Tinta Media

Selasa, 19 Desember 2023

MMC: Islam Memiliki Solusi Tuntas Menyelesaikan Bullying


 
Tinta Media - Narator Muslimah Media Center (MMC) menegaskan, Islam memiliki solusi tuntas menyelesaikan masalah bullying.
 
“Islam memiliki solusi tuntas untuk menyelesaikan problem bullying. Islam memandang bahwa negara adalah penanggung jawab utama pembentukan generasi berkepribadian mulia dan unggul,” ungkapnya dalam Serba-Serbi MMC: Bullying Makin meresahkan, Sistem Pendidikan Sekuler Gagal Melindungi Generasi, di kanal Youtube MMC, Sabtu (16/12/2023).
 
Dengan sistem pendidikan Islam yang diterapkan, lanjutnya, negara Islam yakni Khilafah akan mengedukasi rakyatnya berlandaskan akidah Islam agar memiliki kepribadian Islam.
 
“Inilah sistem pendidikan terbaik yang meyakinkan pada pelajar bahwa Allah adalah Al-Khalik Mudabir (Pencipta dan Pengatur) hingga mereka meyakini adanya hari pembalasan kelak. Keyakinan ini mampu mencegah pelajar melakukan kejahatan termasuk bullying karena keyakinannya pada pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Alhasil setiap berpikir dan bertingkah laku mereka akan menggunakan sudut pandang Islam. Mereka pun akan fokus untuk taat dan berupaya memberikan kontribusi untuk umat,” urainya.
 
 Individu dalam khilafah, terangnya, memahami betul bahwa dunia tempat singgah, sehingga akan mengejar eksistensi di hadapan Allah dengan banyak melakukan ketaatan, atau mengejar eksistensi akhirat.
 
“Bahkan mereka akan membuat Islam yang membawa rahmat ini eksis di dunia dengan aktivitas dakwah dan Jihad,” imbuhnya.
 
Narator menjelaskan, pendidikan dalam Islam hanya akan membuat generasi fokus menjadi ilmuwan yang karya-karyanya bermanfaat bagi umat, berdakwah untuk mencerdaskan umat, hingga berjihad di jalan Islam untuk menyebarluaskan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah.
 
“Selain itu media dalam Islam hanya digunakan untuk edukasi dalam rangka meningkatkan ketakwaan individu. Media hanya berisi motivasi bagi setiap individu untuk semangat menjadi pribadi mulia setangguh generasi terdahulu atau syiar tsaqofah Islam,” paparnya.
 
 Jika dalam kondisi demikian masih ada yang melakukan bullying, ucapnya, maka negara akan memberlakukan sanksi berefek jera yakni zawajir sesuai sanksi Islam. Sanksi tersebut, sambungnya, akan membuat orang lain takut untuk melakukan kemaksiatan sekaligus berfungsi sebagai jawabir (penebus) dosa di akhirat.
 
“Kesempurnaan dan kebaikan aturan Islam membentuk generasi tentu membuat kita semakin rindu akan hadirnya kehidupan Islam di tengah-tengah kaum muslimin hari ini,” pungkasnya. [] Rini.

Bullying Semakin Meresahkan, MMC: Ada Kesalahan Cara Pandang Kehidupan



Tinta Media - Menyoroti gagalnya sistem pendidikan saat ini mengatasi bullying yang semakin meresahkan, Narator MMC menilai, ada kesalahan cara pandang kehidupan. 

“Ini menunjukkan adanya kesalahan cara pandang kehidupan dan akar masalah persoalan yang belum tersentuh,” tuturnya dalam Serba-Serbi MMC: Bullying Makin meresahkan, Sistem Pendidikan Sekuler Gagal Melindungi Generasi, di kanal Youtube MMC, Sabtu (16/12/2023). 

Kesalahan cara pandang kehidupan ini, menurutnya, karena ide sekularisme (pemisahan aturan agama dari kehidupan) telah menjangkiti masyarakat sehingga masyarakat tidak memahami halal haram dan kehilangan rasa takut kepada Allah Swt. 

“Tak hanya itu, ide kapitalisme yang menganggap sumber kebahagiaan ada pada kepuasan jasadiah semata juga berkembang di masyarakat. Tak heran generasi hanya mengejar eksistensi diri dan melakukan apa pun yang dianggap mampu memuaskan diri dan mencapai eksistensi tersebut. Dalam kasus bullying dia akan merasa lebih hebat dari korban,” kritiknya.
 
Ia menyesalkan, sistem pendidikan hari ini justru mengadopsi ide sekuler dan kapitalis ini.

“Akibatnya pelajar semakin jauh dari agama. Mereka sibuk mengejar akademik hanya untuk mengejar harta dan kesenangan duniawi. Mereka tidak dibentuk menjadi pribadi yang bertakwa,” ulasnya.

Padahal, ia menambahkan, pendidikan yang dijauhkan dari agama justru akan membahayakan generasi , sebab para pelajar akan berperilaku bebas tanpa batas, termasuk melukai orang lain.

“Media sekuler kapitalis hari ini juga semakin menambah parah perilaku amoral yang mendominasi generasi hari ini. Oleh karena itu selama sistem kapitalisme dijadikan pijakan dalam berbangsa dan bernegara, kasus bulying tidak pernah akan selesai,” pungkasnya. [] Rini.

Hiduplah bersama Al-Qur’an



Tinta Media - Sobat. Hidup bersama Al-Qur’an selalu menguntungkan dan tidak pernah rugi. Melihat dan membolak-balikkan mushaf Al-Qur’an adalah perbuatan ibadah. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan khidmat adalah ibadah. Membacanya, apalagi dengan tadabbur adalah sebaik-baiknya ibadah. Mengkaji kandungannya adalah ibadah. Mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain adalah ibadah. 

Sobat. Ketika  seorang berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang terserap dalam dirinya adalah keindahan, kesejukan, dan kedamaian. Kalam-Nya adalah citra diri-Nya Yang Mahaindah, Mahakasih (Rahman) dan Mahasayang (Rahim). 

Allah SWT berfirman : 

وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ مُبَارَكٞ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ 

“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” ( QS. Al-An’am (6) : 155 ) 

Sobat. Ayat ini kembali menerangkan sifat-sifat dan kedudukan Al-Qur'an yang mencakup segala macam petunjuk dan hukum syariat yang dibutuhkan oleh umat manusia seluruhnya dan jin, untuk mencapai kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi. Kitab Taurat yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa penuh berisi ajaran-ajaran syariat dan petunjuk-petunjuk yang hanya dibutuhkan oleh Bani Israil untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, 

Sedangkan Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, berisi lebih banyak petunjuk dan lebih luas jangkauannya dari Kitab Taurat. Oleh karena itu, ikutilah petunjuknya dan laksanakan semua perintah dan larangan yang ada di dalamnya, agar kamu diberi rahmat, dan kamu diberi hidayah di dunia ini. 

Sobat. “Maksud dari kata diberkahi itu adalah Al-Qur’an itu banyak manfaat dan faedahnya dan Allah SWT akan memberikan keberkahan kepada siapa pun yang mengikuti dan mengamalkannya”, ujarnya. 

Beliau menambahkan karena sifat Al-Qur’an yakni mubarak (diberkahi) maka segala hal yang berkaitan dengan-Nya itu akan mendapatkan keberkahan. Seperti bashirah (Al-A’araf : 203), jiwa ( Al Isra’ : 82) , pahala dan rezeki (Al Ma’idah : 56). 

Allah SWT berfirman : 

وَإِذَا لَمْ تَأْتِهِم بِآيَةٍ قَالُوا لَوْلَا اجْتَبَيْتَهَاۚ قُلْ إِنَّمَا أَتَّبِعُ مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ مِن رَّبِّيۚ هَٰذَا بَصَائِرُ مِن رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ  

“Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Quran kepada mereka, mereka berkata: "Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Quran ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". ( QS. Al-A’raf (7) : 203 ) 

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan tingkah laku teman-teman setan dalam usaha mereka menentang Nabi Muhammad, bilamana wahyu tidak datang kepada Nabi Muhammad disebabkan keterlambatan turunnya ayat, maka orang-orang musyrikin itu mendesak Nabi Muhammad agar beliau menciptakan sendiri ayat-ayat itu. Desakan mereka itu sebenarnya mengandung arti pengingkaran terhadap Al-Quran yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. Sebab mereka memandang Al-Quran itu ciptaan Nabi Muhammad belaka, karena itu bisa dibuat kapan saja. 

Maka Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menjelaskan kepada mereka bahwa Al-Quran itu wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. Nabi hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadanya. Bukan haknya untuk mendesak Allah agar menciptakan sesuatu perkara, Nabi hanya dapat menunggu wahyu yang akan disampaikan kepadanya, untuk disampaikan pula kepada umatnya. Jika tidak ada dia tidak boleh mengubah sendiri Al-Quran karena Al-Quran itu adalah kalam Allah, dia mempunyai tiga fungsi bagi orang-orang yang beriman sebagaimana dijelaskan Allah dalam ayat ini. 

Pertama, sebagai bukti yang nyata dari Allah untuk menunjukkan keesaan-Nya, kenabian Muhammad dan hari Kiamat. Siapa yang memperhatikan dan merenungkan isi Al-Quran, tentu akan yakin bahwa Al-Quran itu dari Allah SWT. 

Kedua, sebagai petunjuk atau pedoman yang membimbing manusia dalam mencari kebenaran dan jalan yang lurus. 

Ketiga, sebagai rahmat dalam kehidupan manusia dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman. Al-Quran memberikan peraturan-peraturan dan ajaran-ajaran yang mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh kaum Muslimin untuk kehidupan mereka sehari-hari. 

Allah SWT berfirman : 

وَمَن يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ  

“Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” ( QS. Al-Maidah (5) : 56 ) 

Sobat. Ayat ini merupakan jaminan Allah kepada orang mukmin yang telah menjadikan Allah, Rasul-Nya dan orang mukmin menjadi pemimpin dan penolongnya. Allah menjamin dan menjanjikan kemenangan bagi mereka. Mereka dinamakan "hizbullah", penganut agama Allah yang setia. Pertolongan Allah akan turun kepada mereka, sehingga mereka akan mendapat kemenangan yang paling gemilang. 

Allah SWT berfirman : 

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا 

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” ( QS. Al-Isra’ (17) : 82 ) 

Sobat. Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur'an kepada Muhammad sebagai obat dari penyakit hati, yaitu kesyirikan, kekafiran, dan kemunafikan. Al-Qur'an juga merupakan rahmat bagi kaum Muslimin karena memberi petunjuk kepada mereka, sehingga mereka masuk surga dan terhindar dari azab Allah. 

Al-Qur'an telah membebaskan kaum Muslimin dari kebodohan sehingga mereka menjadi bangsa yang menguasai dunia pada masa kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Kemudian mereka kembali menjadi umat yang terbelakang karena mengabaikan ajaran-ajaran Al-Qur'an. 

Dahulu mereka menjadi umat yang disegani, tetapi kemudian menjadi pion-pion yang dijadikan umpan oleh musuh dalam percaturan dunia. Karena mereka dulu melaksanakan ajaran Al-Qur'an, negeri mereka menjadi pusat dunia ilmu pengetahuan, perdagangan dunia, dan sebagainya, serta pernah hidup makmur dan bahagia. Ayat ini memperingatkan kaum Muslimin bahwa mereka akan dapat memegang peranan kembali di dunia, jika mau mengikuti Al-Qur'an dan berpegang teguh pada ajarannya dalam semua bidang kehidupan. 

Sebaliknya jika mereka tidak mau melaksanakan ajaran Al-Qur'an dengan sungguh-sungguh, mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan agama dan masyarakat, serta hanya mementingkan kehidupan dunia, maka Allah akan menjadikan musuh-musuh mereka sebagai penguasa atas diri mereka, sehingga menjadi orang asing atau budak di negeri sendiri. 

Cukup pahit pengalaman kaum Muslimin akibat mengabaikan ajaran Al-Qur'an. Al-Qur'an menyuruh mereka bersatu dan bermusyawarah, tetapi mereka berpecah belah karena masalah-masalah khilafiah yang kecil dan remeh, sedangkan masalah-masalah yang penting dan besar diabaikan. 

Ayat ini juga mengingatkan kaum Muslimin bahwa bagi orang-orang yang zalim, yaitu yang ingkar, syirik, dan munafik, Al-Qur'an hanya akan menambah kerugian bagi diri mereka, karena setiap ajaran yang dibawa Al-Qur'an akan mereka tolak. Padahal, jika diterima, pasti akan menguntungkan mereka. 

Sobat. Dengan Al-Qur’an seorang akan diangkat derajatnya oleh Allah. Keberuntungan seseorang karena Al-Qur’an tidak terhenti di dunia saja namun juga di akhirat. Rasulullah SAW bersabda,” Bacalah olehmu Al-Qur’an, karena Al-Qur’an akan datang menjadi penolongmu pada hari kiamat nanti.” Marilah kita jadikan diri kita dan keluarga kita menjadi shahib Al-Qur’an, agar kita selamat di dunia sampai akhirat. 

Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku BIGWIN. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

DAKWAH ITU BERGERAK DAN MENGAJAK




Tinta Media - Ada pelajaran menarik dari sahabat _assabiqunal awwalun_ (orang yang paling dahulu masuk Islam), Sayyidina Abu Bakar. Saat Abu Bakar berikrar syahadat masuk Islam, dari situlah lembaran baru kehidupan Beliau di mulai.

Masyarakatnya dalam kondisi masih jahiliyah. Barang siapa yang berbeda agama dengan nenek moyangnya dan mencela berhala-berhalanya maka akan menerima konsekuensi yang cukup berat. Nyawa taruhannya.

Namun kondisi itu tidak menyurutkan langkah Beliau untuk menyebarkan agama yang baru dipeluknya. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, agama baru tersebut perlu disebarkan. Abu Bakar pun akhirnya bergerak dan mengajak rekan-rekannya.

Kondisi sulit dan ancaman tidak dipedulikan lagi. Hanya ridho Allah SWT yang ingin digapai. Tidak yang lain.

Subhanallah... Berkat usaha keras dakwah Abu Bakar membuahkan hasil yang luar biasa. Dalam waktu satu minggu ada 6 orang berhasil di ajak masuk Islam. Dan 6 orang itu termasuk orang-orang yang nantinya di jamin masuk syurga oleh Allah SWT. Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqash dan Abu Ubaidillah bin Jarrah (The Great Story of Muhammad SAW).

Apa yang dilakukan Sayyidina Abu Bakar banyak hikmah yang diambil. Dakwah harus bergerak. Jika tidak bergerak maka jelas bukan dakwah. Bergerak mengontak, bergerak menulis, bergerak membuat konten opini, bergerak ngeshare konten dakwah dan lain-lain.

Selanjutnya, tetap bergerak walau kondisi masyarakat dan kebijakan rezim yang tidak berpihak pada dakwah. Tekanan apa pun tidak menyurutkan langkah dakwah. Dakwah jalan terus.

Justru dalam kondisi sulit dan tertekan inilah jika berhasil mendapat orang yang mau ngaji dan aktif dalam barisan dakwah insyaAllah pahalanya lebih besar. Sebab tantangan dan dinamikanya jauh lebih besar. Usaha yang dilakukan lebih besar.

Hikmah yang lain adalah berperan terbaik dalam dakwah sesuai posisi masing-masing. Abu Bakar termasuk Sayyid dan pembesar di kalangan pemimpin Quraisy. Namun Beliau tetap berdakwah. Tidak ada ego. Mencukupkan diri tidak bergerak dalam dakwah tatkala posisinya sebagai pimpinan. Semua bergerak.

Sekecil apa pun posisi kita dalam dakwah. Nikmati dan lakukan prosesnya dengan sebaik-baiknya. Menjadi kontributor dakwah terbaik dalam posisinya. 

Hikmah lainnya adalah terus berpikir dalam membuat target dan rencana aksi dakwah. Tidak mungkin Abu Bakar berhasil menggaet 6 orang jika dilakukan asal-asalan. Semuanya diplanningkan. Siapa yang di target, bagaimana cara pendekatannya, pembicaraan apa yang diperlukan hingga closing, berapa kali pertemuan, kapan waktu yang tepat ngobrol, dll. Semua direncanakan. Dan selanjutnya konsisten mengeksekusi rencana yang telah di buat.

Mari terus bergerak. Tak bergerak sama saja mengubur langkah kaki kita sendiri. Segera rancang target dan rencana aksi. Diskusikan dengan sahabat-sahabat terdekat agar lebih memudahkan pencapaian. Bismillah... insyaAllah dimudahkan oleh Allah SWT. InsyaAllah kita bisa menikmati fajar kemenangan itu.

Oleh: Gus Uwik
Kritikus Peradaban

Islam Solusi Hakiki Atasi Stunting



Tinta Media - Stunting merupakan persoalan serius dalam dunia kesehatan. Karena itu, dibutuhkan upaya keras untuk mengentaskan kasus stunting di negeri ini. Berbagai usaha pun dilakukan pemerintah.


Menurut Bupati Bandung, Dadang Supriatna, dibutuhkan kerja sama para ASN (aparat sipil negara) untuk menjadi bapak atau ibu angkat bagi anak pengidap stunting. Beliau optimis jika program ini terlaksana dan sukses, maka angka stunting bisa diturunkan, bahkan tahun depan bisa zero stunting.

Seperti yang kita ketahui bahwa stunting adalah gangguan perkembangan anak pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), mulai dari dalam kandungan (270 hari) hingga berusia 2 tahun (730 hari) yang disebut periode emas. Kasus stunting ini bukanlah kasus baru. Akan tetapi, anehnya pemerintah belum mampu mengatasi stunting agar tidak terus terjadi.

Kalau kita cermati, stunting sebenarnya bukan hanya perkara ketidaktahuan si ibu hamil mengenai asupan gizi berimbang atau permasalahan sanitasi saja. Akan tetapi, faktor utamanya adalah kemiskinan yang mendera masyarakat negeri ini, sehingga mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Jangankan untuk memenuhi asupan 4 sehat 5 sempurna, untuk sekadar makan seadanya pun susahnya luar biasa. 

Maka dari itu, kasus stunting ini sepenuhnya adalah tanggung jawab negara. Fokus utama negara adalah mengentaskan kemiskinan terlebih dahulu dengan cara pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Negara harusnya memberikan kemudahan bagi laki-laki (kepala keluarga) agar mendapatkan pekerjaan dengan upah yang layak agar mampu membiayai seluruh kebutuhan keluarga sehingga terhindar dari penyakit gizi buruk.

Solusi pemerintah dengan program barunya, yaitu menjadikan ASN (aparat sipil negara) sebagai ayah dan ibu angkat bagi anak pengidap stunting tidaklah tepat, bahkan bisa dikatakan sebagai solusi basa basi. Program ini secara tidak langsung menyiratkan bahwa negara tidak mampu dan lepas tangan dalam kasus stunting ini. Negara tidak mau rugi menggelontorkan dana untuk mengatasinya. 

Negara malah fokus pada pembangunan infrastruktur yang sebetulnya bukan kebutuhan vital rakyat. Pembangunan infrastruktur yang jor-joran seperti proyek IKN terus dikebut dengan mengandalkan investor asing dan hanya memberi keuntungan pada segelintir orang saja.

Inilah bukti bahwa penguasa dalam kekuasaan sistem kapitalisme. Akhirnya, sistem ini menjadikan penguasa sebagai pelayan para kapitalis, bukan menjadi pelayan rakyat. Penguasa berhasil mewujudkan kesejahteraan untuk para kapitalis, tetapi tidak untuk rakyat.

Negara dengan sumber daya alam yang melimpah ruah harusnya mampu membiayai seluruh kebutuhan rakyat dalam segala aspek, mulai dari pendidikan, kesehatan, kebutuhan pokok, dan lain sebagainya. Sayangnya, negara malah menyerahkan  pengelolaan sumber daya alam pada pihak asing dan aseng sehingga hanya meninggalkan penderitaan dan kemiskinan rakyat. Maka, mustahil stunting ini terselesaikan jika sistem kapitalisme masih hidup di negeri ini.

Berbeda halnya jika negara dikelola dengan sistem Islam. Dalam Islam, negara menjamin seluruh pemenuhan kebutuhan rakyat. 

Rasulullah saw. bersabda, "Imam (khalifah) adalah raain (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap urusan rakyatnya." (HR. Ahmad, Bukhari). 

Negara akan memprioritaskan kebutuhan vital rakyat agar mereka tidak kekurangan suatu apa pun, seperti menyediakan fasilitas kesehatan gratis, termasuk pemerikasaan dan konsultasi gizi ibu hamil dan anak. Kemudian, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuk laki-laki sebagai pencari nafkah untuk keluarga.

Oleh karena itu, bukan perkara sulit bagi khilafah untuk membiayai seluruh fasilitas gratis itu. Khilafah dengan sistem ekonomi Islamnya tidak akan memberikan kesempatan bagi pihak asing atau aseng untuk campur tangan mengurus SDA. Negara mampu mengelola SDA dengan mandiri dan hasilnya disimpan di baitul mal. Dengan pengelolaan yang bersandar pada hukum syara, maka hasilnya bisa dinikmati oleh seluruh rakyat.

Negara juga akan menjamin ketersediaan pangan untuk rakyat, jangan sampai dikuasai oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab. Selain itu, negara akan mengatur harga kebutuhan pokok agar tetap stabil, sehingga bisa dijangkau oleh masyarakat. 

Dengan demikian, setiap keluarga dalam sistem Islam bisa hidup layak dan mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Hal ini sangat berpengaruh juga pada kualitas hidup mereka. Ibu hamil dan anak-anak akan terjamin kesehatannya.

Seharusnya, tidak ada lagi keraguan dalam benak kaum muslimin bahwasanya khilafah dengan visi sahihnya bukan hanya memberikan hak pada seluruh rakyat, tetapi juga menjalankan seluruh kewajibannya sebagai periayah rakyat. Dengan Khilafah, rakyat sejahtera, stunting pun tiada.
Wallahu'alam.

Oleh: Neng Mae 
(Sahabat Tinta Media)
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab