Spirit Bulan Ramadhan - Tinta Media

Kamis, 09 Mei 2024

Spirit Bulan Ramadhan

Tinta Media - Bulan Ramadhan baru saja berlalu. Meskipun waktu ibadah wajib yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun tersebut telah berlalu, bukan berarti kita berhenti untuk melakukan berbagai macam amalan. 
 
Dengan berakhirnya bulan Ramadhan, umat muslim justru seharusnya lebih memperbanyak amalan yang dikategorikan yang wajib maupun yang sunnah untuk menambah pahala. Dan konsisten dalam beribadah setelah bulan Ramadhan, itulah hal penting yang mesti diperhatikan.

Dalam sebuah riwayat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, menjalankan amalan secara terus menerus adalah sesuatu yang amat dicintai Allah SWT. Rasulullah SAW beliau bersabda, “Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian dan amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit." (HR Bukhari).

Salah satu amalan yang paling besar pahalanya di bulan Ramadhan adalah menghidupkan kembali sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan atau biasa kita sebut malam Lailatul Qadar, Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada seribu bulan atau setara 83 tahun.

Amat sangat wajar apabila kita ingin berlomba dalam meraih kebaikan (fastabiqul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar. Alasannya sangat sederhana, bahwa kesempatan dan jatah umur hidup kita di dunia belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar dinyatakan, bahwa malam Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Dengan pertimbangan itulah umat Islam di mana tempatnya sangat menantikan kehadiran malam Lailatul Qadar.

Malam Lailatul Qadar bukanlah satu-satunya keutamaan yang Allah SWT berikan kepada kaum Muslim, tetapi masih ada banyak lagi keutamaan-keutamaan yang lainnya yang kaum muslimin bisa amalkan, dan bahkan melebihi keutamaan menghidupkan Lailatul Qadar tersebut. Salah satunya yaitu amalan berjaga-jaga di tengah medan jihad, Rasulullah SAW bersabda:  “Maukah kalian, aku beritahu tentang suatu malam yang lebih utama dari Lailatul Qadar? Itulah malamnya seorang penjaga yang berjaga-jaga di suatu wilayah yang menakutkan (di medan perang fi sabilillah) dan dia amat berharap tidak kembali kepada keluarganya (berharap mati syahid, pen.).” (HR al-Hakim). 

Tetapi untuk hal yang seperti ini hanya bisa dilakukan oleh umat muslim yang tengah dalam mengalami peperangan seperti yang terjadi di Palestina yang hari ini tengah dijajah oleh negara zionis Israel dan di negeri-negeri kaum muslimin yang lainnya, yang tengah tertindas dan diperangi oleh kaum kafir. Sedangkan di Indonesia saat ini bukanlah medan jihad atau wilayah yang tengah mengalami konflik peperangan, tetapi wilayah yang dalam kondisi damai.

Meskipun Indonesia ini wilayah dalam kondisi damai dan bukan negara yang tengah terjadi konflik peperangan atau bisa disebut juga medan jihad, tapi umat muslim di negeri ini juga bisa meraih pahala yang sama dan setara dengan jihad tersebut, yaitu dengan dakwah amar makruf nahi mungkar, khususnya kepada para penguasa zalim. Seperti yang disabdakan oleh baginda Rasulullah SAW “Ingatlah! Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kata-kata kebenaran (Haq) di hadapan penguasa zalim.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Dalam hadist Rasulullah SAW tersebut beliau telah mengajari kita satu hal bahwa sebaik-baik jihad adalah berkata atau mendakwahi kepada para penguasa yang zalim, dengan menyeru kepada yang haq dan mengingatkan untuk menjauhi dan meninggalkan kemungkaran kepada para penguasa negeri-negeri kaum muslimin. Bahkan hal ini disebut juga sebagai jihad yang paling utama. Nah, inilah satu amalan yang setara dan bahkan lebih baik dari pada menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan yaitu malam Lailatul Qadar.

Amalan inilah yang seharusnya diagendakan oleh umat Islam saat ini dengan mengoreksi para Penguasa negeri-negeri muslim saat ini agar kembali lagi menerapkan aturan-aturan Islam secara kaffah bahkan menyeru dengan kekuasaannya untuk menggerakkan kekuatan militer yang dimilikinya untuk menolong saudara muslim lainnya yang tengah dijajah dan dizalimi oleh kaum kafir penjajah.

Oleh: Amang Soehe
Sahabat Tinta Media 
Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :