Tinta Media

Senin, 01 Januari 2024

Saatnya Kembali pada Aturan Allah


Tinta Media - Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bandung meraih penghargaan Indeks Reformasi Hukum Nasional terbaik ke 1 dari Kemenkumham RI. Menhumham RI Yasonna H Laoly menyerahkan langsung piagam penghargaan tersebut kepada Pemprov Jabar yang diwakili Nurul Diana Irawati (Analis Hukum Ahli Madya) dan kepada Bupati Bandung M Dadang Supriatna. Penyerahan penghargaan tersebut dilakukan dalam acara puncak Rakor Kemenkumham di hotel Borobudur Jakarta, kamis (14/12/2023). 

Dalam sambutannya, Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna Laoly mengucapkan terima kasih kepada semua jajaran Kemenkumham yang selalu melakukan inovasi dan memberikan pelayanan terbaik.
Penghargaan tersebut patut disyukuri, bukan untuk berbangga diri, akan tetapi untuk memotivasi supaya ke depannya sistem hukum di Indonesia lebih baik. (harapanrakyat.com) 

Reformasi hukum nasional bertujuan untuk mewujudkan sistem pemerintahan agar lebih baik, transparan, serta tanggap terhadap peran publik dalam pengambilan keputusan atau kebijakan. Karena itu, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam sistem hukum. 

Penggunaan aplikasi dan platform digital pun dilakukan untuk dapat mempermudah masyarakat dalam mengakses informasi hukum dan layanan publik. Akan tetapi, jika kita lihat fakta saat ini, banyak terjadi pelanggaran hukum oleh para penegak hukum, misalnya kasus suap-menyuap kepada penegak dan aparat hukum, sehingga slogan ' pengadilan banyak, tetapi keadilan langka' seperti bukan pernyataan kosong belaka. 

Banyak pihak merasa sulit mempercayai penegakan hukum di tanah air. Pada tahun 2020, survei Indonesia Political Opinion (IPO) memperlihatkan ketidakpuasan publik terhadap penegakan hukum yang mencapai 64 persen, tertinggi di antara kebijakan-kebijakan yang lain. 

Kepolisian Republik Indonesia, menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia mendapatkan tingkat kepercayaan tinggi hingga mencapai 80,2 persen. Namun, itu seperti bertolak belakang dengan laporan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang menyebut bahwa Polri adalah institusi yang paling sering diadukan sepanjang Januari hingga September 2021. Pada tahun 2020, Komnas HAM melaporkan bahwa institusi kepolisian juga menjadi lembaga yang paling banyak diadukan, yakni mencapai 758 kasus. Karena itu, banyak orang skeptis bisa mendapatkan keadilan di negeri ini. 

Pakar hukum Prof. Dr. Sudjito, S.H., M.Sc. menyebutkan bahwa hukum yang berjalan saat ini lebih banyak memihak penguasa, pengusaha, politisi, serta semakin memarjinalkan rakyat. Apalagi, kini hukum sering tajam kepada kalangan yang berseberangan dengan penguasa, tetapi tumpul pada orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan. Banyak warga diadili dengan tuduhan menyebarkan hoax atau menghina pejabat negara. Namun, para buzzer yang menista tokoh Islam dan menyebarkan berita palsu nyaris tak dijerat hukum.   

Padahal, harus kita pahami bersama bahwa persoalan hukum di mana pun sebenarnya bersumber pada dua hal besar, yaitu kesahihan hukum itu sendiri dan moralitas para penegak hukum. Hukum yang sahih pasti adil. Penegak hukum yang amanah pasti akan menjamin keadilan untuk semua pihak. Jadi, hukum yang sahih, serta penegak hukum yang amanahlah yang akan memberikan keadilan, kepercayaan, transparan, serta tanggap terhadap peran pengambilan keputusan ataupun kebijakan.                 

Hukum selamanya tidak akan sahih jika datang dari akal dan hawa nafsu manusia, bukan dari ketetapan Pencipta manusia, yakni Allah Swt. Pakar hukum Prof. Dr. Sidjito, S.H , M.Sc. menyebutkan kondisi hukum di Indonesia akan semakin buram jika masih saja berkutat dengan penerapan paradigma hukum lama yang cenderung sekuler, materialistik, dan mengandung cacat ideologis.
                                   
Selain itu, hukum buatan manusia penuh dengan kepentingan-kepentingan tertentu. Karena sarat kepentingan, hukum buatan manusia sering berisi pasal-pasal karet yang dapat ditarik ulur sesuka hawa nafsu penguasa. Padahal, Allah Swt. telah mengingatkan di dalam Al-Qur'an bahwa kehancuran akan datang jika kebenaran mengikuti hawa nafsu. 

Allah Swt. berfirman, 

"Andai kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya, Kami telah mendatangkan kepada mereka peringatan, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu." (TQS. al- Mukminun: 71) 

Tentu berbeda dengan hukum Islam yang menjamin keadilan, karena berasal dari Allah yang Maha Adil, bebas dari hawa nafsu manusia, termasuk bebas kepentingan politik. Hukum Islam aturannya jelas. Setiap upaya menyelewengkan hukum Allah mudah diketahui, sehingga dapat diluruskan dengan segera. 

Ketika orang-orang Bani Makhzum meminta Usamah bin Zaid r.a. melobi Nabi saw. agar membatalkan hukum potong tangan atas seorang perempuan bangsawan dari kaumnya, beliau murka dan menegur mereka, "Apakah engkau hendak meminta keringanan sanksi/ hudud Allah?" Lalu beliau berkutbah: "Sungguh yang telah membinasakan umat sebelum kalian adalah jika ada orang terhormat dan mulia di antara mereka mencuri, mereka tidak menghukumnya. Sebaliknya, jika orang rendahan yang mencuri, mereka tegakkan hukuman  terhadapnya. Demi Allah, bahkan seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang memotong tangannya!" (HR. al- Bukhari) 

Karena itu, tidak ada hukum yang bisa menciptakan keadilan, kepercayaan, ketenangan, transparan, dan tanggap kepada pengambilan keputusan ataupun kebijakan, kecuali hukum-hukum Islam, bukan yang lain. 

Allah Swt. berfirman, 

"Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?" (TQS. al-Maidah: 50). 

Alhasil, keadilan dan penegakan hukum yang amanah, hanya akan terwujud di dalam kehidupan Islam. Di dalamnya, akidah Islamlah yang menjadi landasan, serta syariah Islamlah yang menjadi hukum-hukum yang diterapkan. 

Wallahua'lam.

Oleh: Ummu Aiza
Sahabat Tinta Media 

Amal yang Lebih Baik dari Dunia Seisinya



Tinta Media - Sobat. Dalam beberapa hadis Nabi dijelaskan keutamaan satu ungkapan atau amalan  yang jika seseorang  mengamalkannya maka amalannya jauh lebih baik daripada dunia seisinya 

1. Kalimat tauhid  Laa ilaaha illallaah. Jika ditimbang di neraca timbangan, maka kalimat ini bisa lebih berat , lebih berharga, dan lebih berbobot daripada  timbangan langit, bumi dan seisinya. Kalimat tauhid adalah kunci surga, Setiap kunci mempunyai gerigi, sedangkan gigi tauhid itu sendiri adalah meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan dan melaksanakan kewajiban-kewajiban syariat. 

Allah SWT  berfirman : 

فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ  

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” ( QS. Muhammad (47) : 19 ) 

Sobat. Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad, apabila ia telah yakin dan mengetahui pahala yang akan diperoleh oleh orang-orang yang beriman, serta azab yang akan diperoleh oleh orang-orang kafir di akhirat, untuk berpegang teguh kepada agama Allah yang dapat mendatangkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 

Beliau juga diperintahkan untuk memohon kepada Allah agar mengampuni dosa-dosanya dan dosa-dosa orang beriman, selalu berdoa dan berzikir kepada-Nya, dan jangan sekali-kali memberi kesempatan kepada setan untuk melaksanakan maksud buruknya kepada beliau. 

Sebuah hadis sahih mengatakan, Rasulullah SAW selalu berdoa: 

Wahai Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, dan perbuatanku yang berlebih-lebihan, dan dosaku yang lebih Engkau ketahui dari padaku. Wahai Allah, ampunilah dosa perkataanku yang tidak serius dan perkataanku yang sungguh-sungguh, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua yang ada padaku." (Riwayat al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy'ari) 

Rasulullah sering berdoa pada akhir salatnya, sebelum mengucapkan salam: 

Ya Allah, ampunilah dosaku yang terdahulu dan yang terkemudian, yang tersembunyi dan yang tampak, serta perbuatanku yang berlebihan dan dosaku yang Engkau lebih mengetahui dari padaku, Engkau Tuhanku, tak ada tuhan selain Engkau." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu 'Abbas) 

Hai manusia, bertobatlah kamu kepada Tuhanmu maka sesungguhnya aku pun mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya setiap hari lebih dari tujuh puluh kali. (Riwayat Muslim) 

Abu Bakar as-shiddiq berkata, "Hendaklah kamu membaca, "La ilaha illallah dan istigfar." Bacalah keduanya berulang kali, maka sesungguhnya Iblis berkata, "Aku membinasakan manusia dengan perbuatan dosanya, dan mereka membinasakanku dengan membaca La ilaha illallah dan istigfar, maka ketika aku mengetahui yang demikian, mereka aku hancurkan dengan hawa nafsunya, mereka mengira mendapat petunjuk." (Riwayat Abu Ya'la). 

Dalam satu atsar diterangkan perkataan Iblis, "Demi keperkasaan dan keagungan-Mu, wahai Tuhan, aku senantiasa memperdaya mereka selama nyawa mereka dikandung badan." Lalu Allah berfirman, "Demi keperkasaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni dosa mereka, selama mereka tetap memohon ampunan kepada-Ku." 

Selanjutnya Allah mendorong manusia melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan agar selalu berusaha untuk mencari rezeki dan kebahagiaan hidupnya. Allah berfirman, "Dia mengetahui segala usaha, perilaku, dan tindak-tanduk mereka di siang hari, begitu pula tempat mereka berada di malam hari. Oleh karena itu, bertakwa dan meminta ampunlah kepada-Nya." Dalam ayat lain, Allah berfirman:

Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya.) Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). (Hud/11: 6)

Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-An'am/6: 60) 

2. Orang yang melaksanakan sholat dua rakaat sunnah sebelum shubuh maka pahalanya jauh lebih baik dari dunia seisinya. ( HR. Tirmidzi dan An-Nasaí ). 

3. Dua kalimat yang enteng diucapkan namun sangat disenangi Allah, dan jika ditimbang dalam timbangan amalan, akan sangat berat : Subhaanallah wabihamdih, Subhaanallah al-‘Azhim  ( HR Bukhari dan Muslim ) 

4. Membaca Subhaanallah walhamdulillah walaa  ilaaha illallah wallahu akbar, lebih baik dari hari ketika matahari yang muncul menyinari bumi ( HR Muslim dan Tirmidzi ) 

5. Pada saat mendapat wahyu berupa surat al-Fath , Nabi sangat bahagia dan mengatakan bahwa surat ini lebih aku sukai daripada hari ketika matahari bersinar. ( HR Muslim dan Tirmidzi ) 

Sobat. Dari penjelasan di atas nyatalah bahwa ketauhidan , keimanan, dan hal-hal yang ukhrawi atau berorientasi ukhrawi jauh lebih baik dan lebih berharga  daripada materi duniawi. Hal itu, karena materi duniawi bersifat sementara dan akan habis, sedangkan pahala akhirat akan kekal. 

Sobat. Orang cerdas adalah orang yang selalu memilih keabadian dan kelanggengan daripada yang bersifat  sementara dan akan habis. Orang yang bijak akan memilih nilai-nilai keabadian daripada yang bersifat  materi.

Sobat. Dengan melihat itu semua, Al-Qur’an sebagai kalamullah yang berisi tuntunan hidup dan pencerahan jauh lebih baik dan lebih besar anugerahnya daripada seluruh alam semesta. Semoga kita bisa menikmati kehadiran Al-Qur’an dalam kehidupan ini. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Keutamaan Orang yang Saling Mencintai karena Allah



Tinta Media - Sobat. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang saling mencintai karena Allah berada di atas yakut merah, berada di atas tiang yang di atasnya ada 70.000 kamar yang mendekati penduduk surga. Kebaikan mereka menyinari penduduk surga  seperti matahari  menyinari penduduk dunia. 

Kemudian dikatakan kepada penduduk surga, “Pergilah kepada orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Ketika mereka mendekatinya, kebaikan mereka menyinari penduduk surga. Baju mereka adalah sutera tipis. Di dahi mereka tertulis,” Inilah orang-orang yang saling mencintai karena Allah.” 

Sobat. Dalam riwayat yang lain  menyatakan, “ Tiada seorang hamba yang mendatangi saudaranya  untuk menziarahi karena Allah, kecuali ada malaikat yang memanggilnya dari langit dan berkata, “ Kamu termasuk orang baik, dan surga itu baik untukmu.” 

Ath-Thabrani meriwayatkan, jika seorang muslim berkunjung, maka 70.000 malaikat mengiringinya dan memohonkan ampun untuknya sambil berdoa, “ Wahai Tuhanku. Sambunglah dia sebagaimana dia menyambung saudaranya karena engkau.” 

Sobat. Rasulullah SAW juga bersabda, “ Perbuatan yang paling utama adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Abu Dawud). Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits Qudsi, “ Allah Berfirman, “Orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku berada dalam naungan ‘Arasy-Ku pada hari Kiamat, di waktu tiada naungan selain naungan-Ku.” ( HR Imam Ahmad ) 

Sobat. Ketahuilah, cinta itu mubah, yaitu cinta kepada manusia secara umum. Bisa juga cinta itu makruh, yaitu cinta dunia. Bisa juga cinta itu sunnah, yaitu cinta keluarga dan anak. Bisa juga cinta itu wajib, yaitu cinta Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya mencintai utusan-Nya terikat dengan mencintai Allah. 

Allah Berfirman : 

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ  

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Ali Imran (3) : 31 ) 

Sobat. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi untuk mengatakan kepada orang Yahudi, jika mereka benar menaati Allah maka hendaklah mereka mengakui kerasulan Nabi Muhammad, yaitu dengan melaksanakan segala yang terkandung dalam wahyu yang diturunkan Allah kepadanya. 

Jika mereka telah berbuat demikian niscaya Allah meridai mereka dan memaafkan segala kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan serta mengampuni dosa-dosa mereka. Mengikuti Rasul dengan sungguh-sungguh baik dalam itikad maupun amal saleh akan menghilangkan dampak maksiat dan kekejian jiwa mereka serta menghapuskan kezaliman yang mereka lakukan sebelumnya. 

Ayat ini memberikan keterangan yang kuat untuk mematahkan pengakuan orang-orang yang mengaku mencintai Allah pada setiap saat, sedang amal perbuatannya berlawanan dengan ucapan-ucapan itu. Bagaimana mungkin dapat berkumpul pada diri seseorang cinta kepada Allah dan pada saat yang sama membelakangi perintah-Nya. Siapa yang mencintai Allah, tapi tidak mengikuti jalan dan petunjuk Rasulullah, maka pengakuan cinta itu adalah palsu dan dusta. Rasulullah bersabda: 

"Siapa melakukan perbuatan tidak berdasarkan perintah kami maka perbuatan itu ditolak". (Riwayat al-Bukhari). 

Barang siapa mencintai Allah dengan penuh ketaatan, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengikuti perintah Nabi-Nya, serta membersihkan dirinya dengan amal saleh, maka Allah mengampuni dosa-dosanya. 

Allah SWT berfirman : 

أَلَمۡ تَرَوۡاْ أَنَّ ٱللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗۗ وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُجَٰدِلُ فِي ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَلَا هُدٗى وَلَا كِتَٰبٖ مُّنِيرٖ  

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” ( QS. Luqman (31) : 20 ) 

Sobat. Ayat ini mengingatkan manusia dengan menanyakan apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam yang luas ini? Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allah-lah yang menundukkan untuk mereka semua yang ada di alam ini, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari padanya. 

Dialah yang menjadikan matahari bersinar, sehingga siang menjadi terang benderang. Sinar matahari itu dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi bahan makanan bagi manusia. 

Bulan dan bintang dijadikan-Nya bercahaya, yang dapat menerangi malam yang gelap dan menjadi petunjuk bagi kapal yang mengarungi lautan. Diturunkannya hujan yang membasahi bumi dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan, dan airnya untuk minuman manusia dan binatang, dan sebagian air itu disimpan dalam tanah sebagai persiapan musim kemarau. 

Dia menjadikan aneka ragam barang tambang, gas alam, dan sebagainya, yang semuanya itu dapat diambil manfaatnya oleh manusia. Tidaklah ada yang sanggup menghitung nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia. 

Dari Ibnu 'Abbas r.a., "Saya bertanya kepada Nabi SAW, 'Hai Rasulullah, apa makna nikmat lahiriah? Beliau menjawab, 'Budi baik seseorang. Dan nikmat batiniah adalah dia diberi hidayah beragama Islam." (Riwayat al-Baihaqi) 

Ada orang yang berpendapat bahwa adh-dhahirah ialah kesehatan dan budi pekerti yang luhur, dan al-bathinah ialah pengetahuan dan akal pikiran. Ada pula yang mengartikan adh-dhahirah dengan semua nikmat Allah yang tampak, seperti harta kekayaan, kemegahan, kecantikan, dan ketaatan, sedang al-bathinah ialah pengetahuan tentang Allah, keyakinan yang baik, pengetahuan tentang hakikat hidup yang sebenarnya, dan sebagainya. 

Sekalipun terdapat perbedaan tentang arti adh-dhahirah dan al-bathinah itu, namun dapat diambil kesimpulan bahwa keduanya merupakan nikmat-nikmat yang dilimpahkan Allah kepada manusia dan dapat dirasakannya. 

Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan bahwa sekalipun Ia telah melimpahkan nikmat yang tidak terhingga kepada manusia, namun masih banyak manusia yang membantah dan mengingkari nikmat-nikmat itu, seperti Nadhar bin haris, Ubay bin Khalaf, dan lain-lain. 

Mereka membantah bukti yang dikemukakan Al-Qur'an dan seruan Nabi dengan tidak berdasarkan pada ilmu pengetahuan, hujah yang benar, dan wahyu dan kitab yang diturunkan Allah. 

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “ Barang siapa mencintaiku maka dia bersamaku dalam Surga.” Dalam riwayat lain, “ Barang siapa mencintai istri-istriku, para sahabatku, ahli baitku, tidak mencemarkan nama baik salah satu dari mereka, dan keluar dari dunia dengan mencintai mereka, maka dia bersamaku dalam derajatku pada hari kiamat.” 

Sobat. Imam Ahmad berkata, “ Cintaku terhadap dunia kalian ada pada tiga hal, yaitu Mengikuti Nabi dalam  hadisnya, mencari berkah dengan cahaya beliau, dan berjalan di atas jejak beliau.” 

Imam Abu Hanifah berkata, “ Cintaku terhadap dunia kalian ada tiga hal, yaitu belajar ilmu di  sepanjang malam, meninggalkan sifat sok tinggi dan sok  atas, dan hati  yang kosong dari cinta dunia.” 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Kitab Suci Al-Qur’an adalah Cahaya



Tinta Media - Sobat. Al-Qur’an adalah cahaya (Nur). Surah-surahnya adalah cahaya. Ayat-ayatnya cahaya. Kata-katanya cahaya. Isi kandungannya cahaya. Aqidah, syariah dan nilai-nilai  akhlak yang dikandung Al-Qur’an adalah cahaya kehidupan, karena semuanya adalah kalamullah, dari Zat – Sumber seluruh cahaya yang menerangi  alam  semesta. 

يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمۡ كَثِيرٗا مِّمَّا كُنتُمۡ تُخۡفُونَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖۚ قَدۡ جَآءَكُم مِّنَ ٱللَّهِ نُورٞ وَكِتَٰبٞ مُّبِينٞ 

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.” ( QS. Al-Maidah (5) : 15 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Nabi Muhammad telah datang menerangkan sebagian dari apa yang mereka sembunyikan tentang syariat Allah yang tersebut dalam Taurat. Di antaranya apa yang diterangkan oleh Nabi seperti perhitungan amal dan balasannya di hari akhirat dan hukum rajam, tetapi banyak pula yang dibiarkan karena dianggapnya tidak begitu penting, seperti yang berkenaan dengan datangnya Muhammad SAW sebagai Nabi yang terakhir dan sifat-sifatnya. 

Yang mendorong mereka untuk menyembunyikan apa yang mereka ketahui dari Taurat ialah disebabkan takut akan kehilangan kedudukan, pengaruh dan lain-lain yang berhubungan dengan keduniaan, termasuk perasaan yang tidak pernah lepas dari mereka, yaitu bahwa mereka adalah keturunan atau umat dari Nabi yang terbaik yakni keturunan dari Nabi Ishak, sedang Nabi Muhammad SAW adalah keturunan Nabi Ismail. 

Keadaan Nabi Muhammad yang ummi (tidak pandai menulis dan membaca) menambah keberanian mereka untuk menyembunyikan apa yang ingin mereka sembunyikan, karena mereka mengira Nabi Muhammad tidak akan mengetahuinya, tetapi persangkaan mereka meleset dengan turunnya wahyu (Al-Qur'an) kepada Nabi yang mengungkapkan sebagian dari yang mereka sembunyikan itu yang menyebabkan banyak pendeta Yahudi masuk Islam. 

Hukum rajam yang disembunyikan oleh Yahudi kepada Nabi Muhammad saw masih terdapat sekarang dalam kitab Ulangan xxii.22-24: 

Perempuan bersuami atau laki-laki beristri kedapatan tidur bersama, "haruslah keduanya dibunuh mati." Dan jika yang melakukan itu "seorang gadis yang masih perawan, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa keluar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati." 

Selanjutnya diterangkan arti telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menjelaskan. Yang dimaksud dengan cahaya di sini ialah Nabi Muhammad SAW karena ia telah menerangi umat manusia dari alam kejahilan ke alam keimanan dan pengetahuan. 

Sedang yang dimaksud dengan "Kitab yang menjelaskan" di sini ialah Al-Qur'an yang menjelaskan syariat Allah yang diturunkan kepada Muhammad dan menjelaskan pula rahasia Ahli Kitab yang suka mengubah dan menyembunyikan sebagian isi Taurat dan Injil. 

Sobat. Wahyu Qur’ani adalah cahaya bagi manusia. Tanpa wahyu, manusia dalam kegelapan. Mereka yang hidup bersama Al-Qur’an adalah mereka yang menaburi dirinya dengan cahaya dan menyinari orang lain dengan cahayanya. 

Ambillah cahaya dari Al-Qur’an sebanyak-banyaknya, dengan membaca, menghayati, dan mengamalkan, engkau akan bertaburan cahaya. 

إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا  

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” ( QS. Al-Isra’ (17) : 9 ). 

Sobat. Allah SWT menyatakan keistimewaan-keistimewaan kitab-Nya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yaitu kitab Al-Qur'an, dengan menunjukkan fungsi dari kitab itu sendiri serta faedahnya bagi seluruh umat manusia. Di antara faedah Al-Qur'an yang disebutkan dalam ayat ini adalah: 

Pertama, Al-Qur'an memberi petunjuk kepada orang yang mau menjadikannya sebagai pedoman ke jalan yang lurus. Yang dimaksud jalan yang lurus dalam ayat ini ialah agama Islam, yang berpangkal pada ajaran tauhid, yaitu keyakinan bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menciptakan dan menguasai alam semesta ini kecuali Allah SWT. Kekuasaan-Nya tidak dapat ditandingi oleh siapa pun. Dia adalah Penguasa alam yang sebenarnya, dan Zat yang mempunyai kekuasaan Yang Mahabesar. 

Kedua, Al-Qur'an memberi kabar gembira kepada orang-orang yang percaya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, berbuat amal baik, melakukan apa saja yang diperintahkan Allah, dan menghindarkan diri dari berbuat sesuatu yang dilarang-Nya. Kabar gembira itu berupa pahala yang berlimpah yang akan diterima di akhirat, sebagai imbalan dari amal saleh yang mereka lakukan di dunia. 

Ketiga, Al-Qur'an adalah peringatan bagi orang-orang yang tidak mempercayai hari pembalasan dan tidak mengakui adanya pahala dan siksa yang akan diberikan Allah di hari kiamat sebagai balasan bagi perbuatan mereka ketika hidup di dunia. Ancaman yang ditujukan kepada mereka ialah azab yang pedih sebagai balasan dari perbuatan maksiat yang menodai jiwa mereka. Termasuk di dalamnya orang-orang ahli kitab yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. 

Allah SWT berfirman : 

يَهۡدِي بِهِ ٱللَّهُ مَنِ ٱتَّبَعَ رِضۡوَٰنَهُۥ سُبُلَ ٱلسَّلَٰمِ وَيُخۡرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِهِۦ وَيَهۡدِيهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ  

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” ( QS. Al-Maidah (5) : 16 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa dengan Al-Qur'an Allah memimpin dan menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dunia dan akhirat serta mengeluarkan mereka dari alam yang gelap ke alam yang terang dan menunjuki mereka jalan yang benar.

Ayat ini menerangkan tiga macam tuntunan yang besar faedahnya yaitu: 

a. Mematuhi ajaran Al-Qur'an akan membawa manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan. 

b. Menaati ajaran Al-Qur'an akan membebaskan manusia dari segala macam kesesatan yang ditimbulkan oleh perbuatan tahayul dan khurafat. 

c. Mematuhi Al-Qur'an akan menyampaikan manusia kepada tujuan terakhir dari agama, yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. 

Sobat. Al-Qur’an kelihatan diam, namun jika diteliti, dipelajari, dikaji dengan saksama, di dalamnya penuh dengan kekuatan sangat dahsyat yang bisa menciptakan revolusi kemanusiaan dari semua sudutnya. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarajana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

PENGUNGSI ROHINGYA DALAM PUSARAN PILPRES 2024



Tinta Media - Apakah terdapat politisi yang mengangkat isu imigran/pengungsi Rohingya untuk kepentingan meraup suara di Pilpres 2024? mengingat bahwa isu Rohingya sangat “seksi” untuk diangkat dan dimainkan dengan diberikan bumbu “nasionalisme” dan “kedaulatan”.  

Isu imigran/pengungsi sering diangkat dan dimainkan dalam berbagai Pilpres, di antaranya Pilpres Turki, Pilpres Amerika Serikat dll. 

Misalnya Pilpres di Turki pada waktu Pemilihan Presiden di Turki, kandidat Presiden yang bernama Kemal Kilicdaroglu Pemimpin oposisi sekaligus penantang Presiden petahana Recep Tayyip Erdogan.  

Kemal Kilicdaroglu telah bekerja sama dengan partai nasionalis sayap kanan dan berjanji untuk memulangkan semua migran Suriah. 

Pernyataan Kemal Kilicdaroglu memperburuk gelombang permusuhan, kebencian dan tindakan anarkis yang meningkat. 

Bagaimana dengan Pilpres Di Amerika Serikat? Mantan presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, berjanji akan memperluas tindakan tegas dalam masalah keimigrasian pada masa jabatan pertamanya jika menang pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Tindakan tegas tersebut di antaranya adalah dengan menangkap secara massal imigran dan akan menahan mereka di kamp-kamp penampungan sambil menunggu deportasi. Demikian dilaporkan koran The New York Times pada Sabtu (12/11). 

Lantas bagaimana dengan Pilpres di Indonesia apakah terdapat politisi yang memainkan dan mengangkat untuk kepentingan suara? Kenapa isu pengungsi Rohingya muncul pada masa kampnye Pilpres 2024? untuk menjawab pertanyaan tersebut sangat mudah yaitu silakan amati jawaban-jawaban para politisi dan kandidat Pilpres apakah menyulut emosi, memperburuk gelombang permusuhan, kebencian dan tindakan anarkis terhadap pengungsi. 

Terakhir, saya ingin mengingatkan bahwa Pancasila dan UUD 1945 yang sering diagung-agungkan bahkan dianggap “di atas ayat suci” telah mengajarkan kepada kita untuk peduli terhadap “kemanusiaan” bahkan ditegaskan dengan frasa “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Ketika ada manusia, anak-anak dan wanita yang terancam nyawa di negaranya, lalu melarikan diri hingga terkatung-katung di tengah lautan ditambah sedikitnya makanan dan minuman. Lalu anak-anak dan wanita Rohingya tersebut meminta sedikit pertolongan, lantas kita mengusirnya, di mana letak “kemanusiaan yang adil dan beradab” itu, di mana nilai Pancasilanya?

Demikian. 
IG @chandrapurnairawan

Oleh: Chandra Purna Irawan, S.H., M.H. 
(Ketua LBH Pelita Umat  dan Mahasiswa Doktoral)

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab