Tinta Media

Jumat, 29 Desember 2023

Pembangunan dalam Islam, Umat Selamat Dunia wal Akhirat


Tinta Media - Pembangunan infrastruktur merupakan hal penting yang harus ada karena bisa menunjang berbagai aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keberadaan jembatan yang menghubungkan dua wilayah. Oleh karena itu, Pejabat (Pj) Gubernur Jabar Bey Machmudin pun mendorong pembangunan jembatan Citarum yang mulai rusak dan terlihat banyak retakan agar segera dilakukan. Jembatan yang berada di Kabupaten Bandung ini menghubungkan wilayah Dayeuhkolot-Baleendah. Dana yang telah disiapkan sebesar Rp55 miliar yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi Jabar dan Kabupaten Bandung. Proyek pembangunannya ditargetkan mulai awal tahun 2024 hingga akhir tahun 2024. 

Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas, sehingga berpengaruh pada pendistribusian barang atau jasa. Pendistribusian akan lebih cepat dan membuat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat. 

Akan tetapi, bagaimana jika fungsi jembatan terganggu karena mengalami kerusakan? Hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. Pemerintah dengan para ahli dan pakar di bidang infrastruktur jembatan harus meneliti terlebih dahulu tentang penyebab kerusakan jembatan, lalu mencari solusi terbaik dalam pembangunannya. Apalagi jika jembatan tersebut berada di wilayah rawan bencana banjir, seperti jembatan Citarum penghubung wilayah Dayeuhkolot-Baleendah ini. 

Beberapa faktor bisa saja menjadi penyebab kerusakan jembatan, seperti kondisi tanah yang labil sebagai imbas dari bencana banjir yang sering terjadi, spesifikasi jembatan tidak sesuai peruntukannya, kelebihan muatan kendaraan,  usia jembatan yang sudah uzur, atau mungkin tidak adanya perawatan jembatan secara berkala. 

Kasus jembatan rusak terjadi juga di beberapa daerah lainnya, seperti Jembatan Leuwiranji di Bogor, Jembatan Sergai di Sumatera Utara, Jembatan Pelor di Kota Malang, Jembatan Sukaraya di Bogor, dan banyak lagi. Banyaknya kasus jembatan rusak menandakan bahwa pemerintah telah gagal dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. 

Selain menghambat aktivitas warga, jembatan rusak juga bisa membuat nyawa melayang. Pemerintah sepertinya abai dengan dampak yang ditimbulkan. Harusnya, beberapa faktor tadi dijadikan sebagai landasan dalam perencanaan pembangunan jembatan, agar solusi yang diambil sesuai dengan data dan fakta pengamatan di lokasi. 

Dengan demikian, pemerintah bisa memperhitungkan waktu, kualitas bahan bangunan atau material, dan biaya yang harus digelontorkan untuk pembangunan jembatan. Akan tetapi, kadang kala tujuan yang baik ini tidak sesuai rencana. Proyek pembangunan sering kali dijadikan ladang penghasil pundi-pundi rupiah bagi pihak-pihak terkait. Salah satunya kasus korupsi pembangunan Jembatan Sungai Enok di Riau dan pembangunan Jembatan Merah Kaligintung di Purbalingga. 

Sistem kapitalisme dengan asas manfaat yang sudah mengakar di negeri ini sangat menjunjung nilai materi dari suatu perbuatan. Artinya, penganut sistem ini tidak mau rugi ketika menjalankan pekerjaan. Sehingga, dalam membangun suatu bangunan, dalam hal ini jembatan, yang diperhitungkan adalah keuntungan untuk diri dan kelompoknya saja. Bisa dipastikan bahwa pembangunan dibuat asal-asalan, tidak sesuai standar. Akhirnya, banyak kasus jembatan rusak, padahal baru saja dibangun. 

Selain itu, banyak pembangunan yang tertunda, bahkan mangkrak dengan berbagai alasan, mulai dari masalah teknis sampai geografis. Semua itu merupakan alasan klise saja, supaya jangka waktu pembangunan diperpanjang dan otomatis pendanaan pun ditambah. Momen seperti ini menjadi angin segar bagi pejabat-pejabat serakah dan licik untuk memanipulasi dana pembangunan. 

Pembangunan yang mangkrak akan sangat berdampak pada mobilitas perekonomian masyarakat, yaitu menjadi tersendat, bahkan terganggu. Oleh sebab itu, pembangunan jembatan ini harus betul-betul dipersiapkan. 

Mulai dari perencanaan sampai pembangunannya harus terus diawasi oleh lembaga-lembaga yang mempunyai kewenangan. Ini dilakukan agar pelaksanaan pembangunan sesuai rencana dan bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat tanpa menimbulkan masalah baru. 

Berbeda halnya dalam Islam, pembangunan dibangun atas dasar tujuan menyejahterakan rakyat, baik dari segi kenyamanan ataupun manfaat. Negara wajib bertanggung jawab penuh atas semua kebutuhan rakyat. 

Mengenai keberadaan jembatan yang sangat dibutuhkan rakyat, seorang pemimpin (khalifah) akan memastikan seluruh fasilitas publik berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, untuk menghasilkan bangunan yang kokoh dan kuat, dibutuhkan perencanaan yang tepat dan proses pembangunan yang terarah. Ini mulai dari kualitas material bahan bangunannya hingga kualitas para pekerjanya menjadi hal yang sangat penting. 

Khalifah dengan visi sahihnya meriayah umat sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah Swt., tidak akan menzalimi rakyat dengan memberikan fasilitas asal-asalan yang bisa merugikan dan membahayakan. Rasulullah saw. bersabda, 

"Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban tentang apa yang ia pimpin." 

Di lain sisi, negara dengan sistem ekonomi Islam mampu membiayai seluruh pembangunan tanpa bantuan investor asing. Dengan kemampuan sumber daya manusianya yang cerdas dan berakhlak mulia, negara Islam mampu mengelola SDA secara mandiri. Sehingga hasilnya pun bisa dinikmati oleh seluruh rakyat yang berada dalam Daulah Islamiyah. 

Pembangunan infrastruktur dalam Islam bukan hanya sekadar untuk kepentingan ekonomi saja, tetapi juga memberikan kenyamanan, keamanan, kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan fasilitas umum secara gratis. Ini berbeda halnya dengan sistem kapitalisme. Untuk mendapatkan kemudahan lewat jalan tol saja ada tarif yang harus dibayar. 

Inilah Islam, dien yang sempurna, dengan seperangkat aturan yang ditetapkan oleh Allah Swt. sebagai bentuk kasih sayang kepada hambanya. Jangan sampai kita memasrahkan segala urusan pada sistem kapitalisme yang jelas-jelas menzalimi rakyat. 

Islam solusi hakiki, menjamin keselamatan umat di dunia dan akhirat. 

Wallahu'alam.

Oleh: Neng Mae 
(Sahabat Tinta Media) 

Kamis, 28 Desember 2023

Besarnya Ampunan Allah



Tinta Media - Sobat.  Al-Quran  itu kalamullah yang penuh cahaya. Tangkaplah cahaya itu dengan membacanya, menadaburinya dan mengamalkan isi kandungannya.

Namun, jangan sampai meremehkan-Nya seperti sengaja melanggar aturan-Nya dengan alasan besaran Ampunan Allah SWT. Dalam banyak ayat, Allah memberikan banyak cara dan jalan untuk mengampuni dosa-dosa mereka yang bersalah.

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ اللَّيْلِۚ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّاكِرِينَ 

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” ( QS. Hud (11) : 114 )

Sobat. Ayat ini memerintahkan agar kaum Muslimin mendirikan salat, lengkap dengan rukun dan syaratnya, tetap dikerjakan lima kali dalam sehari semalam menurut waktu yang telah ditentukan yaitu salat Subuh, Zuhur, dan Asar, Magrib, dan Isya. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh), dan segala puji bagi-Nya baik di langit, di bumi, pada malam hari dan pada waktu zuhur (tengah hari). (ar-Rum/30: 17-18)

Ayat ini menerangkan juga bahwa perbuatan-perbuatan yang baik, yang garis besarnya ialah mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangannya, antara lain melaksanakan salat, akan menghapuskan dosa-dosa kecil dan perbuatan-perbuatan buruk. Ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw:

Iringilah perbuatan buruk itu dengan perbuatan yang baik, maka perbuatan baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan buruk itu. (Riwayat at-Tirmidzi dari Abu dzar al-Gifari)

Dan firman Allah:
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (an-Nisa/4: 31)

Pesan-pesan terdahulu seperti perintah istiqamah, larangan berbuat aniaya dan memihak kepada orang-orang zalim serta perintah mendirikan salat adalah merupakan pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang sadar dan insyaf yang selalu ingat kepada Allah.

Sobat. Iringan Taubat diri dengan berbuat baik. Sebagaimana firman-Nya :

وَإِذَا جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْۖ كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ الرَّحْمَةَۖ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنكُمْ سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِن بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al-An’am (6) : 54 )

Sobat. Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad, dan orang-orang beriman agar mengucapkan "salam" kepada orang-orang beriman yang mereka temui, atau bila berpisah antara satu dengan yang lain. Ucapan salam itu adakalanya "salamun 'alaikum" adakalanya "assalamu'alaikum" atau "assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh", dan ditindaklanjuti dengan memelihara kedamaian.

Perkataan "salam" berarti "selamat", "sejahtera" atau "damai". "As-Salam" ialah salah satu dari nama-nama Allah, yang berarti bahwa Allah selamat dari sifat-sifat yang tidak layak baginya, seperti sifat lemah, miskin, baharu, mati dan sebagainya.

Ucapan "salam" yang diperintahkan Allah agar orang-orang mukmin mengucapkannya dalam ayat ini, mengandung pengertian bahwa Allah menyatakan kepada orang-orang yang telah masuk Islam, mereka telah selamat dan sejahtera dengan masuk Islam itu, karena dosa-dosa mereka telah diampuni, jiwa dan darah mereka telah dipelihara oleh kaum Muslimin, dan mereka telah mengikuti petunjuk yang membawa mereka kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, sesama muslim tidak boleh berkelahi, apalagi bermusuhan.

Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan "salam" dalam ayat ini ialah "salam" yang harus diucapkan Rasulullah saw, kepada orang-orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh orang-orang Quraisy, yang datang kepada Rasulullah saw, di waktu beliau sedang berbicara dengan pembesar-pembesar Quraisy. Janganlah mereka diusir, sehingga menyakitkan hatinya. Sekalipun mereka miskin tetapi kedudukan mereka lebih tinggi di sisi Allah, karena itu ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik atau suruhlah mereka menunggu sampai pembicaraan dengan pembesar-pembesar Quraisy itu selesai. Menurut golongan ini bahwa pendapat mereka sesuai dengan sebab ayat diturunkan.

Kepada orang-orang yang masuk Islam, Allah menjanjikan akan melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka, sebagai suatu kemurahan daripada-Nya.

Di antara rahmat yang dilimpahkan Allah ialah tidak dihukumnya orang-orang yang:

1. Berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah perbuatan maksiat.
2. Mengerjakan larangan karena tidak sadar, lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu. Kemudian mereka bertobat, dan menyesal atas perbuatan itu, mereka berjanji tidak akan mengulangi lagi, serta mengadakan perbaikan dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, dan mengikis habis pengaruh pekerjaan buruk itu dalam hatinya, hingga hati dan jiwanya bersih, dan dirinya bertambah dekat kepada Allah.

Dari ayat ini dapat diambil suatu dasar dalam menetapkan hukuman bahwa hal-hal yang dapat menghapuskan, mengurangi atau meringankan hukuman seseorang yang akan atau telah diputuskan hukumannya, yaitu:

1.  Kesalahan yang diperbuatnya dilakukan tanpa disadari, atau perbuatan itu dilakukan tanpa kemauan dan ikhtiarnya.
2. Tindakan atau tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia telah berjanji dalam hatinya tidak akan mengulangi perbuatan itu, ia telah menyesal karena mengerjakan kejahatan tersebut, serta melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Allah SWT berfirman :

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَىٰ  

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” ( QS. Thaha (20) : 82)

Sobat. Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia Maha Pengampun bagi orang yang bertobat dari perbuatan syirik, membersihkan dirinya dari dosa, ikhlas dan amalnya dikerjakan semata-mata karena Allah, menunaikan kewajiban-Nya, mejauhi kemaksiatan, istiqamah ibadahnya sampai ia meninggal, dan memenuhi perintah Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (al- hijr/15: 99).

Sobat. Melaksakan sholat, menunaikan zakat, Iman kepada para Rasul dan menghormati mereka, memberikan infak karena Allah adalah amalan yang membuat kita diampuni dosa-dosa kita oleh Allah SWT.

۞وَلَقَدْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًاۖ وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْۖ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآمَنتُم بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّأُكَفِّرَنَّ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُۚ فَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ 

“Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” ( QS. Al-Maidah (5) : 12 )

Sobat. Menurut riwayat, pengingkaran janji orang-orang Yahudi itu terjadi setelah mereka lepas dari cengkeraman Firaun di Mesir, maka Allah dengan perantaraan Nabi Musa memerintahkan mereka keluar dari Mesir menuju Palestina. Pada waktu itu Palestina didiami oleh suku Kanan yang sangat perkasa dan angkuh. Mereka diperintahkan ke sana untuk berjihad menghadapi orang-orang yang kasar itu dengan perjanjian dan Allah akan menolong mereka. 

Allah memerintahkan Nabi Musa mengambil 12 orang pemimpin yang mewakili setiap suku dari mereka untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh Allah. Setelah perjanjian dibuat, mereka pun berangkat, dan setibanya di dekat tanah suci Yerusalem, Nabi Musa menyuruh ke-12 orang pemimpin itu masuk dengan menyamar ke kota untuk memata-matai dan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. (Kitab Bilangan xiii dan xiv. Lihat juga al-Baqarah/2:63 dan tafsirnya). Setelah pemimpin Yahudi itu melihat para penduduknya yang bertubuh kuat dan mempunyai kekuatan yang hebat mereka merasa takut lalu pulang dan menceritakan kepada kaumnya hal-hal yang mereka lihat, padahal mereka sudah diperintahkan oleh Nabi Musa agar jangan menceritakan kepada kaumnya apa yang mereka lihat. 

Dengan demikian, mereka telah melanggar janji, kecuali dua orang dari pemimpin itu sebagaimana disebutkan pada ayat 23 dari surah ini. Selain itu Allah memerintahkan kembali kepada mereka untuk mendirikan salat, menunaikan zakat, beriman dan membantu Rasul-rasul Allah yang akan diutus sesudah Musa, seperti Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, Isa dan Muhammad. 

Di samping itu Allah juga memerintahkan supaya mereka memberikan pinjaman yang baik kepada Allah yaitu menafkahkan harta benda dengan ikhlas di jalan Allah. Jika mereka mau melaksanakan semua perintah Allah tersebut, niscaya Allah akan menghapus dosa-dosa mereka yang lain dan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Barang siapa yang masih kafir dan mengingkari janji sesudah itu, maka mereka adalah orang yang sesat dari jalan yang benar.

Sobat. Demikian banyak cara dan jalan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang telah melakukan kesalahan, kemudian ingin kembali ke jalan-Nya. Jika ada kemauan baik dari mereka , Allah pasti akan mengampuni dosa mereka. Sungguh Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku The Power of Spirituality dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Sebab Gelap dan Terangnya Hati


Tinta Media - Sobat. Jangan banyak berangan-angan kosong karena salah satu sebab gelapnya hati. Angan-angan kosong ialah mengharap sesuatu yang kemungkinannya jauh untuk dijangkau. Dalam hal ini baginda Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari kalian adalah dua hal, yaitu menuruti hawa nafsu dan mempertinggi khayalan. Menuruti hawa nafsu itu akan menjauhkan diri dari kebenaran, sedangkan angan-angan kosong mencerminkan cinta terhadap dunia.” 

Sobat. Sahabat Nabi  yang masuk Islam sejak dia masih anak-anak yakni Abdullah bin Mas’ud ra beliau berkata,” Empat perkara yang menyebabkan gelapnya hati : 

1. Perut yang terlalu kenyang tanpa ukuran.
2. Bergaul dengan orang-orang zalim.
3. Melupakan dosa-dosa yang pernah dilakukan.
4. Angan-angan kosong. 

Empat perkara yang menyebabkan terangnya hati adalah : 

1. Perut lapar karena hati-hati.
2. Bergaul dengan orang-orang sholeh.
3. Mengingat dosa yang pernah dilakukan.
4. Tidak banyak berkhayal. 

Sobat. Maksiat  merupakan sikap lancang kepada Allah. Dalam kemaksiatan terkandung aneka keburukan. Dampak kemaksiatan berupa dampak lahiriah ada juga berupa dampak batiniah. 

Dampak maksiat yang bersifat lahiriah : 

1. Keruhnya anggota badan. Ini merupakan kiasan mengenai hilangnya cahaya wajah dan anggota badan akibat perbuatan maksiat. Ungkapan ini benar adanya. Sebab, anggota badan akan menjadi cemerlang oleh ketaatan dan sebaliknya, menjadi redup dan kotor oleh kemaksiatan. Muslim yang taat kepada Allah dapat membedakan mana wajah orang yang bertakwa dan mana  wajah pendosa. 

2. Kebekuan di mata. Mata orang yang bermaksiat seakan membeku karena tidak bisa menitikkan air mata yang mengucur karena takut kepada Allah dan perasaan bersalah. Mata seperti itu berbeda jauh dari mata yang disebutkan sabda Rasulullah SAW, “ Ada dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka;  mata yang menangis lantaran takut kepada Allah dan mata yang begadang karena berjaga-jaga di jalan Allah.” 

3. Malas beribadah. Kemaksiatan akan membuat pelakunya malas beribadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Suka menunda-nunda sholat, berzakat atau berhaji padahal ia tergolong orang yang mampu melakukannya. 

4. Tidak menjaga kehormatan Allah. Orang yang bermaksiat tidak akan menjaga sholat, puasa, haji dan perintah Allah yang lainnya serta enggan mengagungkan Al-Qur’an. Tidak hanya itu ia berani melanggar larangan-larangan Allah. Ketika beramal, ia menampakkan sikap  riya dan mengharapkan pujian manusia. Ia beramal tetapi mengabaikan ridha Allah SWT. 

5. Semakin kuatnya desakan syahwat dan lenyapnya  keindahan taat. Hamba yang kerap berbuat dosa tidak mampu menghargai ketaatan dan tidak merasakan kenikmatan taat. Andai saja ia mau menunaikan sholat dua rakaat di ujung malam dengan khusyuk dan jauh dari tarikan dunia, tentu dia akan merasakan nikmatnya taat dan kedekatan kepada Allah. Namun, ia berpaling dari itu semua memilih untuk memenuhi ajakan nafsu yang hina sehingga ia terhijab dari idahnya ketaatan. 

Dampak maksiat yang bersifat batiniah : 

1. Hati yang kesat dan keras. Hati yang paling kesat adalah yang dipenuhi perasaan cinta dunia, kedudukan, dan kesombongan. Hatinya dipenuhi kemaksiatan dan dosa. Dalam hatinya tak  ada lagi kasih sayang dan rasa takut kepada Allah. SWT 

أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٖ مِّن رَّبِّهِۦۚ فَوَيۡلٞ لِّلۡقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ  

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” ( QS. Az-Zumar (39) : 22 ) 

2. Jiwa yang membangkang. Jiwa kita ini semestinya taat kepada Allah  dan setia mematuhi perintah-Nya. Ketika menyimpang, pemiliknya harus berusaha mengembalikan kepada jalan yang benar. Inilah yang disebut berjuang mengendalikan jiwa yang memerintahkan kepada keburukan. 

3. Dada yang sempit akibat syahwat dan hilangnya kenikmatan taat. Orang yang membiarkan pandangannya akan kehilangan mata hati. Orang yang membiarkan lisannya akan kehilangan nurani. Orang yang memilih makanan syubhat, jiwanya kan menjadi gelap, tidak bisa bangun malam, kehilangan nikmat munajat dan seterusnya. Ini hanya dapat diketahui oleh orang yang mau menghisab diri. 

4. Hadirnya gambaran dunia yang menghalangi terbitnya kilau cahaya. Dunia adalah segala sesuatu yang membuatmu lalai  dari Allah. Semua yang membuatmu lupa kepada Allah  menjadi penghalang datangnya taufik dan ilham-Nya. Sebab hanya hamba yang berjuang mengendalikan nafsu dan yang taat kepada Allah saja yang akan mendapatkan taufik-Nya sehingga ia semakin taat dan takwa kepada-Nya. 

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ 

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” ( QS. Al-Ánkabut (29) : 69 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu, Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan di akhirat kelak. 

Allah berfirman:
(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (al-hajj/22: 40) 

Makna jihad dalam ayat 69 ini ialah melakukan segala macam usaha untuk menegakkan agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, termasuk juga memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Menurut Abu Sulaiman ad-Darani, jihad di sini bukan berarti memerangi orang-orang kafir saja, melainkan juga berarti mempertahankan agama, dan memberantas kezaliman. Adapun yang utama ialah menganjurkan perbuatan makruf, melarang dari perbuatan yang mungkar, dan memerangi hawa nafsu dalam rangka menaati perintah Allah.
Mereka yang berjihad itu dijanjikan Allah jalan yang lapang. Janji ini pasti akan terlaksana, sebagaimana firman-Nya: 

Dan sungguh, Kami telah mengutus sebelum engkau (Muhammad) beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman. (ar-Rum/30: 47) 

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang berjihad di jalan Allah itu adalah orang-orang yang berbuat baik (muhsin). Hal ini berarti bahwa segala macam perbuatan, sesuai dengan yang digariskan Allah dalam berjihad itu, adalah perbuatan baik. Dinamakan demikian karena orang-orang yang berjihad itu selalu berjalan di jalan Allah. Orang-orang yang tidak mau berjihad adalah orang yang tidak baik, sebab ia telah membangkang terhadap perintah Allah untuk melakukan jihad. Orang itu adalah orang yang sesat, karena tidak mau meniti jalan lurus yang telah dibentangkan-Nya. 

Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah selalu beserta orang-orang yang berperang di jalan-Nya, memerangi hawa nafsu, mengusir semua bisikan setan dari hatinya, dan tidak pernah menyia-nyiakan ajaran agama-Nya. Pernyataan ini dapat menenteramkan hati orang yang beriman dalam menghadapi orang-orang kafir dan membangkitkan semangat mereka berjuang di jalan-Nya. 

Ayat ini menerangkan bahwa orang-orang yang berjihad untuk mencari keridaan Allah, pasti akan ditunjukkan kepada mereka jalan-Nya. Dari ayat ini dipahami bahwa lapangan jihad yang luas bisa dilaksanakan dengan berbagai cara, berupa perkataan, tulisan, dan pada situasi tertentu dapat dilakukan dengan senjata. Karena luas dan banyaknya lapangan jihad berarti banyak sekali jalan-jalan yang dapat ditempuh seorang mukmin untuk sampai kepada keridaan Allah, asal semua jalan itu diniatkan untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan kebaikan. 

5. Dominasi hawa nafsu. Mengikuti nafsu hanya akan mendatangkan kehinaan dan penyesalan. Sebaliknya menentang nafsu akan mendatangkan kemuliaan dan kebaikan. 

6. Munculnya keraguan, lalai terhadap tempat kembali dan lupa menghisap diri. Kemaksiatan akan melahirkan keraguan dalam segala urusan. Maksiat dapat membuat seseorang ragu kepada Allah, ragu dalam urusan rezeki, ragu terhadap kebijaksanaan Allah kepada makhluk-Nya, ragu terhadap siksa kubur, ragu terhadap kengerian kiamat, hisab, hukuman, surga dan neraka. Semua itu muncul karena kurangnya yakin kepada Allah dan itu disebabkan oleh  karat dosa dan maksiat yang melekati kalbu. 

Sobat. Hamba yang gemar bermaksiat cenderung lupa bahwa ia akan menghadap Allah. Ia lalai dan mengabaikan berbagai kesulitan dan perhitungan di hari akhir. Padahal kesulitan dan perhitungan di akhirat sangat dahsyat. Sebagaimana digambarkan dalam firman-Nya : 

يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّآ أَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٞ 

“(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” ( QS. Al-Hajj (22) : 2 ) 

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan betapa dahsyatnya peristiwa yang terjadi pada hari Kiamat itu dan betapa besar pengaruhnya kepada seseorang, di antaranya: 

1.  Pada hari itu ibu yang sedang menyusukan anaknya lalai dari anaknya. Padahal hubungan antara ibu dan anak adalah hubungan yang paling dekat dibandingkan dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain. Demikian pula hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya adalah hubungan kasih sayang yang tidak akan putus-putusnya. Di antara perwujudan hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya itu ialah ibu menyusukan tanpa pamrih anaknya yang masih kecil dan air susu ibu itu merupakan makanan pokok bagi si bayi. Tanpa adanya makanan itu si bayi bisa mati kelaparan dan hal ini benar-benar disadari akibatnya oleh setiap ibu. Karena itu ibu berkewajiban menyusukan anaknya yang merupakan jantung hatinya itu, setiap saat yang diperlukan. Pada hari Kiamat yang demikian mengerikan dan dahsyatnya peristiwa yang terjadi, seakan hubungan yang demikian itu terputus. Di dalam diri si ibu waktu itu timbul rasa takut dan ngeri melihat suasana yang kacau balau itu, sehingga si ibu lupa menyusukan anaknya, dan lupa segala-galanya termasuk anaknya yang sedang menyusu. 

2.  Pada hari Kiamat itu gugurlah semua kandungan perempuan yang hamil. Biasanya keguguran kandungan perempuan yang hamil terjadi, jika terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan dan menakutkan hati atau karena terjatuh atau mengalami guncangan yang keras, seperti guncangan kendaraan dan sebagainya. Pada hari Kiamat itu terjadi gempa bumi dan guncangan yang hebat yang menghancurkan manusia yang hidup, termasuk di dalamnya perempuan-perempuan yang hamil beserta anak yang sedang dikandungnya. 

Al-Hasan berkata, yang dimaksud dengan "lalailah semua perempuan yang menyusukan anak dari anak yang disusukannya", ialah kelalaian yang bukan disebabkan karena menyapih anak itu, dan yang dimaksud dengan "gugurlah semua kandungan perempuan yang hamil" ialah anak yang dikandung itu lahir sebelum sempurna waktunya. 

3.  Pada hari itu manusia kelihatan seperti orang yang sedang mabuk, padahal ia bukan sedang mabuk. Hal ini menunjukkan kebingungan mereka tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan, semua dalam keadaan takut, dalam keadaan mencari-cari tempat berlindung, dan berusaha menghindarkan diri dari malapetaka yang sedang menimpa itu. 

Keadaan dan peristiwa yang diterangkan di atas adalah untuk melukiskan dan menggambarkan kepada manusia, betapa dahsyatnya malapetaka yang terjadi pada hari Kiamat itu, sehingga gambaran itu dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka, kendati pun kejadian yang sebenarnya lebih dahsyat lagi dari yang digambarkan itu. Sedang kejadian yang sebenarnya yang terjadi pada hari Kiamat itu tidak dapat digambarkan kedahsyatannya, karena tidak ada suatu kejadian yang terjadi sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai perbandingan. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Tiga Sikap yang Harus Dijauhi



Tinta Media - Sobat. Mengeluh pada orang lain atas nasib buruk yang menimpa termasuk pertanda tidak terima dengan ketetapan Allah. Kita tidak diperkenankan mengeluh, kecuali kepada Allah. Mengeluh kepada-Nya diperbolehkan karena itu merupakan bentuk doa. 

Sobat. Diriwayatkan baginda Rasulullah pernah bersabda :

1. Siapa yang pada pagi harinya mengeluh kesulitan hidup maka dia sama dengan mengeluhkan Tuhannya. 

2. Siapa yang pada pagi harinya bersedih karena urusan dunia maka dia pada pagi  hari itu telah membenci ketetapan Allah SWT. 

3. Siapa yang merendahkan diri pada orang kaya karena kagum pada kekayaannya, sungguh telah hilang dua pertiga dari agamanya (ketaatannya) 

Sobat. Disebutkan dalam riwayat dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Maukah kalian aku ajarkan beberapa kalimat yang diucapkan oleh Nabi Musa as. Ketika menyeberangi laut bersama kaumnya bani Israil?” Para sahabat menjawab, “ Tentu mau ya Rasulullah.”  Beliau berkata, Ucapkanlah, “ Allahumma lakal hamdu wa ilaikal musytakaa wa antal musta’aanu  wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiimi.” 

“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu dan hanya kepada-Mu kami mengadu, Engkaulah Zat yang paling berhak dimintai pertolongan. Tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah yang Mahatinggi, Maha Agung.” 

Doa di atas bisa ditambahkan, “wa nasta’iynuka ‘ala  fasaadin fiinaa wa nas’aluka sholaaha amrinaa kullihi.”  

“Kami memohon pertolongan kepada-Mu dari segala bencana kerusakan yang menimpa dan kami memohon kepada-Mu kebaikan dalam segala urusan.” 

Sikap kedua yang harus dijauhi, orang yang sedih karena urusan dunia berarti marah kepada Allah SWT. Dia tidak ridha atas ketetapan-Nya dan tidak sabar atas cobaan yang diterima. Dia tidak beriman kepada takdir-Nya karena setiap kejadian di dunia ini sesungguhnya berdasarkan qadha dan qadar Allah SWT. 

Sobat. Pemulihan terhadap orang itu harus berdasarkan kebaikan akhlak dan keilmuannya, bukan karena harta yang dimilikinya. Orang yang memuliakan harta di atas segala-nya, berarti dia telah menghinakan ilmu dan akhlak mulia. 

Sobat. Syeikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah pernah mengatakan dalam nasehatnya, “ Seluruh sikap dan tingkah laku  seorang mukmin itu harus mencerminkan tiga hal, yakni menaati perintah Allah, meninggalkan larangan Allah, atau menerima ketetapan Allah. Sesederhana apa pun sikap dan tingkah lakunya, minimal mencerminkan satu dari tiga hal tersebut. Oleh sebab itu, hati harus selalu dijaga untuk menetapi tiga hal tersebut, menasihati diri sendiri untuk menjalankannya, serta mengarahkan seluruh anggota tubuh dalam segala sikap dan tingkahnya ke dalam tiga hal tersebut.” 

Sobat. Ada tiga hal pokok dalam kehidupan : Pertama. Dari sekian banyak nikmat dunia, cukuplah Islam sebagai nikmat bagimu. Kedua. Dari sekian banyak kesibukan, cukuplah ketaatan sebagai kesibukan bagimu. Ketiga. Dari sekian banyak pelajaran, cukuplah kematian sebagai pelajaran bagimu. Sesungguhnya nikmat terbesar yang Allah SWT berikan pada hamba-Nya adalah penciptaan mereka dari tiada menjadi ada dan membebaskan mereka dari kekufuran menuju cahaya Islam. 

Sobat. Seorang muslim akan mendedikasikan hidupnya untuk terus beribadah kepada Allah sampai akhir hayatnya. Dia sudah berjanji kepada Allah untuk terus berjuang demi tegaknya panji-panji Allah di muka bumi. 

Allah SWT berfirman : 

مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلٗا  

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya),” ( QS. Al-Ahzab (33) : 23 ) 

Sobat. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, at- Tirmidzi, an-Nasa'i, dan imam-imam hadis yang lain dari sahabat Anas, ia berkata, "Pamanku Anas bin an-Nadhar, tidak ikut Perang Badar, maka ia merasa sedih dan kecewa. Ia berkata, 'Aku tidak hadir pada peperangan yang pertama kali diikuti Rasulullah saw. Sesungguhnya jika Allah memberikan kesempatan kepadaku mengikuti peperangan bersama Rasulullah sesudah ini, tentulah Allah Taala akan melihat apa yang akan aku lakukan. Maka pamanku dapat ikut serta dalam Perang Uhud. Dalam perjalanan menuju Uhud, pamanku bertemu dengan Sa'ad bin Mu'adh, dan Sa'ad bertanya kepadanya, 'Hai Abu 'Amr, hendak ke manakah engkau? Pamanku menjawab, 'Mencari bau surga yang akan aku peroleh di Perang Uhud nanti. Maka pamanku terus ke Uhud dan gugur sebagai syuhada di sana. Pada tubuhnya terdapat kira-kira 80 bekas pukulan, tusukan tombak, dan lubang anak panah." Maka turunlah ayat ini. 

Allah menerangkan bahwa di antara kaum Muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ada orang-orang yang menepati janjinya. Mereka telah berjuang dengan seluruh jiwa dan hartanya, di antara mereka ada yang mati syahid di Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan peperangan-peperangan lainnya, sedang sebagian yang lain ada yang menunggu-nunggu dipanjangkan umurnya, menunggu ketetapan Allah Yang Maha Esa. Orang-orang yang masih hidup ini, sekali-kali tidak akan berubah janjinya kepada Allah, akan tetap ditepatinya janjinya selama hayat dikandung badan. 

Dalam Tafsir al-Kasysyaf dijelaskan bahwa beberapa orang sahabat ada yang bernazar: jika mereka ikut perang bersama Rasulullah, mereka tidak akan mundur dan tetap bertahan sampai gugur sebagai syuhada. Di antara sahabat yang berjanji itu ialah Usman bin Affan, thalhah bin 'Ubaidillah, Sa'id bin Zaid, hamzah, Mush'ab bin 'Umair, dan sahabat-sahabat yang lain. 

لِّيَجۡزِيَ ٱللَّهُ ٱلصَّٰدِقِينَ بِصِدۡقِهِمۡ وَيُعَذِّبَ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ إِن شَآءَ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ غَفُورٗا رَّحِيمٗا 

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al-Ahzab (33) : 24 ) 

Sobat. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa sebab adanya ujian dan cobaan bagi orang-orang yang beriman ialah untuk membedakan yang jelek dengan yang baik, yang benar-benar beriman dengan yang kafir. Ujian ini juga bertujuan untuk menyatakan dan menampakkan apa yang berada dalam hati mereka yang sebenarnya. Dalam hal ini, Allah berfirman:

Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu. (Muhammad/47: 31) 

Dan firman Allah:
Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia membedakan yang buruk dari yang baik. (ali 'Imran/3: 179) 

Kemudian setelah jelas keadaan mereka, maka Allah memberi pahala kepada orang-orang yang benar-benar menepati janjinya, dan mengazab orang-orang munafik yang tidak menepati janjinya. Sekalipun demikian pintu tobat masih terbuka bagi orang-orang munafik itu, yaitu jika mereka beriman, menepati janjinya dan mengerjakan amal saleh. Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuatnya dahulu. 

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan kepada hamba-hamba-Nya bahwa Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, menghapus segala dosa orang-orang yang benar-benar bertobat, seakan-akan dosa itu tidak pernah diperbuatnya. Dari ayat ini dipahami bahwa pintu tobat itu selalu terbuka, bagi setiap hamba yang melakukannya. Oleh karena itu, hendaklah kaum Muslimin selalu melakukannya. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power of Spirituality. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

FIWS: PBB Hanya Permainan Politik Amerika



Tinta Media - Menyoroti terkait adanya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang digadang-gadang mampu menyelesaikan konflik Palestina, Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Bung Farid Wadjdi menilai PBB hanya sebagai permainan politik Amerika.

“Ini hanya sekedar permainan politik Amerika Serikat, yang justru kita kritisi paling dasar masih berharapnya negara Islam terhadap PBB untuk menyelesaikan persoalan ini (Palestina),” ujarnya dalam acara Kabar Petang dengan tema Bongkar Siasat Amerika Atas Gaza dikanal Youtube Khilafah News Rabu (27/12/23).

Menurutnya, bukti-bukti telah menunjukkan bahwa PBB sudah menjadi alat Amerika untuk kepentingan Amerika sendiri.

“Kita tahu salah satu resolusi PBB justru memberikan legitimasi terhadap keberadaan entitas penjajah Yahudi adalah resolusi PBB No. 181 yang disahkan oleh menteri PBB pada tahun 1947, proyek ini diserahkan Palestina menjadi negara Arab dan Yahudi,” tuturnya.

Lebih lanjut, katanya, PBB menjadi bagian dari alat politik Amerika untuk seolah-olah menunjukkan Amerika adalah negara yang paling menentukan dunia.

“Sehingga bagaimana solusi terhadap konflik di Palestina itu sangat bergantung pada Amerika dengan veto yang dia miliki, jadi PBB ini bagian dari pencitraan Amerika,” ungkapnya.

Farid menilai, keberadaan PBB juga sesungguhnya ini menjadi semacam alat penyelamat bagi ideologi kapitalisme.

“Ya, dengan adanya PBB yang menyerukan gencatan senjata  yang itu pun tidak disetujui Amerika, kemudian redaksi kemungkinan disetujui itu adalah pengiriman bantuan kemanusiaan,” bebernya.

Jadi, sambungnya, seolah-olah Amerika itu masih baik, PBB itu masih baik, sistem ideologi kapitalisme itu masih baik. “Padahal apa yang terjadi sekarang di Palestina sesungguhnya untuk mengukuhkan peradaban Kapitalisme,” tandasnya. [] Setiyawan Dwi.
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab