Tinta Media - Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Anwar, Ph.D. mengatakan, Amerika Serikat tepuk tangan atas sikap Rusia yang agresif terhadap Ukrania.
“Sikap Rusia yang agresif terhadap Ukraina beberapa bulan terakhir reaktif, memang itu yang diinginkan Amerika Serikat (AS). Bahkan kasarnya, AS tepuk tangan sekarang,” tuturnya, pada Tinta Media, Kamis (24/2/2022).
Tujuan AS, lanjut Hasbi, biar Rusia terkuras energinya. Jadi, tidak bisa leluasa di level global. Termasuk memecah konsentrasi upaya aliansi Rusia dan China.
“Yang bikin Rusia geram adalah, karena politik AS bersama NATO untuk mencaplok tetangga Rusia atau membawa negara-negara itu ke poros politik mereka,” jelasnya.
Sederhananya, lanjutnya, siapa yang tidak marah kalau luar pagar rumah, isinya musuh semua. “Cuma itu juga kelemahan Rusia. Setelah gagal merangkul Eropa Timur di era Soviet 1946 – 1991, sekarang Rusia juga gagal. Secara ideologis dan kepentingan strategis Eropa Timur nampaknya lebih senang dengan liberalisme daripada gaya otoriter Rusia,” paparnya.
Ini, lanjut Hasbi, sudah masalah kedaulatan negara. Jadi, Rusia tidak menganggap ini main - main. Jarak perbatasan terluar Ukraina dan Moskow (ibu kota Rusia) cuma sekitar 500 kilometer. “Kalau Ukraina dikuasai NATO, Rusia sudah habis,” tegasnya.
“Sebaliknya, kalau Ukraina dikuasai Rusia, NATO tidak ada ruginya. Toh, AS dan NATO juga sudah merebut banyak negara - negara tetangga Rusia,” terangnya.
Sehingga, menurut Hasbi, jika Ukraina dikuasai oleh Rusia, AS akan tetap mencari cara agar membuat Rusia sibuk dengan politik regional. Bisa dengan cara provokasi - provokasi di tetangga-tetangga Rusia yang lain.
“Biar Rusia sibuk saja dengan politik regional. Politik AS ini juga sama diterapkan terhadap China, yaitu terus diprovokasi agar energi negara – negara ini habis di politik regional. Tujuan strategis AS dalam konteks ini adalah agar Rusia termasuk China tidak menjadi ancaman terhadap hegemoni aliansi politik global AS di masa yang akan datang,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun