Tinta Media

Selasa, 19 Desember 2023

Solusi Jitu Atasi Stunting

Tinta Media - Gerakan zero stunting Indonesia 2030 sudah digulirkan dengan kondsi prevalensi masih berkisar 21,6% di 2022 (Survei Status Gizi Indonesia 2023). Nyatanya, kondisi tersebut masih tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia. Bahkan, WHO menekan agar angkanya berada di bawah 20%. Lalu, apakah mungkin target ambisius ini bisa dicapai ?

Stunting sendiri adalah kondisi terhambatnya tumbuh kembang balita akibat kurang gizi yang kronis. Bisa disimpulkan bahwa ini terjadi sejak ibu mengandung sehingga intervensinya harus dilakukan sejak sebelum bayi lahir dan 1000 HPK (hari pertama kelahiran). Intervensi stunting yang paling utama adalah kecukupan gizi.

Sayangnya, intervensi akan sulit dilakukan jika persoalan kemiskinan tidak diselesaikan. Fenomena kemiskinan yang bisa jadi terkatagori ekstrim ini menjadikan masyarakat terkendala dalam akses kebutuhan dasar, akses air bersih, fasilitas sanitasi, dsb. Begitu juga dengan para ibu hamil yang sangat mungkin mengalami malnutrisi dan kesulitan mengakses kebutuhan dasar lainnya akibat masalah ekonomi.

Kemiskinan di negri-negri muslim masih sangat parah. Dampak dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme membuat para kapital secara legal menguasai kekayaan alam (SDA) yang merupakan harta kepemilikan umum (rakyat). Hasil berlimpah masuk ke kantong korporat (swasta) sehingga negara tak punya dana untuk mengurus rakyat. Bahkan, yang ada penguasa justru memalak rakyat lewat pajak. 

Rakyat pun menjadi semakin terimpit kesulitan dalam mengakses berbagai kebutuhan. Ini karena harga-harga telah dikatrol para korporat. 
 
Di sini, peran penguasa kapitalis hanyalah sebagai regulator yang bisa disetir untuk dan demi kepentingan para pengusaha. Tugas mereka hanya memastikan setiap regulasi memberi keuntungan kepada para kapital. Akibatnya, kemiskinan sistemik pun semakin meluas.

Karena itu, dibutuhkan perubahan sistemik dengan menerapkan aturan yang mampu menjadikan para penguasa amanah dalam mengurus rakyat, yaitu sistem Islam (khilafah).

Dalam Islam, penguasa adalah pengurus rakyat, bukan sekadar regulator. Ini sebagaimana sabda Rasulï·º:

 “Seorang imam (pemimpin) adalah pengatur dan pemelihara urusan rakyatnya; dia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Penguasa harus memastikan bahwa kebutuhan dasar rakyat terpenuhi dengan kemampuan penafkahan yang layak di pundak para ayah (laki-laki). Maka, para ibu hamil dan anak- anak akan tercukupi kebutuhan nutrisinya. 

Kekayaan alam adalah harta kepemilikan umum yang haram dikuasai oleh segelintir orang. Karenanya, pengelolaan kekayaan harus berada di tangan negara. Hasilnya diberikan kepada rakyat. Salah satu hasil pengelolaan SDA yang dinikmati rakyat adalah jaminan kebutuhan dasar publik, yakni kesehatan dan pendidikan yang diberikan secara gratis, sehingga tidak ada lagi kasus ibu atau anak yang tak tertangani ketika ada yang memiliki penyakit kronis.

Khilafah mampu untuk menangani hal tersebut karena pembiayaan kebutuhan dasar publik menggunakan dana hasil pengelolaan SDA yang masuk ke dalam pos kepemilikan umum di baitul mal. Ada juga pos zakat yang disalurkan untuk rakyat yang terkatagori miskin ekstrim ini, sehingga kasus malnutrisi sangat bisa ditekan. 

Oleh sebab itu, setiap individu rakyat akan mendapatkan jaminan dan layanan kesehatan berkualitas dan gratis. Kesehatan dan kebutuhan nutrisi ibu hamil dan anak-anak bukan lagi persoalan pelik. Namun, semua itu hanya bisa terwujud dengan penerapan sistem ekonomi Islam di bawah naungan Khilafah.

Walhasil, tanpa Islam, proyek ambisius bertarget zero stunting akan terasa mustahil. Wallahua'lam.

Oleh: Mila Nur Hanifa
Sahabat Tinta Media

Gerakan Julid Fi Sabilillah Mampu Membuat Gangguan Psikologi di Kalangan Tentara Zionis

Tinta Media - Gerakan Julid Fi Sabilillah yang dilakukan netizen Indonesia dan Malaysia dinilai Agung Wisnuwardana dari Indonesia Justice Monitor (IJM) mampu membuat gangguan psikologi tentara Zionis.

“Tak sedikit tentara Zionis Yahudi Israel mengalami gangguan psikologi yang hebat. Hal tersebut mengganggu konsentrasi mereka hingga mengalami ketakutan ketika terjun ke medan pertempuran,” ujarnya dalam video Perang Siber Semakin Memanas! Pada kanal YouTube Justice Monitor, Jumat (15/12/2023).

Ia mengatakan, sorotan media Zionis Yahudi menjadi kabar gembira untuk netizen Indonesia selama melakukan serangan melalui media sosial. Umumnya mereka berusaha untuk menyampaikan fakta-fakta dengan narasi yang cukup menohok.

“Walhasil gerakan boikot dan Julid Fi Sabilillah membuat mental pasukan Zionis Yahudi mulai terganggu dengan adanya serangan, tanda petik dari kejulidan-kejulidan para netizen di Indonesia dan Malaysia,” paparnya.

Dikabarkan oleh Agung, di aplikasi X atau Twitter mereka menggaet 100.000 lebih netizen di Indonesia dan global untuk menyerang akun media sosial termasuk politisi dan pejabat Zionis Yahudi. Selain netizen Indonesia dan Malaysia, juga akan bergabung netizen dari Turki.

“Pasukan Julid Fi Sabilillah menjadi kekuatan yang terus bertambah besar. Setelah Indonesia dan Malaysia kini Turki siap bergabung menjadi skuad baru pasukan Julid Fi Sabilillah,” terangnya.

Bercermin dari gerakan ini, lanjut Agung, menunjukkan realitas bahwa kaum muslimin merasa telah menjadi satu tubuh sehingga saling tolong-menolong dengan musuh mereka sendiri. Rasulullah Saw bersabda, 

“Perumpamaan kaum muslimin dalam urusan kasih sayang dan tolong-menolong bagaikan satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh merasa sakit maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak tidur dan merasa panas” (HR Bukhari dan Muslim).

“Julid Fi Sabilillah dapat dianggap sebagai salah satu cara untuk menghilangkan kemungkaran dengan tulisan digital melalui smartphone,” imbuhnya.

Agung berharap gerakan ini harus ditingkatkan lagi dengan seruan yang lebih jauh lagi. Menyeru kepada tentara-tentara kaum muslimin untuk berangkat membela Palestina.

“Dan yang paling penting lagi adalah seruan untuk menegakkan Khilafah Islamiyah sebagai solusi tuntas masalah Palestina,” pungkasnya.[] Langgeng Hidayat

Ulama Aswaja: Hanya Orang yang Melampaui Batas dan Banyak Dosa yang Berani Mendustakan Hari Pembalasan

Tinta Media - Ulama Aswaja KH Rokhmat S. Labib menegaskan bahwa tidak ada yang berani mendustakan hari pembalasan kecuali orang yang melampaui batas dan banyak dosa.

"Tidak ada yang berani mendustakan hari pembalasan kecuali orang yang melampaui batas dan banyak dosa," ujarnya dalam acara kajian tafsir Al Waie dengan tema Penyebab Mendustakan Hari Pembalasan di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Rabu (13/12/2023).

Jadi, menurut KH Rokhmat S. Labib, ada hubungannya antara melampaui batas dan orang banyak dosa dengan mendustakan hari pembalasan.

"Hubungannya terbalik dengan awal tadi, orang yang melakukan dosa karena tidak ada iman, iman yang lemah ternyata bisa membuat orang berbuat dosa, dan juga orang yang melampaui batas itu bisa mengikis keimanannya bahkan sampai membuat dia bisa mendustakan hari pembalasan," ungkapnya.

Adapun yang dimaksud orang yang melampaui batas itu menurut KH Rokhmat S. Labib adalah dari kata mu'tadin yakni melanggar atau menabrak batasan-batasan kebenaran.

"Jadi orang yang Mendustakan hari kiamat itu mempunyai sifat yang pertama adalah melanggar kebenaran atau dalam istilahnya fahrozi mengatakan adalah melewati atau melampaui batas jalan kebenaran," ungkapnya.

Sedangkan orang yang banyak dosa menurut KH Rokhmat S. Labib, itu karena dengan dosa mampu menutup hati mereka (orang-orang yang mendustakan hari pembalasan)

"Jadi orang yang melakukan dosa, itu membuat dada dia (orang yang mendustakan hari pembalasan) secara fisik dan batin itu kira-kira seperti yang disebutkan ada nuktah sauda' (titik hitam di dalam dada) jadi ketika melakukan kejahatan maka akan tertitik (dadanya)," bebernya.

Ketika bertobat kata KH Rokhmat S. Labib, dadanya bisa bersih dari nuktah sauda' (titik hitam di dalam dada). "Tapi jika melakukan kejahatan tanpa henti dan tanpa bertobat nambah kejahatan lama-lama titik di dadanya itu bukan hanya satu melainkan dua, tiga, empat, lima lama-lama hitam pekat," lanjutnya.

Jadi kalau hati itu hitam pekat kata KH Rokhmat S. Labib, maka tidak bisa lagi menangkap firman Allah, tidak bisa lagi bergetar ketika diingatkan hari kiamat malah mencela ketika diingatkan.

"Mereka menganggap hari kiamat itu hanya dongeng," pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Senjata Nuklir Picu PD lll? Ini Penjelasannya.....

Tinta Media - Menyoroti kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga (PD lll) karena banyaknya negara besar yang memiliki persenjataan nuklir, Analis dari Geopolitical Institute Dr. Hasbi Aswar menilai, senjata nuklir itu hanya untuk menakut-nakuti saja.

“Itu hanya untuk menakut-nakuti saja. Negara-negara pemilik senjata nuklir tidak akan berani semudah itu menembakkan nuklir, karena nuklir itu tidak hanya membunuh pihak musuh tapi juga dia membunuh diri sendiri,” ungkapnya di Kabar Petang: Biden Nyalakan Api Perang Dunia 3? Melalui kanal Youtube Khilafah News, Sabtu (16/12/2023).

Menurutnya, perang itu adalah aktivitas politik dengan cara lain untuk mendapatkan kepentingan politik.

“Kalau nuklir dipakai apalagi dalam skala besar misalnya, kita menyerang negara yang punya nuklir, mereka akan nyerang balik dan kehancurannya sama. Jadi kalau kehancurannya sama terus siapa yang diuntungkan? Sementara orang berperang itu ingin mendapatkan kepentingan mereka. Jadi, saya kira tidak akan sejauh itu,” ulasnya.

Perang, di mata Hasbi, merupakan salah satu opsi dalam mencapai kepentingan sebuah negara. Perang ini, lanjutnya, sudah terjadi sejak awal sejarah peradaban manusia terbentuk hingga hari ini.

“Yang jelas kalau kita lihat dalam sejarah perang-perang terdahulu, selama motifnya pragmatisme, motif materialisme, maka perang-perang itu tidak akan menghasilkan kebaikan buat umat manusia. Yang terjadi adalah penghancuran, penindasan, eksploitasi, penjajahan, dan seterusnya,” ungkapnya.

Dari perjalanan sejarah umat manusia, terangnya, perang yang sifatnya membebaskan itu hanya terjadi pada umat Islam. Ia berargumen, umat Islam berperang bukan untuk kepentingan yang sifatnya materialistik, duniawi, tapi kepentingan ukhrawi.

“Dalam perang apa pun, ada nilai spiritual untuk kebaikan umat manusia, sehingga ketika umat Islam melakukan aktivitas perang tidak akan melakukan tindakan sewenang-wenang,” yakinnya.

Ia mencontohkan kejadian sekarang, sikap pejuang Gaza dan sikap tentara Zionis ketika memperlakukan tawanan perang itu berbeda.

“Para mujahidin memperlakukan tawanan dengan sangat manusiawi, sementara tentara Zionis memperlakukan tawanan perang seperti binatang. Itu biasa buat mereka!” bandingnya.

Perlakuan beda itu terjadi, jelasnya, karena perbedaan motivasi. Zionis Yahudi dengan motivasi duniawi, sementara umat Islam dengan motivasi ukhrawi yang membuat selalu terikat kepada hukum-hukum syariah.

“Saya berharap sekali bahwa perang-perang yang akan terjadi di masa depan, adalah perang-perang yang dipimpin oleh kaum muslim agar dampak yang terjadi adalah dampak positif, sehingga terwujud eternal peace (kedamaian abadi),” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Ulama Aswaja: Tindakan Kejahatan Itu Disebabkan oleh Tiadanya Iman

Tinta Media - Ulama Aswaja KH Rokhmat S. Labib menegaskan bahwa orang yang sering melakukan tindakan kejahatan itu karena tiadanya iman pada dirinya.

"Tindakan Kejahatan itu disebabkan oleh tiadanya iman," ujarnya dalam acara kajian tafsir Al Waie dengan tema Penyebab Mendustakan Hari Pembalasan di kanal Youtube Khilafah Channel Reborn, Rabu (13/12/2023).

Jadi menurutnya, alasan mereka (orang yang berbuat kejahatan) itu bisa begitu berani melakukan tindakan kejahatan, kerusakan, kemaksiatan, karena memang tidak adanya iman pada diri orang tersebut.

"Misalnya, kalau orang tidak berani mengambil motor, kira-kira kenapa? Ya, karena dia takut pada Allah, takut pada manusia, takut pada tetangga jika ketahuan, takut pada polisi jika dihukum," ungkapnya.

Contoh lagi dalam konteks timbangan misalnya, masalah timbangan hampir sedikit sekali ketahuan oleh konsumennya, berarti jika melakukan kejahatan pada takaran timbangan hanya Allah yang mengetahui. Namun faktanya ada orang yang sesuai pada takaran ada yang tidak atau curang.

"Nah apa penyebabnya (orang yang menakar tidak sesuai)? Ya karena tidak yakin terhadap hari kiamat, dan tidak yakin bahwa Allah maha melihat," ujarnya.

Nah berarti, bebernya, ada hubungannya antara keimanan dan amal. "Iman yang benar akan menghasilkan amal yang benar, sedangkan amal yang rusak pasti disebabkan oleh iman yang rusak," tandasnya. [] Setiyawan Dwi
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab