Tinta Media - Merefleksi dunia Islam sejak keruntuhan khilafah 101 tahun yang lalu, Filolog sekaligus Pakar Sejarah Islam, Salman Iskandar, menyatakan bahwa kaum Muslimin tengah berada di masa kegelapan.
“Kaum Muslim saat ini bisa dibilang tengah berada di masa kegelapan. Nyaris semua sendi kehidupannya kini dihegemoni oleh kapitalisme, sekulerisme. Bahkan urusan toa masjid dan suara kumandang azan pun harus diatur sedemikian rupa dengan alasan toleransi dan harmonisasi sosial,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (24/2/2022).
Lebih menyedihkan lagi, lanjut Salman, nasib kaum Muslimin yang jadi minoritas di negeri lain seperti India, Myanmar, Uyghur dan Palestina, mereka teraniaya bahkan mengalami genocida oleh rezim kafir laknatullah.
“Sistem global capitalism (kapitalisme global) yang kini tengah menggurita di dunia telah membawa kerusakan parah, sekaligus kezaliman merata bagi semua manusia. Terutama bagi kaum muslim karena memaksa umat Muhammad SAW ini untuk keluar dari habitat aslinya, yakni hidup dalam naungan syariah-Nya sebagaimana yang dicontohkan rasul-Nya,” tegasnya.
Menurut Salman, saat ini kaum Muslim butuh junnah, perisai, pelindung, untuk menjaga jiwa dan darah kaum muslim yang hingga kini sudah lebih dari 101 tahun tidak dimilikinyayakni khilafah.
“Maka solusi terbaik itu, ya kembalilah pada Islam karena hanya Islam yang menjamin rahmatan lil 'âlamîn. Fakta empiris dan historis telah membuktikan bahwa selama 13 abad, ketika Islam memandu peradaban dunia dengan khilafahnya, Islam telah memberi rahmat (keselamatan) bagi semesta,” paparnya.
Menurutnya, fakta historis telah membuktikan bahwa saat khilafah Islam memandu peradaban dunia, menebarkan rahmatnya bagi semesta.
“Berbagai kebutuhan manusia baik muslim maupun non muslim terpenuhi dengan mudah. Bahkan difasilitasi oleh khilafah secara cuma-cuma. Tidak hanya itu, saat khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa di Damaskus tidak ditemukan sorang pun mustahik zakat. Karena khalifah telah menyejahterakan rakyatnya. Bahkan, harta tersebut akhirnya dialokasikan untuk membebaskan perbudakan di benua Christendom Eropa,” tutur Salman.
Demikian pula, lanjutnya, saat Baghdad, Cordoba dan Istanbul jadi pusat mercusuar dunia, banyak di antara para kaisar, raja, penguasa Kristen Eropa yang meminta izin pada khalifah untuk menyekolahkan para putra mahkotanya di berbagai universitas milik khalifah saat itu.
“Jadi saat Islam dijalankan dan dilaksanakan oleh khalifah, rahmatnya dirasakan pula oleh orang orang non muslim tadi,” tandasnya.
Salman menegaskan bahwa Islam adalah dienullah (agama Allah) yang sempurna. Mengatur semua aspek hidup manusia sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Dari urusan bangun rumah tangga hingga urusan bangun daulah (khilafah). “Tinggal kitanya saja mau mengkaji dan mengamalkannya nggak?” ujarnya.
Sehingga menurut Salman, untuk mewujudkan agar Islam kembali menjadi rahmatan lil ‘âlamîn, harus kembali seperti masa terdahulu. Metodenya sungguh mudah dipahami karena baginda Nabi SAW telah mencontohkannya kepada kaum Muslim. Yakni berdakwah untuk mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam.
“Yang berat itu justru terletak pada para pengemban dakwahnya, yakni memantaskan diri di hadapan Allah agar layak ditolong-Nya dan menyiapkan umat agar mereka siap saat pertolongan-Nya itu telah tiba,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun