Tinta Media: Mengancam
Tampilkan postingan dengan label Mengancam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mengancam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 April 2024

Game Online Mengancam Generasi, Bukti Negara Abai


Tinta Media - Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat, seperti televisi, internet, alat-alat komunikasi, dan barang-barang mewah berteknologi canggih yang menawarkan berbagai aplikasi hiburan bagi orang tua, muda, bahkan anak-anak. Termasuk di dalamnya adalah game online yang mewabah, terutama di kalangan generasi muda saat ini. Awalnya, game online ini hanya memberikan hiburan. Pada akhirnya, game online menjadi momok yang menakutkan karena banyak anak yang kecanduan, hingga merusak moral dan sarafnya.

Hal ini pula yang mendasari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendesak pemerintah agar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memblokir game online yang mengandung unsur kekerasan dan seksualitas atau pornografi.

Menkominfo, Budi Arie Setiadi, siap memblokir atau men-takedown game online yang terbukti bermuatan kekerasan dan pornografi. Budi Arie juga meminta kerja sama orang tua dan pihak sekolah untuk melaporkan game online yang memberi dampak buruk.

Perkembangan teknologi tentu harus diiringi dengan kemajuan berpikir manusia. Namun sayangnya, kemajuan teknologi ini malah membawa dampak buruk, seperti game online yang mewabah di kalangan generasi muda. Selain itu, game online ini juga disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Menurut KPAI banyak tindak kejahatan yang terjadi akibat dampak dari game online, seperti pembunuhan, perdagangan orang, pornografi anak, dan banyak lagi kasus kriminal lainnya. Pengaruh buruk game online ini begitu tampak. Namun, sepertinya negara tidak serius menanganinya hingga berdampak buruk ini.

Buktinya, di tengah ancaman pengaruh buruk game online, negara malah ingin mengembangkan industri game online dengan dalih untuk meningkatkan devisa. Artinya, sama saja negara dengan sengaja membiarkan anak-anak penerus bangsa ini kecanduan, sehingga moral dan sarafnya pun akan rusak. Apakah generasi seperti ini yang diinginkan negara untuk membangun bangsa?

Di sisi lain, kemajuan teknologi begitu penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan teknologi canggih, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif, variatif juga menyenangkan. Kemampuan literasi digital pun menjadi kompetensi wajib bagi guru dan siswanya.

Namun, kemajuan teknologi ini juga berpotensi lain. Penyalahgunaan perangkat digital ini oleh kaum pelajar tak bisa terhindarkan. Kurangnya pengawasan dari orang tua dan adanya warung-warung internet yang bertebaran, ikut andil dalam persoalan ini.

Mirisnya, negara sebagai pengurus rakyat telah abai. Tidak adanya tindakan tegas dari negara terhadap peredaran game online berkonten kekerasan dan pornografi telah menambah deretan kasus lainnya. Maka dari itu, tidak cukup hanya men-takedown atau memblokir saja.

Inilah bukti ketika sistem sekularisme kapitalisme diterapkan. Negara mencetak masyarakat yang hanya berorientasi pada kesenangan duniawi saja, sekalipun hal itu tidak berguna dan membahayakan. Negara bergandengan tangan dengan para kapital menjadikan rakyat sebagai pasar bisnis yang bisa menghasilkan keuntungan besar.

Para pengusaha provider internet dan para pengembang game online pun memperoleh keuntungan dari pasar ini. Otomatis, pajak yang didapatkan negara pun luar biasa. Oleh karena itu, permintaan dan desakan untuk memblokir game online ini sangat mustahil terealisasi dalam sistem sekuler kapitalisme.

Persoalan ini hanya bisa diselesaikan dengan cara mengubah aturan. Penerapan sistem Islam oleh negara adalah satu-satunya solusi yang hakiki. Islam tidak pernah melarang umatnya untuk menggunakan teknologi digital. Jauh sebelum itu, Islam telah melahirkan ilmuwan-ilmuwan hebat yang menjadi kiblat para ilmuwan masa kini.

Islam memandang teknologi merupakan bagian dari ayat-ayat Allah yang harus digali dan dicari kebenarannya. Allah Swt. berfirman, 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang berakal (yaitu) orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau. Maka, perihalalah kami dari siksa neraka " (TQS.Al.Imran ayat 190-191).

Negara yang menerapkan sistem Islam (khilafah) akan mencetak generasi berkualitas. Sejarah mencatat bahwa hampir 14 abad khilafah mampu menyejahterakan rakyat. Kejayaan ini akibat dari penerapan sistem ekonomi Islam sehingga hasil dari kekayaan alam yang melimpah mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat. 

Khilafah tidak akan mencari sumber pendapatan lain yang akan menimbulkan kemudaratan bagi rakyat, seperti mengizinkan pihak asing mengelola SDA atau mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi yang membahayakan rakyat. Hal tersebut tidak akan pernah terjadi dalam Islam.

Selain itu, khilafah akan bertanggung jawab penuh atas pembentukan generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkepribadian Islam, yaitu dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Sehingga generasi yang lahir memiliki akidah yang kuat, tidak mudah terpengaruh pemahaman asing, mampu mengontrol diri dalam beraktivitas, dan pastinya setiap amal perbuatannya sesuai hukum syara'. 

Artinya, hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, akan terbentuk masyarakat yang memiliki pola pikir Islam dan pola sikap Islam.

Oleh karena itu, khilafah akan memberikan fasilitas terbaiknya, termasuk menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat, terkhusus para pelajar. Masyarakat akan disuguhi aplikasi-aplikasi yang tidak melanggar syariat, tetapi aplikasi yang justru meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka.

Sangat berbeda dengan sistem sekuler kapitalisme, aplikasi-aplikasi yang disuguhkan banyak yang memberikan dampak buruk. Dari sisi ini saja sudah sangat berbeda. Penggunaan teknologi di tangan khilafah memberikan kemaslahatan bagi umat manusia. Andaipun terjadi pelanggar dalam menggunakan teknologi, maka akan dikenakan sanksi berupa takzir oleh hakim sesuai kadar kesalahannya. 

Inilah bukti betapa pedulinya khilafah terhadap generasi masa depan. Hanya dengan Islam, teknologi digital mampu memberikan manfaat, karena diatur oleh hukum syara'. Wallahualam.


Oleh: Neng Mae
Sahabat Tinta Media

Kamis, 29 Februari 2024

Kemiskinan Ekstrem Mengancam, Akibat Sistem Kapitalis yang Kejam



Tinta Media - Saat ini kondisi ekonomi masyarakat sangat memprihatinkan, kenaikan harga bahan pokok yang melambung tinggi menjadi salah satu penyebab kemelaratan rakyat. Sulitnya Kehidupan semakin terasa saat semakin sempitnya lapangan pekerjaan, berapa banyak anak muda atau kepala keluarga yang tidak memiliki penghasilan, sementara mereka memiliki tanggungan yang harus mereka beri makan. 

Mulai banyak anak-anak yang putus sekolah, banyak orang sakit yang tidak dapat berobat, banyak keluarga yang kelaparan, hingga akhirnya banyak yang memilih jalan pintas demi melanjutkan kehidupan, menyentuh keharaman demi hanya bisa makan atau demi senyuman anak istrinya di rumah, mereka mencuri, merampok, membunuh, transaksi barang haram, hingga menjual harga diri. Sementara jauh di sana para penguasa hidup dengan bahagia, bergelimang harta tak kurang apa pun juga, ia tertawa di atas penderitaan rakyatnya. Bagaimana bisa mereka begitu tega?

Dari CNBC Indonesia (05/02/2024). Pemerintah memperkirakan kemiskinan ekstrem akan semakin tinggi jumlahnya di penghujung tahun masa pemerintahan presiden Joko Widodo tahun 2024. Pemerintah mengatakan akan terus memberikan bantuan rutin untuk menuntaskan kemiskinan. Pemerintah juga akan memperbaiki pemberian bantuan sosial agar lebih tepat sasaran, memberikan jaminan peningkatan pendapatan, serta akan memperluas pelayanan dasar.

Sistem Yang Rusak Akibatkan Kemiskinan

Korban paling banyak yang terdampak dari kemiskinan ekstrem adalah anak-anak. Mereka kesulitan untuk mendapatkan pendidikan yang berguna untuk masa depannya, selain itu yang paling mengancam mereka adalah kelaparan, sakit, kurang gizi, dan stunting. Dampak ini akan lebih buruk jika menimpa anak-anak yang berada di wilayah konflik.

Segala problematika ini dihasilkan dari kemiskinan yang menjadi dampak penerapan sistem kapitalis yang sadis. Setiap pengambilan kebijakan oleh penguasa tak lagi memperhatikan dampaknya pada rakyat, hanya berdasarkan keuntungan pribadi semata, tak lagi memikirkan kepentingan rakyat, hanya memanfaatkan materi dan kedudukan demi memperkuat kekuasaan dan meraup cuan sebanyak-banyaknya.

Sumber daya alam yang harusnya dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat kini dikuasai oleh asing dan barat. Sementara program pengentasan kemiskinan dari pemerintah tak mampu memberantas dan menyelesaikan problematika masyarakat. Padahal telah berbagai cara yang dianggap solusi telah dilakukan, namun angka kemiskinan semakin tinggi, dan selalu bertambah jumlahnya bak jamur di musim hujan. Hal ini akan sangat berdampak buruk pada generasi yang akan datang.

Islam Mampu Menuntaskan Kemiskinan

Dalam Islam pemerintah berperan sebagai pelayan umat bukan sebagai penguasa atau atasan, sehingga pemerintah akan mengayomi rakyatnya dengan baik. Negara Islam berkewajiban memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya, menyediakan lapangan pekerjaan atau memberikan bantuan berupa lahan atau uang untuk masyarakat yang ingin memulai usaha tapi tidak memiliki modal.

Dalam Islam sumber daya alam dikelola dengan amanah oleh negara, hasilnya dikurangi biaya produksi akan sepenuhnya diberikan untuk kepentingan umat, bukan sebagai peluang keuntungan, sebab pemerintahnya yakin bahwa setiap kebijakan atau keputusan yang mereka lakukan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt kelak di akhirat.

Khatimah

Hanya dalam sistem Islam masyarakat akan mendapatkan keadilan dan kemaslahatan, tak mungkin sistem kapitalis sekuler yang mengutamakan keuntungan dan memisahkan agama dari kehidupan dalam mengayomi masyarakat.

Rasulullah SAW. bersabda
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya"
(HR. Al Bukhari)

Seperti inilah kesempurnaan Islam dalam mengentaskan kemiskinan. Dan semua ini hanya bisa tercapai jika menerapkan sistem Islam melalui institusi khilafah. Seperti yang pernah Rasulullah contohkan pada kita. Untuk kesejahteraan umat. Demi menciptakan generasi yang gemilang dan mulia, serta rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu 'alam bisshawwab.


Oleh: Audina Putri 
(Aktivis Muslimah Pekanbaru)

Sabtu, 16 Desember 2023

Stunting Mengancam Anak Bangsa



Tinta Media - Anggota komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo, menyoroti penanganan stunting di Indonesia yang belum optimal agar pemerintah dapat melibatkan masyarakat untuk mendorong program stunting. Rahmad mengatakan, masyarakat perlu dilibatkan, lantaran program stunting seperti menyediakan makanan-makanan bergizi untuk anak di daerah-daerah kerap di bawah standar. Ini menjadi pengalaman berharga, pengalaman yang sangat baik. Untuk itu, saya kira pendekatan untuk intervensi makanan tambahan dan pendekatan menggunakan pemberdayaan masyarakat, ucap Rahmad kepada Beritasatu.com, Jum'at 1/12/2023. 

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Hasbullah Thabrang, mengungkapkan adanya indikasi penyelewengan dan penanganan stunting (kekurangan gizi pada anak) ditingkat daerah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sebelumnya mencatat bahwa dana stunting di suatu daerah ada yang di gunakan untuk keperluan rapat dan keperluan dinas. "Presiden Jokowi menyampaikan bahwa (pendanaan stunting)   tidak di gunakan dengan benar, menjadi salah satu tantangan di pelaksanaan yang banyak kendala", ujar Hasbullah kepada beritasatu.com pada Kamis 30/11/2023. 

Hasbullah menilai penyelewengan dan stunting terkait dengan perilaku korupsi di kalangan pejabat Indonesia, yang menjadi salah satu penyebab lambatnya penurunan prevalensi stunting. Ia juga menyebabkan ada daerah yang menjadikan menu yang tidak layak untuk anak dalam program penanganan stunting. 

Stunting adalah salah satu persoalan serius bangsa yang harus segera diselesaikan karena berkaitan dengan masa depan bangsa. Penyebab malnutrisi jangka panjang (kronis), kekurangan asupan gizi bisa terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisinya selama kehamilan. Stunting juga terjadi pada anak memasuki usia dua tahun. Juga tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan  faktor genetik dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. 

Stunting juga bisa menurun ke generasi berikutnya bila tidak segera ditangani dengan serius. Ada pula banyak faktor yang berpengaruh. Meski sudah banyak program, namun tidak kunjung terselesaikan karena tidak menyentuh akar masalahnya. Penyebab stunting yang lainnya yaitu masalah sosial orang tuanya yang tidak punya perlindungan kesehatan. 

Di sisi lain, ada dana besar yang dialokasikan untuk stunting namun mirisnya ada banyak korupsi. Padahal, sesungguhnya Islam telah memberi perhatian penting dalam mewujudkan generasi sehat dan cerdas, negara bukan hanya akan memenuhi kebutuhan pokok rakyat dengan sebaik-baiknya pelayanan, namun juga kemiskinan sebagai akar permasalahannya pun mampu diatasi. Negara wajib menyediakan lapangan kerja yang cukup bagi para ayah agar dapat memberi asupan nutrisi dengan gizi yang layak untuk keluarganya. 

Negara membangun struktur publik yang lengkap, seperti sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan agar seluruh warga dapat menikmati pelayanan dengan baik, murah bahkan bisa gratis. Penerapan sistem kapitalis adalah sumber masalah bagi kesejahteraan rakyat. Selama sistem tidak dicampuri dengan sistem kapitalis maka akan lahir generasi sehat, cerdas akalnya.

Hanya dengan aturan Islamlah akan terwujud generasi yang cemerlang dan berkualitas. Stunting tidak mungkin  terselesaikan selama negara masih menerapkan sistem kapitalis. Islam memilih sistem ekonomi yang mampu menyelesaikan stunting dan mewujudkan kesejahteraan hidup individu per individu dengan sistem ekonomi riil non ribawi serta pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam yang tepat, adil dan merata. 

Wallahu a'lam bish shawwab.

Oleh: Upi Ainun
Sahabat Tinta Media 

Kamis, 27 Oktober 2022

Narasi Mengancam, Buktikan Saja di Pengadilan

Tinta Media - Semua orang harusnya menghormati keputusan hukum dalam pengadilan yang adil, bukan hasil rekayasa penguasa. Hukum harus ditegakkan untuk semua orang, termasuk mereka yang berlindung di balik kekuasaan. Penguasa harusnya memberikan kebebasan pada rakyat untuk menyuarakan kebenaran, bukan menekan dan mengancam mereka yang berani menggugat di depan pengadilan. 

Merupakan kemunduran dalam persepektif hukum jika penguasa mengancam, bahkan menangkap rakyat yang berani menggugat kesalahan penguasa. Tidak usah panik atau tergesa-gesa menangkap siapa saja yang dianggap mengancam, karena bisa jadi kritikan dan masukan memang diperlukan untuk perbaikan. Bisa jadi, gugatan dari rakyat merupakan bentuk cinta pada pemimpinnya agar tidak tergelincir pada kesalahan yang membawanya pada kehancuran dan kehinaan.

Siapa yang paling memungkinkan berbuat zalim pada rakyat biasa? Lalu, untuk apa takut dengan gugatan rakyat, jika memang merasa benar?

Semua bisa dibuktikan di depan pengadilan yang bersih dari intervensi penguasa. Datang untuk menghadiri panggilan dan menunjukkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah, serta mendatangkan saksi yang meyakinkan adalah sikap terhormat dari seorang pemimpin, daripada mengumbar narasi-narasi mengecam dan mengancam di sosial media yang tidak mempunyai kekuatan hukum sama sekali.

Untuk apa sibuk membuat podcast yang membantah suara miring atau tuduhan kepadanya? Itu hanya membuat kegaduhan dan menghabiskan energi yang tidak berarti. Kalau memang merasa benar, untuk apa harus membayar buzzer guna mengintimidasi rakyat yang berani menyuarakan kebenaran? 

Sebagai pejabat publik, harusnya penguasa siap dikritik dan dituntut di pengadilan, jika memang dianggap salah. Pemimpin punya hak dan kewajiban yang sama dengan rakyat biasa di depan hukum. 

Kita teringat dengan keadilan hukum pada sistem Islam melalui kasus baju besi Khalifah Ali bin Abi Thalib. Beliau menemukan baju besinya di tangan seorang Yahudi yang menemukannya dan Ali lalu mengetahuinya.

Ali pun berkata, "Baju besiku jatuh dari untaku yang bernama Auraq (yang berwarna abu-abu)’. Si Yahudi berkata, ‘Ini baju besiku dan ada di tanganku’. Lalu si Yahudi berkata kepada Ali, ‘Kita bawa perkara ini kehadapan seorang hakim kaum muslimin!”

Meskipun seorang pemimpin nomor satu di suatu negara dan yakin bahwa tuduhannya benar, beliau tidak keberatan kasusnya dibawa  ke pengadilan. Beliau sangat menghargai keputusan hukum, meskipun lawannya adalah rakyat biasa. Beliau juga tidak marah atau memaksa hakim untuk memenangkan perkaranya, meskipun yakin bahwa baju besi itu miliknya. 

Tidak ada narasi mengancam di luar pengadilan pada siapa saja yang berani menyerang beliau. Khalifah Ali juga tidak marah saat hakim memutuskan untuk memenangkan rakyat biasa dengan menyatakan bahwa baju besi itu milik seorang Yahudi. 

Pemimpin besar sangat menghormati keputusan hukum, bukan membuat narasi mengancam agar rakyat bungkam dan tidak berani menyampaikan aspirasinya.

Sungguh, seorang pemimpin harus menjadi teladan bagi dan harus menghormati keputusan pengadilan. Meskipun punya kekuasaan luar biasa dan bisa mengintervensi keputusan hukum, pemimpin yang adil tidak boleh semena-mena menggunakan kekuasaannya agar bisa memenangkan perkaranya. 

Pengadilan harusnya juga terbuka sehingga rakyat bisa secara langsung menilai jalannya peradilan, apakah adil atau hanya skenario dan direkayasa untuk memenangkan penguasa. 

Kegaduhan di sosial media harus segera dihentikan. Narasi mengancam tidak boleh ada untuk membungkam siapa saja yang ingin menyuarakan aspirasinya yang dianggap benar.

Namun, begitulah kebanyakan pemimpin dalam sistem demokrasi. Mereka tidak mampu bersikap adil dengan kekuasaannya. Demokrasi hanya menciptakan pemimpin culas, pembohong, bermuka manis, tetapi menyimpan kebusukan.  mudah mengobral janji untuk mendapatkan simpati dan dukungan rakyat yang ujung-ujungnya untuk kekuasaan. 

Bahkan, seorang yang alim dan saleh akan kehilangan idealismenya saat berpolitik dalam sistem demokrasi karena kekuasaan menjadi tujuannya.   Tujuannya bukan untuk mengurusi rakyat, tetapi menggapai dan mempertahankan kekuasaan agar tetap dalam genggaman. 
Dalam sistem demokrasi, pemimpin bisa membuat hukum dan memainkan sesuai dengan kepentingan.  

Pemimpin yang baik harus bisa menjadi teladan dengan memberikan rasa aman, bukan narasi mengancam yang disebar melalui buzzer bayaran. Ingatlah, rakyat yang membayar dan jangan gunakan uang untuk memusuhi rakyat sendiri. 

Saatnya kita mengganti sistem kapitalisme demokrasi dengan Islam. Seorang pemimpin harus bersikap peduli agar rakyat merasa aman dan sejahtera. Sumber daya alam yang penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak tidak boleh dikuasai swasta. 

Negara tidak memberi jalan oligarki untuk menguasai negeri ini ketika Islam diterapkan secara kaffah. Keadilan hukum bisa dirasakan semua orang, baik rakyat biasa maupun penguasa. 

Pemimpin tidak memusuhi rakyat dengan menebar narasi mengancam dan menangkap siapa saja yang dianggap ancaman, tanpa proses pengadilan. Yang paling penting, akyat cinta pada pemimpin yang peduli dan mengurusi kepentingan mereka.

Oleh: Mochamad Efendi
Sahabat Tinta Media

Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab