Tinta Media

Sabtu, 23 Desember 2023

Anomali Negeri Kapitalis: Hari Ibu Disanjung, Peran Ibu Dikungkung


Tinta Media - Sejak tahun 1928 Setiap tahunnya pada tanggal 22 Desember Indonesia memperingati  Hari Ibu Nasional dengan mengusung tema yang berbeda-beda. 
Untuk tahun 2023 ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA) telah merilis tema utama Peringatan Hari Ibu ke-94 tahun ini adalah “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Dengan beberapa sub tema lainnya yaitu: Kewirausahaan Perempuan: Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan, Perempuan dan Digital Ekonomi, “Perempuan dan Kepemimpinan, dan sub-tema yang terakhir adalah Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya.

Dari 4 sub-tema yang dipaparkan tersebut, seolah mendefinisikan dari tema utamanya. Bahwa yang dimaksud Perempuan berdaya adalah perempuan yang berwirausaha dan menjunjung kesetaraan dengan kaum lelaki. Perempuan berdaya ialah perempuan yang berperan serta dan mengikuti arus digitalisasi ekonomi baik dalam skala rumahan ataupun industri. Perempuan berdaya ialah perempuan yang bukan hanya mengikuti arus tapi juga berperan penting dalam politik praktis sebagai pemimpin dalam komunitasnya dan mengedepankan kesetaraan gender.

Dari sini terlihat jelas bahwa negara melalui KemenPPPA melihat perempuan hanya sebatas aset ekonomi negara. Apalagi kondisi penduduk Indonesia yang hampir setengahnya adalah perempuan, sehingga posisi perempuan yang dianggap menguntungkan negara  dan bernilai ekonomi jika dijadikan sebagai faktor produksi . Sebaliknya, bagi perempuan yang tidak bekerja, tidak menghasilkan pendapatan dianggap sebagai perempuan tidak produktif dan cenderung dianggap beban ekonomi negara. 

Negara melihat fungsi domestik perempuan di dalam rumah bukanlah sesuatu yang penting. Seperti  contohnya fungsi perempuan sebagai istri yang melayani suami di rumah, atau seorang ibu rumah tangga yang fokus di rumah untuk merawat anak-anaknya dan mengurusi serta memenuhi segala kebutuhan di rumah tanpa melakukan aktivitas ekonomi dianggap sebagai kegiatan yang membuang-buang waktu karena tidak menghasilkan uang.

Inilah contoh jelas cara pandang negara kapitalis.
Padahal  sejatinya ketika seorang perempuan dijauhkan dari rumahnya mengakibatkan banyak masalah terjadi , renggangnya hubungan suami-istri, masalah hubungan anak dan orang tua. Banyak sekali kenakalan anak remaja dan tindak kriminalitas yang disebabkan rapuhnya pertahanan keluarga. Ibu dan bapak sama-sama bekerja mengakibatkan anak tidak punya figur pendidikan dan keteladanan dari rumah dan hanya mencontoh dari tontonan media yang tidak mendidik.

Hal tersebut sungguh sangat berbeda jika menggunakan kacamata pandang Islam. Sebagai agama yang sempurna dan menjadi petunjuk hidup bagi siapa saja kaum yang meyakini dan mengambilnya. Islam memandang fungsi utama perempuan adalah sebagai ummu warobbatul bait yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Ini adalah tugas yang mulia dan akan mencetak generasi yang melanjutkan perjuangan dan meninggikan kalimat Allah. 

Begitu mulianya peran sebagai ibu bahkan Rasulullah bersabda:  Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Maka menjadi seorang ibu rumah tangga yang fokus di rumah merawat dan memenuhi kebutuhan keluarga bukanlah kegiatan yang sia-sia, justru itu adalah perbuatan yang sangat mulia.

Hanya saja, fungsi domestik perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga  ini bukan berati Islam melarang melakukan aktivitas lainnya. Perempuan juga diperbolehkan melakukan kehidupan umum di ruang publik. 

Bahkan Allah SWT mewajibkan perempuan untuk mengemban dakwah dan menuntut ilmu. Juga membolehkan perempuan bekerja membantu suami selama aktivitas tersebut tidak melanggar hukum syara.

Kemuliaan ini hanya akan sempurna ketika Islam diterapkan secara kaffah. Karena Islam yang diterapkan secara parsial hanya akan mengantarkan umat muslim ke dalam keterpurukan di dunia maupun di akhirat. Wallaahua'lam.

Oleh: Citra Dewi Astuti
(Ibu dan Aktivis Muslimah) 

Solusi Islam dalam Menghentikan HIV/AIDS


Tinta Media - Banyak hal yang menarik untuk diulik ketika berbicara tentang remaja. Remaja biasa dikenal dengan sebutan pemuda. Kebanyakan orang menilai pemuda itu energik, kuat, tegap, kekar, penuh semangat, suara lantang, memiliki berbagai potensi dan prestasi. Lalu, apa kabar remaja zaman now? Benarkah remaja saat ini demikian? 

Memang banyak pemuda yang memiliki segudang prestasi dan potensi istimewa untuk masa depan diri, bangsa, dan agama. Namun, ketika membaca dan melihat berita di media cetak maupun elektronik, justru lebih banyak dijumpai kondisi remaja yang memprihatinkan. Mereka semakin berani mengekspresikan diri hingga kelewat batas. 

Hampir setiap waktu, ada berita remaja tawuran, bullying, narkoba, seks bebas, aborsi, hingga terjangkit HIV/AIDS. Maka, butuh perhatian serius dalam menghadapi masalah remaja, khususnya terkait HIV/AIDS ini. Pasalnya, remaja bahkan anak-anak juga terjangkit penyakit mengerikan ini dalam jumlah yang cukup besar.

Data Penderita HIV/AIDS

Dilansir dari data WHO, kasus penderita HIV/AIDS sedunia pada tahun 2022 sebanyak 39 juta orang. 37,5 juta orang usia dewasa, dengan 20 juta perempuan dan 17,5 juta laki-laki. Mirisnya lagi, anak-anak penderita HIV/AIDS mencapai 1,5 juta anak.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat jumlah kasus HIV mencapai 515.455 pada rentan waktu Januari hingga September 2023. Dari data itu, sebesar 3,4% berusia 15-19 tahun ada di urutan ke-4. Sedangkan pengidap HIV terbesar di Indonesia ada pada usia 25-49 tahun yaitu mencapai 69,9%. Urutan kedua terbayak ada pada usia 20-24 tahun sebanyak 16,1%. Disusul penderita usia di atas 50 tahun di urutan ke-3. Posisi ke-5 diderita pada segmentasi balita mencapai 1,9% dan usia 5-14 tahun sebesar 1%. (katadata.co.id, 1/12/2023). 

Peringatan Hari HIV/AIDS

Adanya peningkatan kasus HIV/AIDS setiap tahun, mengharuskan adanya penanganan serius dari semua pihak. Penanganan bagi penderita ini harus disertai pencegahan agar tidak semakin meluas. 

Memahamkan masyarakat umum tentang penyebab HIV, penularannya, serta pencegahan harus dilakukan secara masif. Itulah ide awal tercetusnya hari AIDS sedunia selain untuk mengenang mereka yang telah meninggal dunia akibat penyakit ini.

Hari AIDS sedunia dicetuskan oleh James W. Bunn dan Thomas Netter pada Agustus 1987. Mereka mengajukan ide tersebut kepada Director of the Global Programme on AIDS (searang dikenal UNAIDS) Dr. Jonathan Mann. Ia menyetujui ide tersebut dan merekomendasikan hari AIDS sedunia pertama pada 1 Desember 1988.

Hari HIV/AIDS  sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember. Dilansir dari World AIDS Day, tahun 1988 menjadi awal respons terhadap epidemi HIV/AIDS yang kian memprihatinkan, kemudian berkembang menjadi kampanye global guna meningkatkan pemahaman, dukungan, dan upaya pencegahan.

Mulanya, hari AIDS sedunia dirancang guna memberi kesempatan pada siapa pun di seluruh dunia untuk bersatu menghadapi pandemi HIV/AIDS dan sebagai solidaritas terhadap penderitanya. Namun, sekarang peringatan ini menjadi agenda untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mengurangi stigma, dan menghormati orang yang telah meninggal akibat AIDS.

Di tahun 2023 ini, hari AIDS sedunia mengambil tema “Let Communities Lead” (biarkan komunitas memimpin). Seiring tema global, Indonesia mengusung tema “Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030”, diharapkan kolaborasi dan koordinasi antarsektor dengan komunitas semakin meningkat.

Di Indonesia sendiri, Tahun 2023, hari AIDS sedunia diperingati sebagai komitmen untuk mengatasi tantangan dalam pencegahan, perawatan, dan dukungan terhadap individu yang hidup dengan HIV/AIDS. Peringatan kali ini mengambil tema "End Inequalities. End AIDS. End Pandemics" yang menekankan pentingnya mengakhiri ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan dan dukungan bagi semua individu yang terdampak HIV/AIDS.

Dilansir dari kemkes.go.id. peringatan kali ini bukan hanya perayaan, namun juga panggilan untuk memberi akses dan dukungan kepada komunitas dalam peran kepemimpinannya. Kunci untuk mencapai target Ending AIDS 2030 adalah penguatan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan komunitas.

Peringatan hari AIDS diharap membahas tantangan, memberikan dukungan dan merayakan kemajuan dengan menciptakan momentum global yang krusial. Meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam pengobatan dan pencegahan HIV/AIDS, peringatan ini mengingatkan masyarakat untuk tidak meremehkan, bahkan menghindari perjuangan yang masih dihadapi oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Akar Masalah dan Penanganan HIV/AIDS

Jika ditelisik, penyebaran kasus HIV/AIDS tidak hanya masalah medis, tetapi juga gaya hidup manusia yang salah. Tentu saja ini merupakan pengaruh dari sistem kapitalis sekuler yang dianut negara. Sistem ini berbuah gaya hidup liberal, bebas kelewat batas, sehingga virus tersebut cepat berkembang. 

Dalam sistem kapitalis sekularis, aturan kehidupan tidak bersandar pada halal dan haram. Sistem ini bersandar pada akal manusia dan hawa nafsu semata. Segala sesuatu akan diakui ketika menghasilkan materi dan menjunjung tinggi kebebasan dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM). 

Solusi Tuntas HIV/AIDS

Selama ini pemerintah sudah berusaha mengatasi masalah HIV/AIDS dengan berbagai cara. Namun, ternyata jumlah penderitanya terus bertambah. Kenapa? Karena belum mampu menyelesaikan akar masalahnya. Bahkan, ada solusi yang justru terkesan memperbolehkan seks bebas, seperti penggunaan kondom. Artinya, negara mengizinkan seks bebas asalkan menggunakan kondom. Harusnya seks bebas yang dilarang, bukan justru disarankan menggunakan pengaman, karena sebenarnya justru aman jika meninggalkan seks bebas.

Sejatinya, masalah HIV/AIDS butuh solusi tuntas yang telah Allah berikan. Dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 49 Allah SWT berfirman, yang artinya:

"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu."

Jika di atas disampaikan penyebaran HIV/AIDS karena sistem kapitalis sekuler, maka solusinya adalah menerapkan sistem Islam. Selain itu, seks bebas menjadi penyebabnya juga. Maka, mencegahnya adalah dengan menjauhi zina. 

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 32 yang artinya: 

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” 

Intinya, dalam negara Islam akan diterapkan sistem pergaulan sesuai syariat. Sejatinya, hukum kehidupan laki-laki dan perempuan adalah terpisah, kecuali ada aturan yang mengikat, yaitu pernikahan.

Jika negara telah menerapkan aturan sistem pergaulan, tetapi masih ada yang tidak taat, maka negara bisa memberikan sanksi tegas dan keras. Sanksi dalam Islam mampu memberikan efek jera bagi pelaku maupun orang lain. Sanksi seperti ini adalah agar masyarakat mau taat aturan Islam.

Namun, yang dapat menerapkan sistem pergaulan seperti ini tidak lain adalah negara dalam naungan khilafah. Khalifah akan memberikan pengobatan berkualitas dan memastikan kesembuhannya. Biaya kesehatannya pun gratis kepada seluruh masyarakat. 

Selanjutnya, negara akan berupaya sungguh-sungguh melakukan riset untuk menemukan obat penawarnya. Negara percaya bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya. Hal ini mengacu pada sabda Rasulullah, yang artinya:

”Semua penyakit ada obatnya. Bila sesuai antara obat dan penyakitnya, maka (penyakit) akan sembuh dengan izin Allah Swt." (HR Muslim)

Demikian solusi yang ditawarkan Islam untuk menghentikan virus HIV/AIDS. Tentu saja semua butuh dukungan dari berbagai hal lain, seperti sistem ekonomi Islam, politik Islam, dan lainnya. Dengan mekanisme tersebut, diharapkan penyebaran virus AIV/AIDS dapat diminimalisasi, bahkan dihentikan. 
Allahu a’lam bish shawab.

Oleh: R. Raraswati
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)

Kebijakan Impor Merugikan Rakyat



Tinta Media - Swasembada pangan atau ketahanan pangan adalah sesuatu yang sangat diinginkan oleh rakyat Indonesia. Ini memang seharusnya dirasakan oleh rakyat karena Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber daya pangan. Bahkan, Indonesia disebut sebagai lumbung padi. Akan tetapi, sungguh sangat ironi, pada faktanya negara Indonesia masih saja melakukan impor beras dengan dalih agar ada ketersediaan bahan pokok beras. 

Menurut Menteri Pertanian Andi Amran, yang penting bisa mengamankan pangan dan menekan impor beras tahun depan. Hal ini dikarenakan Indonesia berada pada dampak El Nino yang paling dahsyat. 

Untuk menekan impor beras akibat fenomena El Nino, Amran Sulaiman menargetkan Provinsi Jabar mampu memproduksi sebanyak 11 juta ton gabah pada tahun 2024. Untuk sekarang ini, impor beras 3,5 juta dan kemungkinan bisa naik lagi. 

Menurut beliau, saat ini Indonesia berada pada kondisi El Nino pada level paling parah dan bisa mengancam produksi beras dalam negeri. Amran meminta kepada para petani untuk mewujudkan swasembada pangan. Indonesia harus bangkit dengan meletakan pondasi yang kuat. 

Amran berharap, dengan didukung saluran irigasi dari berbagai bendungan yang telah dibangun oleh pemerintah pusat untuk mengatasi kekeringan, maka target produksi gabah pada tahun 2024 di Jabar ini bakal terealisasi. 

Menteri Pertanian Andi Amran terjun langsung ke lapangan dengan mendatangi daerah sentra padi yang ada di Jawa Timur, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, dan sekarang berada di Jawa Barat untuk mengetahui keluhan para petani di Indonesia. Beliau pun  akan memberikan solusi kepada para petani Indonesia.

El Nino adalah sebuah fenomena alam yang sudah biasa terjadi dan bisa diprediksi sebelumnya. Karena itu, alasan pemerintah melakukan impor beras dikarenakan El Nino adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Semestinya pemerintah sudah mengantisipasi keadaan ini sejak tahun lalu, dengan melakukan upaya untuk meningkatkan stok beras dari dalam negeri. 

Berbagai cara bisa dilakukan oleh pemerintah agar produksi beras lokal meningkat. Contohnya, pemerintah bisa memberikan bantuan benih, pupuk, dan sarana produksi pertanian, bukan malah meningkatkan impor beras yang justru akan merugikan para petani. 

Dengan biaya yang tidak sedikit, para petani mengeluarkan modal. Akan tetapi, ketika pemerintah melakukan impor beras, otomatis harga gabah lokal akan anjlok, sehingga merugikan para petani, dan harga beras di pasaran pun tetap naik, sehingga sangat dirasakan berat oleh masyarakat menengah ke bawah.  

Ketika pemerintah sering melakukan impor, tentunya hal ini akan membahayakan kedaulatan pangan dan memukul para petani. Akibat dari anjloknya harga gabah, banyak petani yang enggan menanam padi. Walhasil, produksi padi semakin menurun. Bahkan, generasi muda tidak mau berprofesi sebagai petani karena tidak menjanjikan keuntungan yang cukup. 

Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan meng-impor beras bukan menjadi solusi persoalan mahalnya harga beras, karena beras tetap mahal harganya. Sangat jelas di sini bahwa kebijakan pemerintah tentang impor beras tidak berpihak kepada rakyat, bahkan merugikan para petani.

Rakyat pun semakin berat dengan harga beras yang terus naik. Kebijakan impor beras ini, hanya menguntungkan segelintir orang yang menjadi bagian dari rantai impor beras saja. Inilah salah satu produk dari sistem yang rusak.

Artinya, Indonesia diwajibkan meliberalisasi pasar. Selain itu, liberalisasi pangan semakin parah dengan disahkannya UU Cipta Kerja, yang membolehkan impor dilakukan kapan saja, tidak perlu menunggu adanya kekurangan stok dalam negeri.

Berbeda dengan sistem Islam. Bahwasanya, Islam mewajibkan negara untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat yang bersandar pada syariat Islam, dan sesuai aturan syara. Dengan demikian, di dalam sistem Islam, negara tidak boleh tergantung kepada impor, karena akan menyebabkan ketergantungan dan penguasaan oleh orang-orang kafir terhadap umat Islam. 

Negara harus mewujudkan kedaulatan pangan dengan mengoptimalkan produksi pertanian di dalam negeri. Inilah urgensi adanya kepemimpinan Islam, yaitu sebagai raa'in atau pengurus urusan umat. Pemerintah bertugas untuk melayani rakyat, bukan untuk memeras dan menzalimi mereka. 

Wallahu'alam bishawab.

Oleh: Enung Sopiah
Sahabat Tinta Media

Jumat, 22 Desember 2023

Mengapa Allah Biarkan Musuh Mengalahkan Kita?


Tinta Media - Sobat, mengapa kita mesti harus menghadapi musuh segala? Bukankah Allah sudah menjanjikan kemenangan? Dan bukankah amat mudah bagi Allah untuk menghancurkan musuh Islam? Menghancurkan musuh Allah, Rasul dan kaum mukmin? 

Benar. Dan pasti bahwa memenangkan kaum mukmin dan menghancurkan musuh bukanlah perkara sulit bagi Allah. Itu amatlah mudah. Karena bagi Allah tidak ada yang sulit. Bahkan menciptakan seluruh makhluk-Nya. Seluruh alam semesta. Dan mengurus semuanya dengan sedetail-detailnya adalah perkara mudah. 

Lantas, mengapa Allah membiarkan musuh menguasai kita? Mengapa  musuh punya kekuatan untuk menghancurkan kita? Mengapa mereka bisa membunuh dan membantai kita? 

Di samping karena ada sunnatullah. Ada sababiyah yang mengikat makhluk-Nya. Bahwa baik kaum mukmin maupun musuhnya mesti terikat dengan sebab musabab menang dan kalah. Maka Allah pun sudah menjelaskan hikmahnya. 

Yakni sebagai ujian untuk membedakan antara mukmin dan kafir. Juga agar sebagian mukmin itu mendapatkan kemuliaan agung yakni mati syahid. Betapa Allah Maha Agung Maha Pengasih dan Maha Penyayang. 

Karena itulah Sobat, yuk maju terus pantang mundur. Untuk akhirnya kita menjemput kemenangan ataupun kita syahid karenanya. 

Allah berfirman dalam Surat Ali ‘Imran Ayat 140 

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ 

"Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim" 

Selamat berjuang Sobat,  hasbunallah wani'mal wakil. Wallahu a'lam.[]

Oleh: Ustadz Abu Zaid 
Tabayyun Center 

PEMIMPIN ORISINIL




.
Tinta Media - Hal menarik saat pilpres sekarang adalah politik pencitraan. Atau branding calon Presiden. Tidak salah memang, namun harus banyak diwaspadai. Jika sesuai dengan kesehariannya tidak masalah. Namun akan bermasalah jika apa yang dicitrakan jauh berbeda dengan kenyataan keseharian. Akhirnya tidak orisinil. 

Apa yang terjadi dengan keluarnya diksi "Ndasmu Etik" sepertinya menampak hal itu. Antara branding atau pencitraan jauh dari aslinya. Tersirat diksi kekesalan yang sangat sehingga muncul kata-kata "jorok" tersebut. Apalagi diksi tersebut keluar dalam forum internal. Forum bebas untuk berkata-kata vulgar. Berbeda dengan forum terbuka. 

Artinya bisa dipahami memang begitulah karakternya. Sebab, seseorang akan tampak wajah aslinya ketika berada dalam lingkungan internalnya. Sebab sudah di anggap teman-teman atau keluarga sendiri. Maka pembicaraannya pun akan bebas. Tanpa tedeng aling-aling lagi. Akan keluar karakter aslinya. 

Belum lagi pejabat yang dulu tidak berpihak pada rakyatnya saat ada tambang besar mengeruk lahan warganya. Baru setelah ramai turun tangan membela rakyat. Dan sekarang dicitrakan pembela wong cilik. 

Ini yang bahaya. Yang tampak di masyarakat itu bukan sikap dan karakter orisinilnya. Justru yang tampak adalah polesannya atau citranya. Bahkan polesannya itu tebal sekali sehingga membuat masyarakat tersamarkan wajah bopengnya. Sekali lagi rakyat disuguhi calon pemimpin yang tidak orisinil. 

Apa yang terjadi di rezim saat ini mengkonfirmasi semuanya. Yang dulu di kenal sederhana, tapi istrinya bergelamor barang-barang branded. Yang dulu dicitrakan membela rakyat, UU Omnibuslaw, kasus Rempang dll membuktikan itu omong kosong. Yang ada membela kepentingan oligarki. Termasuk soal IKN. Ternyata lahan-lahan yang akan di pakai bukanlah ruang kosong. Tapi milik konglomerat. Belum lagi bisnis-bisnis yang akan dikerjakan saat pelaksanaan proyek IKN, ternyata yang menikmati adalah para oligarki. 

Belum lagi yang dicitrakan tidak haus kekuasaan, namun isu 3 periode, ibu suri dan tragedi MK mengkonfirmasi ternyata rakus kekuasaan. Gila dunia. Dan masih banyak lagi. Masyarakat tertipu dengan citra atau olesan calon presiden. 

Ini berbeda dengan calon pemimpin dalam Islam. Calon-calon khalifah yang menjadi sumber hukum Islam, yakni khulafaur Rasyidin sangat jauh dari pencitraan atau branding. Mereka semua terpilih menjadi khalifah karena masyarakat tahu pribadi mereka. Orisinil memang orangnya baik dan berintegritas. Tidak polesan. 

Siapa yang tidak kenal Abu Bakar, Khalifah pertama. Beliau sahabat yang membela Islam dengan harta dan nyawanya. Selalu ikut berperang di medan laga bersama Rasulullah. Mewakafkan semua hartanya saat seruan perang di masa paceklik. Wajar jika masyarakat memilih Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti Rasulullah. Masyarakat tahu orisinalitasnya. 

Begitu pun Umar. Masyarakat tahu orisinilitas Umar. Beliau mendapat julukan "Al Faruq". Pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Itu karena sikap tegas Beliau yang tidak kompromi dengan kebatilan. Langsung babat habis. Tidak peduli itu dilakukan oleh pejabat negara hatta oleh anaknya sendiri. Anaknya pernah di hukum cambuk karena kedapatan mabuk. 

Dan para khalifah selanjutnya. Mereka terpilih karena orisinalitas mereka yang tampak jelas dari kehidupan kesehariannya yang membela Islam, kebenaran dan kepeduliannya pada masyarakat. Oleh karenanya wajar jika saat memimpin benar-benar untuk membela Islam dan untuk menyejahterakan rakyatnya. Rakyat jadi tercukupi semua kebutuhan pokoknya. Bahkan gratis. 

Dalam Islam, calon pemimpin tidak laku pakai pencitraan dan polesan. Karena rekam jejaknya sudah jelas dan tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh: Gus Uwik 
(Kritikus Peradaban)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab