

“(Sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Ali Imran (3) :34 )

Sobat. Kedua keluarga - keluarga Ibrahim dan keluarga Imran adalah satu keturunan yang bercabang-cabang menjadi beberapa keturun-an ). Keturunan Ibrahim ialah "Ismail dan Ishak." Ibrahim sendiri adalah turunan Nabi Nuh, dan Nabi Nuh berasal dari Nabi Adam. Keluarga Imran yaitu Musa, Harun, 'Isa dan ibunya adalah cucu-cucu Nabi Ibrahim.

Sobat. Apabila anak keturunan tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan mendakwahkan agama-Nya,mereka semua akan bertemu di surga yang kekal sebagaimana diberitahukan oleh Allah SWT dalam firman-Nya :

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ  

“Mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (QS ath-Thur (52) : 20 )

Sobat. Kemudian Allah menyebutkan apa yang mereka nikmati misalnya kasur-kasurnya (dipan-dipannya). Mereka duduk di sofa yang berjajar dengan santai tanpa suatu apapun yang membebani hati mereka. Tidak ada satu masalah pun yang mesti mereka hadapi waktu itu, sebab barang siapa yang duduk, sedangkan ia menghadapi suatu masalah atau di bebani pikiran oleh suatu masalah berarti pikiran dan hatinya tidak tenteram. Pada ayat ini dipergunakan kata-kata yajlis (duduk) bukan kata-kata yattaki'u (duduk santai). Dengan maksud untuk menjelaskan keadaan duduk seseorang yang diliputi kepuasan dan ketenteraman. Maka keadaan di surga itu menunjukkan suatu keadaan yang tenang, tanpa kesusahan, tanpa beban dan tanpa masalah. Dalam ayat yang sama artinya dikatakan: 

Duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (al-hijr/15: 47) 

Duduk santai sekadar ungkapan sebagai salah satu contoh tentang kebebasan yang sebenarnya di dalam surga sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad saw:

"Seseorang di dalam surga duduk santai selama 40 (empat puluh) tahun tidak berpindah dan tidak membosankannya, datang kepadanya (tanpa diusahakan) apa-apa yang diingini oleh dirinya dan disenangi oleh matanya." (Riwayat Ibnu Abi hatim) Kemudian diterangkan bahwa mereka di sana menikmati pasangan-pasangan mereka. Allah telah memberi mereka istri-istri yang cantik yang bermata jeli.

Oleh karena itulah salah seorang yang sholeh mengatakan, “Wahai anakku, sesungguhnya aku banyak mengerjakan amal sholeh dan sholat adalah untukmu.”

Sobat. Bahkan para malaikat akan mendoakan orang mukmin berikut kedua orang tuanya dan anak keturunannya.

رَبَّنَا وَأَدۡخِلۡهُمۡ جَنَّٰتِ عَدۡنٍ ٱلَّتِي وَعَدتَّهُمۡ وَمَن صَلَحَ مِنۡ ءَابَآئِهِمۡ وَأَزۡوَٰجِهِمۡ وَذُرِّيَّٰتِهِمۡۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ 

“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, ( QS. Ghafir (40) : 8)

Sobat. Dalam ayat ini dijelaskan doa malaikat selanjutnya bagi orang-orang yang beriman:Kemudian para malaikat memohon agar orang-orang mukmin dimasukkan ke dalam surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Allah melalui ucapan rasul-Nya. Para malaikat juga memohon agar bersama mereka itu dimasukkan juga orang-orang saleh di antara bapak-bapak, istri-istri, dan keturunan mereka semua, supaya mereka merasa senang karena berkumpul dengan keluarga di tempat yang dapat memberi kegembiraan dan kesenangan, menimbulkan rasa riang dan suka yang amat berkesan.

Sa'id bin Jubair menjelaskan bahwa ketika seorang laki-laki masuk surga ia berkata, "Ya Tuhan! Di mana ayah, nenek, dan ibuku? Di mana anak dan cucuku? Di mana istriku?" Dijawab bahwa mereka itu tidak beramal seperti amalan yang telah dilakukannya. Ia lalu berkata, "Ya Tuhan! Saya beramal untuk diriku dan mereka." Maka mereka disamakan kedudukannya di surga dan ia lalu membaca ayat ini. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
 
Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (ath-thur/52: 21)

Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu Mahaperkasa tiada sesuatu yang dapat menghalangi kehendak-Nya, Mahabijaksana, tiada sesuatu yang dikerjakan-Nya, kecuali sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya.

Sobat. Sa’id bin Musayyib berkata, “ sewaktu sholat aku teringat anakku, maka aku tambahkan sholatku. Karena telah diriwayatkan bahwa Allah menjaga orang sholeh berikut tujuh keturunannya.” Demikianlah yang ditunjukkan oleh firman Allah SWT :

إِنَّ وَلِـِّۧيَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡكِتَٰبَۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى ٱلصَّٰلِحِينَ  

“Sesungguhnya pelindungku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. (QS. Al-A’raf (7) : 196 )

Sobat. Ayat ini menerangkan lanjutan ucapan Nabi Muhammad dihadapan kaum musyrikin, yaitu bahwa sesungguhnya Allah Yang menjadi pelindungnya, Yang mengurusi urusannya, dan Yang menjadi penolongnya. Allah Yang menurunkan Al-Quran, Yang menjelaskan keesaan-Nya dan yang mewajibkan manusia berbakti serta berdoa kepada-Nya dalam segala keadaan. Al-Quran itu membentangkan pula kekeliruan dan kebathilan penyembahan berhala. Karena itu Rasulullah saw tidak memperdulikan berhala-berhala itu dan tidak pula merasa takut kepadanya, meskipun orang-orang musyrikin menakut-nakuti dengan berhala itu. Allah juga akan memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya kepada hamba-Nya yang saleh, yakni mereka yang memiliki jiwa yang bersih berkat kebersihan akidahnya, dan dari kebersihan jiwa itu lahir amal perbuatan yang luhur, berguna bagi kehidupan pribadi dan masyarakat.

( DR Nasrul Syarif M.Si. Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komna Pendidikan Jawa Timur )

Jumat, 09 Desember 2022

Jalan Perjuangan

Tinta Media - Senja telah berganti malam
Kusaksikan seribu tanda-tanda
Suasana kian mencekam
Semburat fajar kan segera menyapa

Mengayunkan kaki menyusuri jalan
Gontai langkahku dalam kesunyian
Dingin dan pekatnya malam adalah tantangan
Teguhkan hati dalam keimanan 

Berjuta perangkap jebakan telah disiapkan
Oleh para bedebah tak berTuhan
Untuk menghentikan jalan perjuangan
Agar Islam enyah dari kehidupan

Jangan pernah mundur walau selangkah
Tuk menjemput janji Allah
Kabar gembira dari Rasulullah
Kemenangan Islam dan kehidupan penuh berkah

Wahai para pembela kebenaran
Jadilah sebagaimana Muhammad Alp-Arslan
Pengukir tinta emas peradaban
Dalam Manzikert 1071 yang tak terkalahkan

Yakinlah, dan teruslah menatap nun jauh ke depan
Meski dihantui kekhawatiran
Di puncaknya kesulitan
Insyaallah akan ada pertolongan

Batam, 8 Desember 2022

Oleh : L. Nur Salamah
Sahabat Tinta Media 





.

Guru Luthfi Jelaskan Keingkaran dan Penentangan Yahudi terhadap Rasulullah

Tinta Media - Memaknai Tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 145 menurut Guru Luthfi Hidayat, Pengurus Majelis Baitul Qur'an, Tapin,  yakni penjelasan Allah tentang keingkaran dan penentangan Yahudi terhadap Rasulullah Saw., kasus khusus pada ayat ini adalah arah kiblat.
 
"Makna tafsir Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 145, yakni Allah telah menjelaskan bagaimana keingkaran dan penentangan Yahudi terhadap Rasulullah Saw., di mana kasus khusus pada ayat ini adalah tentang arah kiblat," tuturnya dalam Kajian Jum'at Bersama Qur'an: Keingkaran dan Penentangan Yahudi, Jumat (2/12/2022) di kanal Youtube Majelis Baitul Qur'an.
 
Ia mengingatkan agar umat Rasulullah tidak mengikuti hawa nafsu seperti orang-orang Yahudi. "Kita harus benar-benar berpegang teguh dan bersungguh-sungguh kepada perintah Allah Swt., jika tidak maka kita termasuk orang-orang yang sangat zalim," ujarnya.

 
Firman Allah Swt.: 
 
وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ وَما أَنْتَ بِتابِعٍ قِبْلَتَهُمْ وَما بَعْضُهُمْ بِتابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْواءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذاً لَمِنَ الظَّالِمِينَ (١٤٥)

Artinya:
Dan sesungguhnya jika engkau mendatangkan kepada orang-orang yang diberi Al-kitab semua ayat, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya engkau kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim (TQS. Al-Baqarah [2]: 145)

Di dalam tafsir Imam Ibnu Katsir telah dijelaskan maksud daripada ayat ini, bahwa Allah Swt. memberitahukan mengenai kekufuran, keingkaran, dan penentangan orang-orang Yahudi terhadap keadaan Rasulullah Saw. yang mereka ketahui.
“Dan seandainya beliau (Rasulullah Saw.) mengemukakan semua dalil yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawa oleh beliau, niscaya mereka tidak akan mengikutinya dan tidak akan meninggalkan keinginan hawa nafsu mereka,” urainya.


Ia mengungkapkan makna kalimat dari firman Allah Swt.:
وَلَئِنْ أَتَيْتَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ بِكُلِّ آيَةٍ مَا تَبِعُوا قِبْلَتَكَ                                          
Dan sesungguhnya jika engkau mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-kitab (Taurat dan Injil) semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu.

“Menurut Imam Muhammad Ali Ash Shabuni diterangkan maknanya, yakni demi Allah, jika engkau mendatangkan semua mukjizat atas kebenaranmu mengenai perubahan arah kiblat kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, maka sekali-kali mereka tidak akan mengikutimu wahai Muhammad. Mereka juga tidak akan mau beribadah mengarah kepada kiblatmu,” ungkapnya.


Sementara menurut Imam Al Qurthubi di dalam Tafsir beliau Al Jami’ li Ahkamil Qur’an menjelaskan bahwa alasan mereka tidak akan mengikuti kiblat kaum muslim adalah karena mereka kafir.
“Padahal sebenarnya mereka telah ditunjukkan jalan kebenaran. Mereka seakan tidak terpengaruh dengan ayat-ayat atau tanda-tanda yang diturunkan,” ujarnya menjelaskan pendapat Imam Al Qurthubi.

Pada ayat selanjutnya, وَما أَنْتَ بِتابِعٍ قِبْلَتَهُمْ , dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Menurutnya ayat ini sebagai pemberitahuan mengenai kesungguhan dan keteguhan Rasulullah Saw. mengikuti apa yang diperintahkan Allah Swt..
“Sebagaimana mereka telah berpegang teguh pada pendapat dan hawa nafsu mereka, maka beliau pun sangat teguh berpegang pada perintah Allah Ta’ala, menaati perintah-Nya, mengikuti keredaan-Nya, serta beliau tidak akan mengikuti hawa nafsu mereka dalam segala hal,” tuturnya.

Ia menjelaskan ayat selanjutnya, ,بَعْضُهُمْ بِتابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍ dan sebagian dari mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain.
“Artinya, sesungguhnya orang-orang Nasrani tidak akan mengikuti kiblat orang Yahudi, demikian pula orang Yahudi tidak akan mengikuti kiblat orang Nasrani,” jelasnya.
“Sebab di antara keduanya terjadi permusuhan dan perbedaan yang mencolok, walaupun keduanya adalah keturunan Bani Israil,” lanjutnya.

Guru Luthfi meneruskan akhir dari ayat ini di mana Allah kembali mengingatkan untuk tidak mengikuti hawa nafsu mereka (Yahudi dan Nasrani).
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْواءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ                                              
Dan sesungguhnya jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu.
“Artinya, dan sungguh jika engkau diperkirakan mengikuti hawa nafsu dan  keinginan mereka, setelah tampak jelas bukti-bukti yang datang kepadamu melalui wahyu,” ucapnya. 
إِنَّكَ إِذاً لَمِنَ الظَّالِمِينَ                                                                            
Sesungguhnya engkau kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.
“Artinya, kamu termasuk orang yang melakukan kezaliman yang paling keji,” ujarnya.

Kalimat ini merupakan merupakan kategori agitasi untuk menetapkan perkara yang benar.
“Kalimat ini muncul secara spekulatif, jika tidak, dan Allah menghindarkan Muhammad Saw. dari mengikuti keinginan orang kafir yang durhaka,” pungkasnya. [] Ageng Kartika
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab