Tinta Media

Jumat, 14 Oktober 2022

Cabut Subsidi Listrik, Najmah Sa’iidah: Negara Lepas Tanggung Jawab Urusi Rakyat

Tinta Media - Pencabutan subsidi listrik melalui penyesuaian tarif yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi biaya kompensasi kepada PLN dinilai Aktivis Muslimah Ustazah Najmah Sa’iidah sebagai bentuk negara melepaskan tanggung jawabnya dalam mengurus rakyatnya.

“Negara dalam sistem kapitalisme semakin melepaskan tanggung jawabnya dalam mengurus rakyatnya dengan mencabut sedikit demi sedikit subsidi listrik,” nilainya pada rubrik Blusukan Kru MMC: Tarif Listrik Golongan Ini Naik Lagi? Selasa (11/10/2022) di kanal YouTube Muslimah Media Center.

Menurutnya, ini tabiat kehidupan dalam sistem kapitalisme. “Subsidi yang diberikan kepada rakyat justru dipandang sebagai beban negara,” tuturnya.

“Sistem ini juga telah melakukan liberalisasi sektor kelistrikan,” tambahnya. 

Dijelaskannya bahwa tata kelola ekonomi neoliberal telah mendudukkan kegiatan ekonomi pada mekanisme pasar bebas.

“Sehingga pihak swasta ikut campur tangan dalam penyediaan listrik bagi masyarakat dengan alasan menghasilkan kompetisi, efisiensi, produktivitas dan seluruh kebaikan lainnya,” jelasnya.

“Padahal membuka kran swasta dalam ketenagalistrikan berarti mengizinkan listrik menjadi barang komersial,” jelasnya lebih lanjut.

Dia mengungkap bahwa listrik yang bersumber dari barang milik publik, setelah diliberalisasi akan hilanglah statusnya dari barang milik publik menjadi ladang bisnis. 
“Dari sini pupus sudah harapan rakyat untuk menikmati listrik dengan harga murah, sebab dengan mindset pembisnis yang dimiliki swasta, listrik sudah tentu akan terus-menerus mengalami kenaikan,” ungkapnya.
 
“Inilah dampak dari pengelolaan energi yang berbasis kapitalisme untuk mendapatkannya tidaklah murah apalagi gratis,” tambahnya.
 
Ia menilai pengelolaan listrik yang merupakan salah satu kebutuhan pokok rakyat akan energi dikelola sebagai komoditi yang menguntungkan. Dijual kepada rakyat, dikelola oleh swasta yang bekerjasama dengan negara. 

“Berbekal sebutan investasi namun akhirnya melemahkan peran negara dalam melayani masyarakatnya,” nilainya.

Dibandingkannya konsep bernegara ala kapitalis yang sangat bertolak belakang dengan Islam. 

“Bila kapitalisme mengabaikan kesejahteraan, maka Islam justru sangat memperhatikan kesejahteraan hidup masyarakat. Bila kapitalis berdasarkan keuntungan justru Islam memberikan pelayanan rakyat secara maksimal,” ujarnya.
 
Ustazah Najmah menegaskan bahwa dalam Islam, negara adalah pelayan umat. Ia ada untuk mengurusi kepentingan rakyat serta memenuhi hajat hidup rakyat.

“Oleh karena itu, untuk menyelesaikan masalah yang terus terjadi khususnya di tubuh PLN sendiri adalah dengan cara menghentikan liberalisasi energi dan mengembalikan seluruhnya ke tangan negara sebagai pengelola utama,” tagasya.

Dalam Islam, listrik termasuk ke dalam ini energi dan karenanya dia terkategori pada kepemilikan umum, sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadis: 
“Kaum Muslim berserikat (bersekutu) dalam tiga perkara yaitu padang rumput, Air dan Api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Ia mengartikan bahwa setiap muslim baik laki-laki atau perempuan memiliki hak yang sama dalam tiga hal ini yaitu padang rumput air dan api. 

“Adapun listrik termasuk energi dan termasuk dalam kategori api. Selain itu berbagai sarana dan prasarana penyediaan listrik seperti tiang listrik, gardu, mesin pembangkit dan sebagainya termasuk di dalamnya,” jelasnya.

Selain itu, menurutnya karena sumber energi yang digunakan untuk pembangkit listrik sebagian besar berasal dari barang tambang yang depositnya besar seperti migas dan batubara, yang juga milik umum. “Hal ini semakin menguatkan bahwa kepemilikan umum seluruhnya harus dikelola oleh negara untuk kemaslahatan umat,” terangnya. 

Menurutnya, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, “Imam (pemimpin) adalah pemelihara dan pengatur urusan umatnya. Dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya.” (HR Bukhori dan Muslim).

Ia menjelaskan bahwa negara yang menerapkan Islam kaffah, akan mengelola listrik sesuai dengan aturan Islam. Dalam implementasinya, negara berperan sebagai pengelola dan hasilnya diberikan untuk kemaslahatan rakyat dalam bentuk pelayanan listrik. Karenanya Negara Islam atau Khilafah akan mengelolanya mulai dari sumber energi primer yaitu minyak dan gas hingga penyediaan tiang listrik, gardu, mesinpembangkit dan sebagainya. 

“Semua pelayanan tidak boleh diserahkan kepada swasta, karena dapat menghalangi kesejahteraan rakyat,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa negara akan mengelolanya dengan prinsip pelayanan tidak dengan prinsip komersial seperti yang dilakuan dalam sistem kapitalisme.
“Dengan demikian, listrik dapat dinikmati seluruh elemen rakyat secara merata. Baik di perkotaan maupun di pelosok desa dengan harga murah bahkan gratis,” ujarnya.

Menurutnya, semua ini hanya akan terwujud dalam kehidupan yang diatur oleh sistem Islam kaffah yaitu Khilafah Islamiyah. “Karenanya, perjuangan untuk menegakkan Khilafah Islamiyah menjadi agenda umat Islam hari ini,” pungkasnya.[] Raras

Referensi: https://youtu.be/VWFWpregLtU

Kamis, 13 Oktober 2022

Ngawur Mengatakan Khilafah Tidak Wajib Gegara Tidak Ada dalam Rukun Islam

Tinta Media - “Betapa ngawurnya Muslim yang berani mengatakan bahwa khilafah tidak penting dan tidak wajib gegara tidak ada dalam rukun Islam,” tutur Abu Zaid dari Tabayyun  Center kepada Tinta Media Kamis (13/10/2022).
 
Ia lalu memaparkan hadis Rasulullah Saw. riwayat Imam Bukhari dan Muslim yang menjelaskan tentang  rukun Islam.
 
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الَّرحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهِ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُوْلُ : بُنِيَ الإسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ, وَحَجِّ الْبَيْتِ, وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري و مسلم)
 
 Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhuma berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: “Islam dibangun atas lima pekara. Pertama  persaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah, kedua  mendirikan shalat, ketiga mengeluarkan zakat, keempat  melaksanakan ibadah haji, dan kelima berpuasa Ramadhan
 
“Ini rukun Islam, namun bukan berarti yang tidak termasuk rukun Islam itu tidak penting atau tidak wajib. Bahkan masih sangat banyak perkara Islam yang tidak termasuk rukun Islam namun wajib dan penting, seperti jihad, ngurus jenazah, menuntut ilmu, berbakti kepada ibu bapak, termasuk perkara khilafah,” tegasnya.
 
Abu Zaid mempertanyakan, siapa muslim yang begitu jahilnya berani mengatakan bahwa menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, jihad, mengurus jenazah  tidak wajib hanya  karena tidak termasuk rukun Islam?
 
“Maka itu semua adalah sikap yang jahil dan ngawur jika berani mengatakan sesuatu tidak penting dan tidak wajib karena tak ada dalam rukun Islam.  Dan semua muslim pastinya faham hal ini,” pungkasnya. [] Irianti Aminatun.
 
 

YA ALLAH, JAGALAH PARA USTAZ DALAM LINDUNGAN DAN NAUNGANMU! HENTIKAN KEZALIMAN D3NSUS 88



"Assalamu'allaikum..Semoga sehaat dan dalam rahmadNya. Pak, kemaren sama petugasnya di bilang tidak boleh bawa makanan buat ustadz lagi. Istri ustadz Farid juga di bilang begitu. Kapan lagi keluarga bisa memberikan makanan enak buat ustadz? Di Cikeas ngga boleh...disini juga dilarang."

Tinta Media - Sesaat setelah penulis sampai rumah, sepulang dari Pengadilan Negeri Jakarta Timur membela Para Ustadz (Ustadz Farid Okbah, Ustadz Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung al Hammat) pada Rabu (21/9), tiba-tiba ada pesan masuk di WA dari nomor yang tidak dikenal. Isinya sebagai berikut :

"Assalamu'allaikum..Semoga sehaat dan dalam rahmadNya. Pak, kemaren sama petugasnya di bilang tidak boleh bawa makanan buat ustadz lagi. Istri ustadz Farid juga di bilang begitu. Kapan lagi keluarga bisa memberikan makanan enak buat ustadz? Di Cikeas ngga boleh...disini juga dilarang"

Segera penulis menyadari, bahwa pesan tersebut dari salah satu istri para ustadz. Lalu penulis balas :

"Waalaikumsalam, insyaallah saat memberikan didampingi lawyer ya bu. semoga dimudahkan, amien"

Lalu pesan WA tersebut penulis teruskan kepada Bang Ismar selaku koordinator advokat, agar kalau penulis ada udzur bisa didampingi advokat lainnya. Apapun yang bisa penulis lakukan, sepanjang membantu para ustadz akan penulis lakukan.

Sebelumnya, penulis mendampingi Umi Jamilah, istri ustadz Farid Okbah untuk mengantarkan alat pemotong kuku dan kumis. Di Cikeas, para ustadz tidak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan sunah fitrah, seperti memotong kuku dan kumis.

Penulis sempat menikmati minuman racikan Umi Jamilah. Nikmat, serasa ada kapulaganya.

Sayangnya, saat itu petugas pengadilan dan densus 88 berubah 'ganas' saat istri ustadz anung hendak bertemu, densus 88 tidak mengizinkannya. Sempat penulis cek cok dengan petugas pengadilan.

Para ustadz memang terlihat lebih kurus, tidak terurus karena memang berada di tahanan yang konon di Cikeas seperti di 'Guantanamo'. Bentuknya bangunan kontainer. Kami sulit menemui para ustadz.

Istri para ustadz berinisiatif, setiap sidang membawakan makanan untuk para ustadz. Selain untuk menunaikan kewajiban istri, juga untuk menghibur para ustadz agar meskipun hanya saat sidang, para ustadz mendapatkan makanan yang layak.

Sayang, pihak densus 88 menzalimi dengan tidak memberikan izin. Tidak tahu, apakah nanti setelah didampingi advokat masih dipersulit dan dihalangi lagi.

Ya Allah, sungguh zalim perlakuan densus 88 kepada para ustadz. Koruptor Aziz Syamsudin saja saat ditangkap KPK masih diberikan hak-hak hukumnya. Para Ustadz yang tidak pernah merugikan negara, malah membantu negara dengan mendidik umat, diperlakukan secara zalim. Astaghfirullah. [].

Oleh: Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Tim Advokasi Bela Ulama Bela Islam

TIGA PERISTIWA BESAR DI BULAN RABIUL AWAL

Tinta Media - Biasanya pada bulan Rabiul Awal kaum muslim memperingati Maulid Nabi SAW, padahal Maulid Nabi hanya satu dari tiga peristiwa besar yang terjadi tanggal 12 Rabiul Awal.

Ketiga peristiwa besar tersebut adalah;
Pertama, maulid (hari lahirnya) Nabi Muhamnad SAW;
Kedua, hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah, yakni berdirinya Daulah Islamiyah;
Ketiga, wafatnya Nabi Muhammad SAW, yakni berdirinya Khilafah Islamiyah Rasyidah.

Tiga peristiwa besar pada tanggal 12 Rabiul Awal tersebut uraiannya sebagai berikut :

Satu, Lahirnya Nabi Muhammad SAW

Nabi SAW dilahirkan hari Senin 12 Rabiul Awal pada tahun Gajah di Makkah. (Rawwas Qal'ah Jie, Sirah Nabawiyah (terj.), hal. 15; Ibnul Qayyim, Zadul Ma'ad, Juz 1 hal. 28).

Kelahiran Nabi SAW sendiri banyak diiringi dengan berbagai keajaiban. Qadhi Iyadh dalam kitabnya Asy-Syifa` menyebut ada 132 keajaiban. Di antaranya, ketika lahir dan digendong oleh Asy-Syifa` Ummu Abdurrahman bin Auf, beliau (Nabi SAW) menangis keras dan berkata kepada Asy-Syifa`,”Semoga Allah merahmatimu.”(rahimakillah). (Qadhi Iyadh, Asy-Syifa` bi Ta’rif Huquq Al-Mushtafa, hal. 205).

Kelahiran Nabi SAW adalah kelahiran seseorang yang kelak mempunyai banyak keistimewaan di dunia dan akhirat dalam segala aspeknya. Banyak kitab telah ditulis tentang keistimewaan Beliau, seperti kitab Qiyadatur Rasul As-Siyasiyah wa Al-Askariyah karya Ahmad Ratib Armusy (Beirut : Darun Nafa`is, 1991), yang mencoba menjelaskan aspek kepemimpinan Nabi SAW dalam bidang militer dan politik.

Juga kitab Dirasat Tahliliyah li Syakhshiyah Ar-Rasul karya Rawwas Qal'ah Jie (Beirut : Darun Nafa`is, 1988). Kitab ini mencoba melukiskan kepribadian Nabi SAW secara lebih lengkap, tak hanya aspek kemiliteran dan kepemimpinan, tapi juga pribadi beliau sebagai guru (murabbi), suami, dan sebagai manusia biasa (aspek kemanusiaan/basyariyah).

Di antara keistimewaan Nabi SAW ialah beliau memegang dua kedudukan sekaligus, yakni sebagai nabi sekaligus kepala negara. Imam Taqiyuddin an-Nabhani –radhiyallahu ‘anhu– berkata :

فكان يتولى النبوة والرسالة وكان في نفس الوقت يتولى منصب رئاسة المسلمين في إقامة أحكام الإسلام

“Maka Nabi Muhammad SAW dahulu memegang kedudukan kenabian dan kerasulan, dan pada waktu yang sama Nabi SAW memegang kedudukan kepemimpinan kaum muslimin dalam menegakkan hukum-hukum Islam.” (Taqiyuddin an-Nabhani, Nizhamul Hukm fil Islam, hal. 116-117).

Imam Taqiyuddin An-Nabhani mendasarkan pendapatnya pada dua kategori ayat yang berbeda.

Pertama, ayat-ayat yang terkait dengan tugas tabligh (menyampaikan wahyu), seperti QS Al-Maidah : 67, yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ

“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.” (QS. Al Maaidah [5] : 67)

Kedua, ayat-ayat yang terkait dengan tugas menerapkan hukum yang diturunkan Allah (al-hukmu bimaa anzalallah) seperti QS Al-Maidah : 48 dan QS Al-Maidah : 49). Firman Allah SWT :

فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ

“Maka tegakkanlah hukum di antara mereka dengan apa yang diturunkan Allah.“ (QS. Al Maaidah [5] : 48).

Jadi Nabi Muhammad SAW bukan hanya seorang nabi yang bertugas menyampaikan wahyu, namun juga sekaligus kepala negara yang menerapkan hukum Allah kepada masyarakat. (Taqiyuddin an-Nabhani, Nizhamul Hukm fil Islam, hal. 118).

Tugas kenabian ini berakhir dengan wafatnya Nabi SAW. Namun tugas kepemimpinan negara ini tak berakhir, melainkan dilanjutkan oleh khalifah-khalifah sebagai kepala negara Khilafah sepeninggal Nabi SAW. Sabda Nabi Muhammad SAW :

كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء. كلما هلك نبي خلفه نبي. وإنه لا نبي بعدي. وستكون خلفاء فتكثر

“Dahulu Bani Israil segala urusannya selalu dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, dia digantikan nabi lainnya. Dan sesungguhnya tak ada lagi nabi sesudahku, yang ada adalah para khalifah dan jumlah mereka akan banyak…” (HR. Muslim, no 1842).

Dua, Hijrahnya Nabi Muhammad SAW

Bulan Muharram memang ditetapkan sebagai awal perhitungan tahun Hijriyah. Tapi hijrahnya Nabi SAW sendiri tidak terjadi pada bulan Muharram, melainkan pada bulan Rabiul Awal.

Beliau mulai berhijrah meninggalkan Gua Tsur malam Senin tanggal 1 Rabiul Awal tahun I Hijriyah (16 September 622 M).

Nabi SAW sampai di Quba’ hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1 H (23 September 622 M), lalu berdiam di sana selama empat hari, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis.

Nabi SAW selanjutnya memasuki Madinah hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1 H. (Shafiyurrahman Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah (terj.), hal. 232-233; Ahmad Ratib Armusy, Qiyadatur Rasul, hal. 40).

Dengan demikian, tanggal 12 Rabiul Awal itu adalah sampainya Nabi di Madinah. Ini menandai berdirinya Daulah Islamiyah (qiyam ad-daulah al-islamiyah). (Taqiyuddin an-Nabhani, Ad-Daulah al-Islamiyah, hal. 48).

Sebelum hijrah, terjadi peristiwa Baiat Aqabah II di Makkah antara Nabi SAW dan Suku Auz dan Khrazraj dari Madinah. Baiat ini sesungguhnya adalah akad pendirian Daulah Islamiyah, antara Nabi SAW di satu pihak, dengan Suku Aus dan Khazraj di pihak lain. (Al-Marakbi, Al-Khilafah Al-Islamiyah Bayna Nuzhum Al-Hukm Al-Muashirah, hal. 16).

Jadi, dengan baiat tersebut secara hukum (de jure) Nabi SAW sudah menjadi kepala negara di Madinah. Namun secara fakta (de facto) kepemimpinan ini baru efektif setelah Nabi SAW sampai di Madinah.

Hijrahnya Nabi SAW ke Madinah bukan karena beliau takut akan dibunuh oleh Quraisy. Namun alasan sesungguhnya adalah karena di Madinah terdapat kesiapan masyarakat untuk menegakkan Daulah Islamiyah dan mendukung dakwah Islam yang diemban Nabi SAW. (Taqiyuddin an-Nabhani, Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal. 47).

Tiga, Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Nabi SAW wafat hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H. (Ibnu Katsir, As-Sirah An-Nabawiyah, Juz IV hal. 507.

Imam Ibnu Katsir berkata,”Inilah tanggal yang dipastikan oleh Al-Waqidi dan Muhammad bin Saad”. (Lihat pula Muruj Adz-Dzahab, Juz II hal. 304, dikutip oleh Mahmud Al-Khalidi, Qawaid Nizham Al-Hukm fi Al-Islam, hal. 255).

Wafatnya Nabi SAW ini menjadi pertanda lahirnya negara Khilafah Islam Rasyidah. Sebab pada hari yang sama, bahkan sebelum jenazah Nabi SAW dimakamkan, umat Islam telah membaiat Abu Bakar Shiddiq sebagai khalifah.

Nabi SAW meninggal pada waktu Dhuha hari Senin itu tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Sementara Abu Bakar Shiddiq dibaiat sebagai khalifah hari Senin itu pula (baiat in’iqad/baiat khashash).

Kemudian pada hari Selasa pagi harinya, Abu Bakar Shiddiq dibaiat oleh kaum muslimin di masjid (baiat tha’at/baiat ammah). Nabi SAW sendiri baru dimakamkan pada pertengahan malam pada malam Rabu. ( Lihat kitab Ajhizah Daulah Al-Khilafah, hal.13).

Walhasil, pada bulan Rabiul Awal telah terjadi tiga peristiwa besar, yaitu Maulid Nabi SAW, Maulid Daulah Islamiyah, dan Maulid Khilafah Rasyidah.

Ketiganya wajib kita pahami dan kita jadikan sebagai sumber semangat di masa sekarang, untuk berjuang menegakkan kembali Khilafah. Sebab Khilafah inilah sunnah (metode) yang dirintis oleh Nabi SAW sebagai Daulah Islamiyah, lalu sunnah ini dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin sebagai Khilafah Rasyidah. Semua sunnah itu wajib hukumnya kita ikuti, sesuai sabda Nabi SAW :

فعليه بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ

“Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, dan gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi gerahammu .” (HR Tirmidzi, no 2816). Wallahu a’lam.

KONTAK KAMI
FISSILMI KAFFAH
Email : fissilmikaffah.info@gmail.com

#istiqomahdijalandakwah
#janganpalsukankhilafah

Oleh: KH. M. Shiddiq Al-Jawi
Pakar Fikih Kontemporer 

Sadarlah Akan Tidak Kekalnya Dunia

Tinta Media -

وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ فَأَصۡبَحَ هَشِيمٗا تَذۡرُوهُ ٱلرِّيَٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ مُّقۡتَدِرًا ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱلۡبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيۡرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ أَمَلٗا 

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi (18) : 45-46 )

Sobat. Allah menjelaskan bahwa yang menjadi kebanggaan manusia di dunia ini adalah harta benda dan anak-anak, karena manusia sangat mem-perhatikan keduanya. Banyak harta dan anak dapat memberikan kehidupan dan martabat yang terhormat kepada orang yang memilikinya. Seperti halnya 'Uyainah, pemuka Quraisy yang kaya itu, atau Qurthus, yang mempunyai kedudukan mulia di tengah-tengah kaumnya, karena memiliki kekayaan dan anak buah yang banyak. Karena harta dan anak pula, orang menjadi takabur dan merendahkan orang lain. 

Allah menegaskan bahwa keduanya hanyalah perhiasan hidup duniawi, bukan perhiasan dan bekal untuk ukhrawi. Padahal manusia sudah menyadari bahwa keduanya akan segera binasa dan tidak patut dijadikan bahan kesombongan. Dalam urutan ayat ini, harta didahulukan dari anak, padahal anak lebih dekat ke hati manusia, karena harta sebagai perhiasan lebih sempurna daripada anak. Harta dapat menolong orang tua dan anak setiap waktu dan dengan harta itu pula kelangsungan hidup keturunan dapat terjamin. Kebutuhan manusia terhadap harta lebih besar daripada kebutuhannya terhadap anak, tetapi tidak sebaliknya. 
 
Kemudian Allah swt menjelaskan bahwa yang patut dibanggakan hanyalah amal kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia sepanjang zaman sampai akhirat, seperti amal ibadah salat, puasa, zakat, jihad di jalan Allah, serta amal ibadah sosial seperti membangun sekolah, rumah anak yatim, rumah orang-orang jompo, dan lain sebagainya. Amal kebajikan ini lebih baik pahalanya di sisi Allah daripada harta dan anak-anak yang jauh dari petunjuk Allah swt, dan tentu menjadi pembela dan pemberi syafaat bagi orang yang memilikinya di hari akhirat ketika harta dan anak tidak lagi bermanfaat. 

Sobat. Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda,” ada empat perkara yang termasuk celaka : Mata yang beku, Hati yang keras, panjang angan-angan dan cinta dunia.” Dalam riwayat lain beliau bersabda, “ Cinta dunia adalah pangkal segala dosa, maka hendaklah kamu berpaling darinya.”

Allah SWT berfirman :
۞فَخَلَفَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُواْ ٱلشَّهَوَٰتِۖ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا فَأُوْلَٰٓئِكَ يَدۡخُلُونَ ٱلۡجَنَّةَ وَلَا يُظۡلَمُونَ شَيۡٔا  

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun, ‘’ ( QS. Maryam (19) : 59-60 )

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa banyak di antara orang-orang datang kemudian sesudah meninggalnya para nabi dan rasul yang disebutkan pada ayat-ayat yang lalu, menyimpang dari jalan yang lurus, meninggalkan ajaran yang dibawa para rasul sebelumnya sehingga mereka tidak lagi mengerjakan salat dan selalu memperturutkan kehendak hawa nafsu dan dengan terang-terangan melanggar larangan Allah seperti meminum minuman keras, berjudi, berzina, dan mengadakan persaksian palsu. Mereka ini diancam oleh Allah dengan ancaman yang keras, kepada mereka akan ditimpakan kecelakaan dan kerugian baik di dunia maupun di akhirat. 

Sehubungan dengan ayat ini Abu Sa'id al-Khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: 

"Akan datang suatu generasi sesudah enam puluh tahun, mereka melalaikan salat dan memperturutkan hawa nafsu, maka orang-orang ini akan menemui kecelakaan dan kerugian. Kemudian datang lagi suatu generasi, mereka membaca Al-Qur'an tetapi hanya di kerongkongan (mulut) saja (tidak masuk ke hati) dan semua membaca Al-Qur'an, orang mukmin, orang munafik dan orang-orang jahat dan fasik (tidak dapat lagi dibedakan mana orang mukmin sejati dan mana orang yang berpura-pura beriman)." (Riwayat Ahmad, Ibnu hibban dan al-hakim)

Kemudian Rasulullah membaca ayat ini (sebagaimana tersebut di atas).
'Uqbah bin `Amir meriwayatkan pula bahwa aku mendengar Rasulullah bersabda: 
"Akan rusak binasalah sebahagian dari umatku yaitu "Ahlul Kitab" dan "Ahlullaban". Aku bertanya, "Siapakah "Ahlul Kitab" wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Mereka ialah orang-orang yang mempelajari Al-Qur'an untuk berdebat dengan orang-orang mukmin." "Lalu siapa pula "Ahlullaban" itu?" Rasulullah menjawab, "Mereka ialah orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu dan meninggalkan salat." (Riwayat Ahmad dan al-hakim dari 'Uqbah bin 'Amir al-Juhhani)

Demikian nasib orang-orang yang melalaikan salat dan memperturutkan hawa nafsu dan menyia-nyiakannya, mereka pasti merugi meskipun yang mereka derita tidak dapat dilihat dengan mata dan pasti akan menerima balasan yang setimpal di akhirat kelak. Di sini tampak dengan jelas bahwa salat yang telah menjadi syariat semenjak Nabi Ibrahim adalah amat penting sekali dan tidak boleh disia-siakan apalagi ditinggalkan. 

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

"Salat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikannya maka ia telah menegakkan agama, dan barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah meruntuhkan agama." (Riwayat al-Baihaqi dari Umar r.a.)

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang tersebut pada ayat 59 bila mereka bertobat dan kembali mengerjakan amal yang saleh maka Allah akan mengampuni dosa mereka dan akan dimasukkan ke dalam surga dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. 

Demikianlah ketetapan Allah Yang Mahaadil, Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Meskipun seseorang telah berlarut-larut terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan karena tertipu dan teperdaya dengan kelezatan duniawi yang fana, tetapi bila mereka insaf dan kembali ke jalan yang benar dan bertobat kepada Allah sebenar-benar tobat Allah akan menerima tobat mereka dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diterangkan pada ayat-ayat lain.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memelihara sholat, maka sholat itu akan menjadi cahaya baginya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Dan Barangsiapa tidak memeliharanya, dia tidak memperoleh cahaya, bukti maupun keselamatan. Sedang pada hari kiamat ia bersama Qarun, Firáun, Haman, dan Ubay bin Khalaf ( Syarah Al-Maniyah oleh Al-Halabi )

وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِكۡرِي فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةٗ ضَنكٗا وَنَحۡشُرُهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ أَعۡمَىٰ 

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". ( QS. Thaha (20 ) : 124 )

Sobat. Allah menerangkan bahwa orang-orang yang berpaling dari ajaran Al-Qur'an tidak mengindahkannya dan menentang petunjuk-petunjuk yang terdapat di dalamnya maka sebagai hukumannya dia akan selalu hidup dalam kesempitan dan kesulitan. Dia akan selalu bimbang dan gelisah walaupun dia memiliki kekayaan, pangkat dan kedudukan karena selalu diganggu oleh pikiran dan khayalan yang bukan-bukan mengenai kekayaan dan kedudukannya itu. Dia akan selalu dibayangi oleh momok kehilangan kesenangan yang telah dicapainya, sehingga ia melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan kebencian dan kerugian dalam masyarakatnya. 

Kemudian di akhirat nanti ia akan dikumpulkan Allah bersama manusia lain dalam keadaan buta mata hatinya. Sebagaimana dia di dunia selalu menolak petunjuk-petunjuk Allah yang terang benderang dan memicingkan matanya agar petunjuk itu jangan terlihat olehnya sehingga ia berlarut-larut dalam kesesatan, demikian pula di akhirat ia tidak dapat melihat suatu alasan pun untuk membela dirinya dari ketetapan Allah Yang Mahaadil. 

Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa orang yang berpaling dari ajaran Allah itu memang menjadi buta panca indera tidak melihat suatu apapun sebagai tambahan siksaan atasnya. Seseorang yang buta di kala terjadi huru-hara dan melapetaka akan lebih kalang-kabut pikirannya karena tidak tahu apa yang akan dibuat dan tidak tentu arah yang akan dituju untuk menyelamatkan dirinya karena tidak melihat dari mana datangnya bahaya yang mengancam. Tetapi sesudah itu matanya akan menjadi terang kembali karena melihat sendiri buku catatan amalnya dan bagaimana hebat dan dahsyatnya siksaan neraka sebagaimana tersebut dalam ayat:
Dan orang yang berdosa melihat neraka, lalu mereka menduga, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya, dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (al-Kahf/18: 53)

قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِيٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ بَصِيرٗا  

“Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" (QS. Thaha (20) :125 )

Sobat. Orang-orang yang kafir itu akan bertanya kepada Allah mengapa Engkau jadikan aku buta sedang mataku dahulu terang dapat melihat. Allah menjawab, bahwa hal itu memang demikian! Karena di dunia ketika datang kepadanya rasul-rasul membawa petunjuk-petunjuk-Nya dia berpaling darinya seakan-akan matanya telah buta dan seakan-akan ia telah melupakannya karena tidak mengindahkan dan memperhatikannya. Oleh sebab itu Allah jadikan mata hatinya buta pada hari Kiamat sehingga engkau tidak dapat mengemukakan suatu alasan untuk membela dirimu dari azab yang telah disediakan baginya sebagai balasan atas kebutaan mereka selama di dunia.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo. Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur
Follow IG@tintamedia.web.id

Opini Tokoh

Parenting

Tsaqofah

Hukum

Motivasi

Opini Anda

Tanya Jawab