Kapitalisme Biang Ketidakjelasan Nasib Nakes - Tinta Media

Rabu, 24 April 2024

Kapitalisme Biang Ketidakjelasan Nasib Nakes


Tinta Media - Bupati Manggarai, NTT, Herybertus G.L. Nabit memecat 249 nakes non Aparatur Sipil Negara (ASN). Pemecatan ini dilakukan setelah ratusan nakes non ASN tersebut berdemonstrasi menuntut perpanjangan kontrak kerja dan kenaikan upah. Bupati menganggap bahwa aksi tersebut sebagai bentuk ketidakdisiplinan dan ketidakloyalan bawahan pada atasan. Di sistem kapitalisme ini nyatanya persoalan upah rendah bukan hanya terjadi pada nakes saja tetapi di bidang lain pun sama seperti guru honorer, buruh pabrik, buruh tani dan lain sebagainya.

Ketika DPRD Kabupaten Manggarai Matias Masir mengatakan bahwa "Ratusan Nakes yang berdemonstrasi sebenarnya hanya ingin berdialog dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD. Mereka hanya minta gajinya di naikkan dari Rp.600 ribu sebab sangat jauh dari UMR NTT (sekitar 2 juta lebih)". Upah rendah pada nakes bukan hanya terjadi di Manggarai NTT saja tetapi di wilayah lain pun banyak yang bernasib sama. Masih ada 34,5% nakes dan tenaga medis yang mendapat gaji di bawah UMR. Alasan klasiknya penyebab gaji para nakes jauh di bawah UMR karena pemerintah setempat sering kali kekurangan dana untuk menggaji para honorer. Padahal kecilnya gaji nakes akan sangat berdampak pada menurunnya efektivitas dan inisiatif kerja.

Semua ini dampak dari penerapan sistem kehidupan kapitalis. Sistem ini membolehkan siapa pun mengelola SDA, sedangkan jika SDA dikelola oleh swasta/asing tentu keuntungan besar akan masuk pada kantong mereka. Seperti misalnya di NTT yang terkenal dengan berlimpah logam mangan, emas, batu bara, nikel, tembaga dan lain-lain. Tetapi semua SDA-nya di kelola oleh asing sehingga kebermanfaatannya tidak dirasakan oleh masyarakat. Dan dalam sistem ini posisi penguasa hanya sebagai regulator yang tidak memiliki visi untuk menyejahterakan rakyatnya. Melainkan hanya sebagai regulator bagi para pemilik modal. Juga sistem Politik Demokrasi hanya melahirkan penguasa oligarki yang justru melindungi kepentingan para pengusaha dan mengabaikan hak rakyatnya.

Berbeda hal dengan sistem kapitalisme, di dalam sistem Islam penguasa sangat memperhatikan hak rakyatnya termasuk hal sehat dan hidup layak. Pemenuhan kebutuhan rakyat dan kesejahteraan rakyat menjadi perhatian utama bagi para penguasa untuk dipenuhi. Aturan kepemilikan yang jelas dan ketat menjadikan SDA hanya boleh di kelola oleh negara. Dan pendistribusiannya dipastikan sampai ke tangan seluruh rakyat baik dalam bentuk pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan maupun keamanan rakyat. Karena sejatinya SDA dan hasil pengelolaannya adalah milik rakyat yang tidak boleh dikuasai dan dinikmati oleh individu ataupun segelintir orang pemilik modal saja.

Begitu pun persoalan upah rendah bisa teratasi, sebab pemasukan negara akan sangat melimpah dari hasil kekayaan alam dan pos-pos pemasukan negara yang lainnya. Maka bukan hanya upah yang tinggi bagi nakes saja tetapi juga fasilitas kesehatan yang mumpuni dan merata akan ada di seluruh wilayah dan bisa dinikmati oleh seluruh rakyat tanpa pengecualian. Di bidang kesehatan semua di bawah kontrol negara, baik itu rumah sakit besar maupun kecil dari kota hingga desa. Sehingga bisa di pastikan seluruh rakyatnya mendapatkan pelayanan yang sama.

Selain kepemilikan, Islam pun memosisikan penguasa sebagai raa'in dan junnah yaitu pengurus dan pelindung bagi rakyatnya. Kesejahteraan, keselamatan dan keamanan rakyat menjadi prioritas utama negara terhadap seluruh rakyatnya. Maka saatnya beralih ke sistem Islam kaffah yang mampu menjadikan kehidupan adil, sejahtera, aman dan berkualitas. Dan semua permasalahan kehidupan akan terpecahkan karena hanya sistem Islam satu-satunya sistem yang berasal dari Pencipta manusia dan seluruh alam semesta yang Maha Sempurna. Yang tidak mungkin cacat, dan tidak adil, sehingga sangat layak sebagai satu-satunya aturan hidup yang sempurna dan solusi yang hakiki bagi seluruh permasalahan kehidupan manusia. Wallahu a'lam bi ash-shawwab.

Oleh: Ummu Arkaan
Sahabat Tinta Media

Rekomendasi Untuk Anda × +

Bagikan artikel ini

Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini.

Artikel Menarik Lainnya :