Tinta Media - Serangan Rusia ke Ukrania sejak Kamis lalu terus berlanjut hingga hari ini. Jatuhnya Ukrania ke pangkuan Rusia sekilas tinggal menunggu waktu saja. Kekuatan militer kedua belah pihak tidak imbang.
Perbandingan kekuatan militer Rusia sangat jauh dibanding kekuatan militer Ukrania. Rusia menduduki peringkat kedua kekuatan militer dunia, sementara Ukrania peringkat ke dua puluh satu. Pasukan militer aktif Rusia 845 ribu, sementara Ukrania hanya 129 ribu. Belum peralatan-peralatan senjata lainnya. Jelas Rusia unggul dibanding Ukrania.
Meski demikian, belum tentu Ukrania jatuh ke pelukan Rusia, karena ada banyak faktor yang berkelindan. Secara historis Ukrania, dulu adalah wilayah bekas jajahan Uni Sovyet. Ada ikatan sosial budaya antara Rusia (sebagai pewaris Uni Sovyet) dengan Ukrania. Uni Sovyet ibarat ayah bagi Rusia yang meninggalkan harta waris wilayah Ukrania. Rusia sebagai pewaris satu-satunya ingin menguasai harta waris tersebut jika mampu.
Tapi cinta bertepuk sebelah tangan. Ukrania lebih memilih merdeka dibanding kembali ke pelukan Rusia. Nah, konflik Rusia-Ukrania ini terjadi karena Ukrania menolak supremasi Rusia. Ukrania memilih menjadi negara merdeka dan lebih memilih mencari jalan bergabung ke NATO.
Di sisi lain, Amerika yang saat ini menguasai dunia, tidak ingin melihat Rusia mengembangkan pengaruhnya sebagaimana dulu saat Uni Sovyet berjaya. Amerika berupaya menancapkan pengaruhnya di negara-negara bekas jajahan Uni Sovyet seperi Uzbekistan, Afghanistan, Kaukasus, termasuk di Ukrania.
Amerika memainkan peran penting dalam krisis Ukrania demi kepentingannya. Amerika misalnya beberapa waktu lalu menawarkan bantuan sebesar US$1 miliar atau Rp 14,3 triliun dalam bentuk jaminan kredit untuk Ukraina. Ini tentu merupakan bagian dari upaya Amerika untuk merangkul Ukraina.
Pengaruh Amerika di wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Rusia inilah yang kemudian menyibukkan Rusia dengan berbagai masalah regional. Ini memang dikehendaki Amerika, agar Rusia sibuk dengan masalah regional, terkuras energinya tidak leluasa bergerak di level global.
Artinya, terjadi tarik menarik antara Barat khususnya Amerika dengan Rusia yang tadinya Uni Sovyet. Agresi Rusia ke Ukrania adalah cermin ambisi dominasi Rusia dalam melawan berbagai gangguan Amerika pasca bubarnya Uni Sovyet 1991 lalu.
Pada sisi lain, konflik Ukrania juga cermin ambisi dan dominasi Amerika di kawasan wilayah bekas Uni Sovyet terutama di Kaukasus, Georgia, Uzbekistan, termasuk Ukrania. Jangan heran kalau Amerika nantinya akan mendukung Ukrania.
Perang ini menggambarkan bahwa Rusia adalah kolonialis, sebagaimana Amerika.
Ambisi menguasai dunia memang merupakan perwujudan dari salah satu fitrah manusia yaitu fitrah cinta kekuasaan. Fitrah ini akan terus ada sampai hari kiamat. Persoalannya dengan sudut pandang apa cinta kekuasaan itu dibangun? Sudut pandang inilah yang akan menentukan apakah cinta kekuasaan itu akan menebar penderitaan bagi dunia atau menebar rahmat, keadilan dan kesejahteraan.
Sejarah mencatat, saat ambisi manusia menguasai dunia hanya dipandu oleh akal dan hawa nafsunya, yang terjadi adalah penderitaan dunia. Eropa di zaman kegelapan beratus-ratus tahun menderita akibat ambisi para kaisar menguasai dunia demi kepentingannya.
Hari ini, ideologi kapitalisme yang dijadikan panduan oleh negara-negara besar dalam menguasai dunia menyebabkan penderitaan dunia yang luar biasa. Irak, Suriah, Yaman, Palestina, Kashmir, Xinjiang dan di berbagai wilayah lain tengah menderita akibat perang asimetris negara-negara besar yang terjadi hari ini.
Tapi sejarah juga mencatat, selama berabad-abad dunia berada pada puncak kegemilangan peradaban. Masyarakat sejahtera, keamanan terjaga, toleransi tinggi, ilmu pengetahuan berkembang pesat. Itulah masa di mana ambisi menguasai dunia dipandu wahyu dari Pencipta dunia.
Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana kaum Muslimin harus menaklukkan dunia dengan syariat Islam, dengan tegaknya Daulah Islam. Pasca Rasulullah wafat kepemimpinan Islam untuk dunia digantikan oleh para khalifah. Di bawah kepemimpinan Islam dunia sejahtera, bahagia.
Sayangnya, kepemimpinan Islam dalam bingkai khilafah telah runtuh 101 tahun yang lalu. Hingga kepemimpinan dunia digantikan oleh kepemimpinan sekuler yang rusak dan merusak dan mengakibatkan penderitaan dunia.
Di sinilah pentingnya khilafah tegak kembali, agar penderitaan dunia akibat keserakahan negara-negara adidaya sirna. Ukrania dan negara-negara lain akan aman dipangkuan negara khilafah, tidak menjadi ajang perebutan negara negara besar. Karena Islam datang memang untuk membawa rahmat bagi seluruh dunia.
Oleh: Irianti Aminatun
Sahabat Tinta Media