101 Tahun Tanpa Khilafah, Pakar Sejarah Islam: Kaum Muslimin Berada di Masa kegelapan - Tinta Media

Jumat, 25 Februari 2022

101 Tahun Tanpa Khilafah, Pakar Sejarah Islam: Kaum Muslimin Berada di Masa kegelapan

https://drive.google.com/uc?export=view&id=1QWIiSKYIHGPw6ywhw-r5bNJj5TJ3w4x4

Tinta Media - Merefleksi dunia Islam sejak keruntuhan khilafah 101 tahun yang lalu, Filolog sekaligus Pakar Sejarah Islam, Salman Iskandar, menyatakan bahwa kaum Muslimin tengah berada di masa kegelapan.

“Kaum Muslim saat ini bisa dibilang tengah berada di masa kegelapan. Nyaris semua sendi kehidupannya kini dihegemoni oleh kapitalisme, sekulerisme. Bahkan urusan toa masjid dan suara kumandang  azan pun harus diatur sedemikian rupa dengan alasan toleransi dan harmonisasi sosial,” tuturnya kepada Tinta Media, Kamis (24/2/2022).

Lebih menyedihkan lagi, lanjut Salman, nasib kaum Muslimin yang jadi minoritas di negeri lain seperti India, Myanmar, Uyghur dan Palestina, mereka teraniaya bahkan mengalami genocida oleh rezim kafir laknatullah.

“Sistem global capitalism (kapitalisme global) yang kini tengah menggurita di dunia telah membawa kerusakan parah, sekaligus  kezaliman merata bagi semua manusia. Terutama bagi  kaum muslim karena  memaksa umat Muhammad SAW  ini untuk keluar dari habitat aslinya, yakni hidup dalam  naungan syariah-Nya sebagaimana  yang  dicontohkan rasul-Nya,” tegasnya.

Menurut Salman, saat ini  kaum Muslim butuh junnah, perisai, pelindung, untuk  menjaga jiwa dan darah kaum muslim yang  hingga kini sudah lebih dari 101 tahun  tidak dimilikinyayakni khilafah.

“Maka solusi terbaik itu, ya kembalilah pada  Islam karena hanya Islam yang menjamin rahmatan lil 'âlamîn. Fakta empiris  dan  historis telah  membuktikan bahwa  selama 13 abad, ketika Islam memandu peradaban dunia dengan  khilafahnya, Islam telah memberi rahmat (keselamatan) bagi semesta,” paparnya.

Menurutnya,  fakta historis telah membuktikan bahwa saat khilafah Islam memandu peradaban dunia, menebarkan rahmatnya bagi semesta.

“Berbagai  kebutuhan manusia baik muslim maupun non muslim terpenuhi dengan mudah. Bahkan difasilitasi oleh khilafah secara cuma-cuma. Tidak  hanya  itu, saat khalifah Umar bin Abdul Aziz berkuasa di Damaskus tidak  ditemukan sorang pun mustahik zakat. Karena khalifah telah menyejahterakan rakyatnya. Bahkan, harta tersebut akhirnya dialokasikan untuk membebaskan perbudakan di benua Christendom Eropa,” tutur Salman.   

Demikian pula, lanjutnya,  saat Baghdad, Cordoba dan  Istanbul jadi  pusat mercusuar dunia,  banyak di antara para kaisar, raja, penguasa Kristen Eropa yang meminta izin pada khalifah untuk menyekolahkan para putra mahkotanya di berbagai universitas milik khalifah saat itu.

“Jadi  saat Islam dijalankan dan  dilaksanakan oleh khalifah, rahmatnya dirasakan pula oleh orang orang non muslim tadi,” tandasnya.

Salman menegaskan bahwa  Islam adalah dienullah (agama Allah) yang sempurna. Mengatur semua aspek hidup manusia sejak bangun tidur hingga tidur kembali. Dari urusan bangun rumah tangga hingga urusan bangun daulah (khilafah). “Tinggal kitanya saja mau mengkaji dan mengamalkannya nggak?” ujarnya.

Sehingga menurut Salman, untuk mewujudkan agar Islam kembali menjadi  rahmatan lil ‘âlamîn, harus  kembali seperti masa terdahulu.  Metodenya sungguh mudah dipahami karena  baginda Nabi SAW telah  mencontohkannya kepada kaum Muslim. Yakni berdakwah untuk  mengubah masyarakat jahiliyah menjadi  masyarakat Islam.

“Yang  berat itu justru terletak pada para pengemban dakwahnya, yakni memantaskan diri di hadapan  Allah agar layak ditolong-Nya  dan  menyiapkan umat agar mereka  siap saat pertolongan-Nya itu telah tiba,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :